KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Di Balik Layar Anne of Green Gables: Kisah Tak Terlupakan Bersama Sang Seiyuu, Eiko Yamada

Tahun 2025 menjadi tahun yang istimewa bagi para penggemar Anne of Green Gables. Bukan hanya karena adaptasi anime terbaru dari kisah Anne Shirley tengah tayang dan menarik perhatian banyak penonton, tetapi juga karena konser musik spesial yang membawakan lagu-lagu dari adaptasi klasik tahun 1979 produksi World Masterpiece Theater baru saja digelar di Tokyo. Suasana nostalgia dan antusiasme terhadap Anne of Green Gables pun semakin menguat, menjadikannya momen sempurna untuk berbincang langsung dengan Eiko Yamada, sang pengisi suara legendaris dari versi anime klasik tersebut.

*Perhatian! Isi wawancara di bawah ini mengandung spoiler dari anime Anne of The Green Gables

Wawancara Bersama Eiko Yamada, Pemeran Utama dari Anne Shirley

TITIP JEPANG - TITIPJEPANG - EIKO YAMADA - ANNE OF THE GARDEN GABLES - ANNE OF THE GARDEN GABLES ANIME - EIKO YAMADA INTERVIEW

Dalam bagian pertama dari wawancara dua seri ini, Eiko Yamada membuka tabir kisah di balik layar selama ia menjalani peran sebagai Anne dalam Anne of Green Gables. Ia mengisahkan bagaimana proses awal dirinya terpilih memerankan karakter ikonik tersebut, serta pengalamannya bekerja bersama dua maestro Studio Ghibli; Isao Takahata dan Hayao Miyazaki. Tak lupa, ia membagikan momen-momen paling berkesan yang terus membekas di hatinya hingga kini.

Semua berawal dari 2.000 yen,” kenang Eiko Yamada sambil tertawa. “Saat itu, Kōhei Miyauchi (yang dikenal sebagai pengisi suara kakek di Heidi of the Alps dan juga senior saya di grup teater) mengatakan, ‘Eiko, mereka sedang mengadakan audisi untuk Anne of Green Gables. Kalau kamu ikut, kamu akan dapat uang transportasi sebesar 2.000 yen. Coba saja.’” Dengan tawaran sederhana itu, Yamada tanpa ambisi besar pun melangkah ke audisi yang kelak akan mengubah jalan hidupnya.

Di masa itu, Yamada belum memiliki ketertarikan khusus terhadap dunia seiyuu atau pengisi suara, apalagi peran Anne dalam Anne of Green Gables. Ia memang pernah memerankan tokoh utama dalam musikal anak-anak di kelompok teaternya, tetapi belum pernah diberi peran besar dalam produksi drama yang lebih serius. Saat audisi, ia diberikan buku Anne of Green Gables dan diminta membaca bagian tertentu. “Saya membacakan banyak dialog, dan ternyata sangat seru dan menyenangkan,” ujarnya. Setelah selesai, ia pun benar-benar menerima 2.000 yen seperti yang dijanjikan. “Dalam perjalanan pulang, saya dan manajer pergi ke Takano di Stasiun Shinjuku untuk makan parfait cokelat. Saya menikmati parfait itu sambil berkata, ‘Hari ini menyenangkan sekali.’

Namun kegembiraan itu berubah menjadi babak baru yang serius ketika Yamada dinyatakan lolos ke tahap akhir seleksi. “Begitu tahu saya masuk dua kandidat terakhir, saya langsung lari ke toko buku, membeli novel Anne of Green Gables, dan mulai berlatih di rumah,” katanya. Tapi tanpa ia sadari, keputusan itu justru akan menjadi kesalahan terbesar dalam proses audisi ini, menjadikannya sebagai sebuah titik balik yang mengejutkan dalam kisah awal kariernya sebagai Anne.

Dari Audisi Hingga Menjadi Pengisi Suara sang Tokoh Utama

TITIP JEPANG - TITIPJEPANG - EIKO YAMADA - ANNE OF THE GARDEN GABLES - ANNE OF THE GARDEN GABLES ANIME - EIKO YAMADA INTERVIEW

“Pada audisi pertama, saya benar-benar menikmati prosesnya,” cerita Eiko Yamada tentang pengalamannya di balik terpilihnya dirinya sebagai Anne di Anne of Green Gables. “Saya tidak terlalu memikirkan harus berakting dengan baik; saya hanya mengucapkan dialog dengan santai dan bebas.” Namun, ketika panggilan untuk audisi lanjutan datang, segalanya berubah. Setelah membaca novel Anne of Green Gables, Yamada mulai membentuk gambaran tentang sosok Anne dalam pikirannya. “Di buku disebutkan kalau suara Anne itu jernih dan unik, jadi saya berpikir, ‘Saya harus membuat suara saya lebih tinggi dan nyaring seperti lonceng!’” Kenangnya. Tapi justru karena itu, aktingnya terasa kaku dan dibuat-buat.

Saya sangat ingin mendapatkan peran itu, tapi saya malah terlalu memaksakan diri,” ujar Yamada. Saat audisi kedua, sutradara suara, Yasuo Urakami, langsung menangkap perbedaan itu. “Baru mendengar beberapa kalimat, dia bertanya, ‘Kamu yang datang waktu itu, kan? Kenapa sekarang aktingmu berbeda sekali? Coba lebih alami, seperti sebelumnya,’” ungkap Yamada. Sayangnya, semua usaha kerasnya malah membuatnya semakin tegang. “Saya sudah berlatih mati-matian di rumah, dan terjebak dalam delusi sendiri: ‘Saya harus lolos audisi, saya harus lolos audisi,’” katanya, mengenang masa sulit yang hampir menghancurkan kesempatannya di Anne of Green Gables.

TITIP JEPANG - TITIPJEPANG - EIKO YAMADA - ANNE OF THE GARDEN GABLES - ANNE OF THE GARDEN GABLES ANIME - EIKO YAMADA INTERVIEW

Meskipun diberikan arahan untuk kembali rileks, Yamada mengaku tidak bisa mengembalikan rasa santai dan sukacita yang sempat ia rasakan di audisi awal. Ia bahkan hanya bertahan sekitar 10 menit di audisi kedua, jauh lebih singkat dibandingkan satu jam penuh di audisi pertama. “Saya hanya bisa berkata, ‘Maaf. Saya tidak bisa membantu apa-apa,’” ceritanya. Dengan berlinang air mata, ia duduk di ruang tunggu, yakin bahwa segalanya telah berakhir untuk impiannya di Anne of Green Gables.

Namun tak disangka, justru rekaman audisi pertama yang menyelamatkan Eiko Yamada dalam perebutan peran Anne di Anne of Green Gables. “Waktu itu kami merekam selama satu jam, jadi materinya cukup banyak,” jelas Yamada. “Isao Takahata, sang sutradara, mendengarkan rekaman itu dan berkata—” Yamada menirukan gaya bicara Takahata sambil tertawa, “‘Suara gadis ini agak aneh, ya…’” Calon finalis lainnya memang memiliki suara yang indah dan merdu, tapi justru itu membuat Takahata ragu. “Daripada suara yang cantik, suara yang unik dan aneh ini justru lebih cocok untuk Anne, bukan?” katanya.

Lucunya, Hayao Miyazaki yang saat itu masih mengerjakan tata letak dan latar adegan Anne of Green Gables, sempat tak setuju dan menyahut, “Yang imut dan suara indah saja, lebih bagus!” Tapi pada akhirnya, suara “aneh” milik Yamada yang dipilih karena rekomendasi kuat dari Takahata. Uniknya, ada kisah lanjutan yang cukup lucu sepuluh tahun kemudian, ketika Anne of Green Gables diangkat ke layar lebar. Yamada bertemu kembali dengan Takahata setelah sekian lama. “Hal pertama yang dia katakan, sambil menggaruk kepalanya seperti biasa adalah, ‘Yamada, ternyata suara kamu sebagai Anne tidak seaneh yang saya kira dulu,’” kata Yamada dengan nada pura-pura kesal.

Di sebelahnya, sang produser Junzō Nakajima langsung panik dan berusaha meredakan suasana. “‘Takahata, jangan begitu! Eh, maksud saya… Eiko-chan, suara kamu tidak aneh, kok… kan? Ya kan?’” Yamada pun tertawa mengingat momen canggung tersebut. Tapi Takahata tampak tak peduli dan hanya bergumam santai, “Yah, tapi memang itu yang terbaik.” Sebuah akhir yang pas untuk awal yang tak terduga dari perjalanan Eiko Yamada sebagai Anne dalam Anne of Green Gables.

Proses Rekaman Eiko Yamada dalam Mengisi Suara Anne

TITIP JEPANG - TITIPJEPANG - EIKO YAMADA - ANNE OF THE GARDEN GABLES - ANNE OF THE GARDEN GABLES ANIME - EIKO YAMADA INTERVIEW

Takahata bukan hanya hadir dalam kenangan Yamada lewat proses audisi, tetapi juga melalui momen-momen unik selama rekaman Anne of Green Gables. Meski Yamada tidak sering bertemu langsung dengan Takahata, dikarenakan sebagian besar arahan disampaikan melalui sutradara suara, Yasuo Urakami, ada satu pertemuan yang sangat membekas di ingatannya. “Suatu hari, Urakami membawa saya ke lokasi produksi anime, karena katanya, ‘Kita harus meminta Takahata untuk menambah lebih banyak gambar di layar saat rekaman—walaupun gambarnya belum berwarna. Itu sangat membantu, lho,’” jelas Yamada.

Begitu Takahata muncul, penampilannya langsung mencuri perhatian. “Rambutnya acak-acakan, dan dia terlihat seperti orang yang begadang sepanjang malam, sambil menggaruk kepalanya dan berkata, ‘Oh, terima kasih sudah datang,’” kata Yamada sambil tertawa. “Saat kami mencoba mengusulkan hal tentang ilustrasi, dia mulai bergumam sendiri tentang isi cerita Anne of Green Gables.” Yamada kembali tertawa mengenang kejadian itu. “Saya nggak paham apa yang dia bicarakan, tapi saya pikir, ‘Oh, sekarang saya paham! Takahata benar-benar memberikan segalanya, benar-benar tenggelam dalam karya ini!’ Dalam situasi seperti itu, kami tak mungkin berkata, ‘Tolong tambahkan lebih banyak ilustrasi di layar monitor rekaman.’ Itu adalah kenangan paling jelas saya tentangnya.”

Selama proses rekaman untuk anime berdurasi 50 episode ini, Yamada juga menjalin persahabatan erat dengan para pengisi suara wanita lainnya. “Fumie Kitahara, yang memerankan Marilla, [memberikan kesan yang sangat kuat]. Dia selalu baik kepada saya, dan Urakami meminta saya untuk mengantarkan naskah ke rumah Kitahara di Aoyama dua atau tiga hari sebelum rekaman setiap minggu. Di sana, dia akan menyajikan kue dan teh, dan di sela-sela percakapan santai, dia memberi saya banyak masukan tentang cara berakting—bukan dengan mengatakan, ‘Lakukan ini, lakukan itu,’ tapi dengan cara yang sangat santai dan menyenangkan. Itu sangat membantu.”

ANNE SHIRLEY

Yamada memiliki jenis persahabatan yang berbeda dengan salah satu rekan sesama pengisi suara veteran lainnya. “Miyoko Asō, yang memerankan Mrs. Lynde, sering kali berkata, ‘Eiko, dialogmu nggak seksi, kamu harus menciptakan lebih banyak keseksian dalam dirimu,’” kenang Yamada sambil tersenyum. “Asō sangat terbuka dan langsung memberi saya berbagai masukan. Sedangkan Kitahara selalu memberikan saran dengan cara yang lebih lembut dan penuh perhatian.”

Namun, ketika berbicara tentang pengalamannya di ruang rekaman untuk Anne of Green Gables, ada satu adegan yang selalu membuatnya teringat: kematian Matthew. “Adegan itu benar-benar menyakitkan,” kata Yamada, mengenang kejadian tersebut 46 tahun yang lalu. “Saya sampai menangis saat sesi rekaman, jadi kami butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Saat itu, saya benar-benar merasa seperti Ryūji Saikachi [pengisi suara Matthew] sedang sekarat… Dan Saikachi berkata kepada saya, ‘Hei, kamu, berhenti deh. Bukan berarti saya benar-benar akan mati.’

Yamada tertawa mengenang momen itu. “Saya menangis begitu keras hingga tidak bisa mengucapkan dialog. Tapi semakin saya mencoba, suara saya malah semakin serak dan terhalang. Rekaman pun terus berlangsung lama… akhirnya mereka memutuskan untuk memberi kami waktu istirahat sejenak, menenangkan saya, dan meminta yang lainnya untuk pulang. Biasanya kami menyelesaikan satu adegan dalam 15 menit, mungkin 10 menit? Tapi untuk adegan ini, mereka berkata, ‘Semua orang yang menunggu di belakang bisa pulang. Untuk adegan ini, hanya Eiko dan dua orang lainnya… Marilla dan Matthew,’” Yamada menirukan suara sutradara suara pada waktu itu. “Narator sudah pulang. Setelah istirahat, kami coba lagi sekali.

ANNE SHIRLEY ANIME 1979

Sejujurnya, saya sudah membaca adegan itu di buku, jadi saya pikir saya bisa memerankannya, tapi ketika benar-benar mengucapkannya dengan suara keras—dan Saikachi di samping saya baru saja mengatakan sesuatu seperti, ‘Saya lebih memilih kamu daripada selusin anak laki-laki, Anne,’ itu memberi saya kebahagiaan yang luar biasa, tapi juga kesedihan yang sangat mendalam,” kata Yamada, mengenang adegan yang begitu emosional. “Kehilangan Matthew sangat sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Dan itu adalah adegan di mana Anne benar-benar, sepenuhnya menyadari bahwa ‘Ada seseorang yang benar-benar mencintaiku.’ Itu akan membuatmu menangis. Benar-benar akan membuatmu menangis…

Sumber: Anime News Network

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang