Sudah hampir setahun sejak manga My Hero Academia resmi berakhir, namun dunia para pahlawan ciptaan Kohei Horikoshi masih terus berkembang. Sang kreator tak membiarkan semesta ini berhenti begitu saja—dimulai dengan epilog spesial di Chapter 431 yang disematkan dalam Volume 42, kini Horikoshi kembali mengejutkan penggemar lewat perilisan My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book, sebuah buku data resmi yang baru saja dirilis di Jepang oleh Shueisha.
Berbeda dari buku data sebelumnya, My Hero Academia kali ini menyuguhkan informasi yang jauh lebih mendalam dan belum pernah diungkap sebelumnya tentang hampir seluruh karakter. Yang membuatnya semakin menggugah adalah pengungkapan detail peristiwa yang terjadi setelah cerita utama berakhir. Tak hanya itu, Horikoshi juga mempersembahkan sebuah one-shot eksklusif berdurasi enam halaman yang memperlihatkan perkembangan terkini Deku, Eri, All Might, dan tokoh-tokoh favorit lainnya. My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book benar-benar menjadi harta karun baru bagi para penggemar setia, dan berikut ini adalah beberapa hal paling menarik dari buku luar biasa ini.
8. Himiko Toga yang Sebenarnya Hampir Selamat

Dalam klimaks arc Final War di My Hero Academia, kisah Himiko Toga mencapai akhir yang tragis namun menyentuh. Dalam momen pengorbanan yang penuh emosi, Toga memilih untuk menebus kesalahannya dengan cara yang paling heroik, yaitu menyerahkan darahnya demi menyelamatkan teman sekaligus rivalnya, Ochaco Uraraka. Namun, dalam My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book, Kohei Horikoshi mengungkap bahwa sebenarnya ia sempat merancang skenario alternatif: Toga akan tetap hidup, dan Ochaco akan kembali ke hutan pascaperang untuk meninggalkan suntikan berisi darahnya, sebagai simbol harapan dan kemungkinan rekonsiliasi. Sayangnya, Horikoshi dan editornya sepakat bahwa akhir tragis lebih kuat dan bermakna bagi perkembangan karakter Toga.
Sementara itu, nasib Katsuki Bakugo dalam My Hero Academia sempat membuat penggemar terpaku—kematiannya di tengah peperangan membuat banyak orang nyaris kehilangan harapan. Tapi ternyata, adegan tersebut memang dirancang sebagai kejutan sesaat. Horikoshi menulis adegan itu untuk menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan Shigaraki, namun sejak awal ia telah merencanakan kebangkitan Bakugo. Meski sempat meragukan apakah para pembaca akan cukup sabar menunggu, penantian tersebut akhirnya terbayar dengan momen comeback yang luar biasa. Dalam fan book ini, dua narasi emosional ini memperlihatkan bagaimana My Hero Academia tak hanya soal aksi, tapi juga tentang pilihan, penebusan, dan kekuatan hubungan antarkarakter.
7. Terdapat Hero No. 1 Baru di Amerika

Dalam dunia global My Hero Academia, sosok Cathleen Bate alias Star and Stripe sempat menjadi simbol kekuatan dan kebanggaan Amerika Serikat sebagai Pro Hero nomor satu. Pengorbanannya untuk menggagalkan upaya All For One dan Tomura Shigaraki mencuri quirk dahsyat miliknya, New Order, meninggalkan kesan mendalam di hati para penggemar. Namun pasca kematiannya, nasib peta kekuatan heroik di Amerika nyaris tak tersentuh, dengan hanya sedikit informasi yang terselip dalam arc Final War dan Epilogue. Pertanyaan besar pun menggantung: siapa yang akan menggantikan posisi Star and Stripe sebagai pahlawan utama Amerika?
Jawabannya akhirnya terkuak dalam My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book. Dunia kini mengenal Agate Minou sebagai penerus resmi posisi Pro Hero nomor satu di Amerika Serikat. Ia memiliki quirk bernama Fault Line—sebuah nama yang langsung memunculkan imajinasi kekuatan berskala destruktif. Meski ini merupakan pengungkapan yang mengejutkan dan memancing rasa penasaran, Horikoshi hanya memberikan informasi sangat terbatas tentang Agate. Detail seperti kepribadian, desain visual, hingga cara kerja quirk-nya masih menjadi misteri besar yang membuat komunitas My Hero Academia haus akan lebih banyak petunjuk. Bisa jadi, sosok Agate adalah potensi besar untuk cerita-cerita mendatang di semesta My Hero Academia.
6. Hitoshi Shinso yang Semakin Mirip dengan Aizawa

Hitoshi Shinso adalah salah satu karakter My Hero Academia yang paling menarik dan penuh potensi. Dulu, ia sering disalahpahami karena quirknya, yaitu Brainwashing, terlihat seperti sesuatu yang lebih cocok dimiliki oleh seorang villain. Namun seiring waktu, Shinso berhasil membuktikan bahwa kekuatan tidak ditentukan oleh jenis quirknya, melainkan bagaimana ia menggunakannya. Ia memainkan peran penting dalam arc-arc terakhir, hingga akhirnya resmi bergabung dengan Kelas 2-A di jurusan Hero U.A. High School, berdampingan dengan Deku dan para pahlawan muda lainnya. Dalam Chapter 431, penggemar mendapat kepastian bahwa Shinso akhirnya lulus dan menjadi Pro Hero yang tangguh.
Melalui My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book, Horikoshi membagikan beberapa detail menyentuh tentang Shinso yang membuat penggemar semakin menyayanginya. Salah satunya, ia sengaja membiarkan rambutnya tumbuh panjang untuk meniru gaya mentornya, Shota Aizawa alias Eraser Head. Tak hanya dari segi penampilan, Shinso juga menempuh jalur pahlawan yang mirip: bekerja diam-diam di balik bayangan, jauh dari sorotan media. Meski publik Jepang tak banyak mengenalnya, mereka yang tahu siapa dia sangat mempercayai kemampuannya. Sosoknya menjadi bukti nyata bahwa dalam dunia My Hero Academia, jalan menjadi pahlawan sejati tak selalu harus disorot cahaya.
5. Nama Asli dari All for One

Dalam seri My Hero Academia, tak ada penjahat yang lebih legendaris dan menakutkan daripada All For One. Namun seperti banyak tokoh ikonik lainnya, nama “All For One” hanyalah identitas villain yang diambil dari quirknya yang luar biasa. Selama bertahun-tahun, para penggemar bertanya-tanya: siapa sebenarnya pria di balik topeng itu? Misteri ini mulai terkuak dalam arc Final War, ketika diketahui bahwa nama belakangnya adalah Shigaraki—penjelasan masuk akal atas nama baru yang ia berikan kepada Tenko Shimura.
Akhirnya, teka-teki tersebut benar-benar terjawab dalam My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book. Kohei Horikoshi mengungkap bahwa nama lengkap All For One adalah Zen Shigaraki. Sekilas, mungkin nama ini terdengar sederhana, namun bagi penggemar setia My Hero Academia yang telah menunggu bertahun-tahun, pengungkapan ini terasa seperti hadiah tersembunyi. Fakta ini juga semakin memperdalam keterkaitan tragis antara All For One dan Tomura Shigaraki, menambah nuansa kelam dalam hubungan mereka yang penuh manipulasi dan kehancuran.
4. Quirk Asli dari Tomura Shigaraki

Dalam arc klimaks Final War di My Hero Academia, sebuah pengungkapan mengejutkan datang dari All For One: quirk Decay ternyata bukanlah kekuatan asli milik Tomura Shigaraki. Ia mengaku telah menanamkan versi modifikasi dari quirk Overhaul ke dalam diri Shigaraki sejak kecil untuk memanipulasi dan membentuknya sesuai kehendaknya. Momen ini menjadi salah satu titik paling mengejutkan sekaligus kontroversial dalam seluruh kisah My Hero Academia, dan meninggalkan pertanyaan besar di benak para penggemar: sebenarnya, apa quirk asli milik Shigaraki?
Jawabannya akhirnya terungkap dalam My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book. Kohei Horikoshi mengungkap bahwa Tenko Shimura, yang tidak lain adalah nama asli Shigaraki, ternyata terlahir dengan quirk bernama Repulsion, yang memungkinkan tubuhnya untuk tetap melayang di udara. Para penggemar yang jeli segera menyadari bahwa kekuatan ini memiliki kemiripan mencolok dengan Float, quirk milik sang nenek, Nana Shimura. Menariknya, versi gabungan dari quirk ini sempat muncul dalam arc Final War, saat All For One yang diremajakan menciptakan lingkaran kuning untuk bermanuver—hasil dari penggabungan quirk milik Tenko dengan kekuatan lain dalam koleksi jahatnya. Penambahan detail ini semakin memperkaya dunia My Hero Academia dengan lapisan cerita dan koneksi antar karakter yang tak terduga.
3. Ending Bahagia yang Didapatkan Eri

Salah satu bagian paling mengharukan dan dinanti dalam My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book adalah one-shot ilustrasi yang menghadirkan kilasan masa depan beberapa karakter tercinta—dan salah satu sorotan utamanya adalah Eri. Dalam cerita pendek ini, Eri digambarkan sebagai remaja ceria yang mengunjungi U.A. High School untuk menemui Deku. Sayangnya, ia tidak menemukannya di sana. Namun momen itu terisi dengan kabar menggembirakan: Eri kini tumbuh menjadi musisi berbakat yang akan melakukan debut resminya akhir pekan depan. Lebih manis lagi, Kyoka Jiro ternyata menjadi mentor musiknya dan telah membimbing Eri selama proses ini.
Kisah ini menjadi penutup yang begitu hangat bagi Eri, yang dulunya merupakan simbol penderitaan akibat kekuatan yang tak ia pahami. Melalui cinta dan dukungan dari Mirio, Deku, dan seluruh anggota Kelas 1-A, Eri perlahan menemukan kembali masa kecilnya yang sempat direnggut. Kini, ia bukan hanya hidup bebas dari bayang-bayang kekejaman masa lalu, tapi juga tumbuh menjadi seseorang yang mampu membawa senyuman bagi orang lain lewat musik—sebuah transformasi indah yang mencerminkan esensi dari My Hero Academia: harapan, pemulihan, dan kekuatan untuk membentuk takdir sendiri.
2. All Might yang Menjadi Wakil Kepala Sekolah di UA

Selama bertahun-tahun, para penggemar My Hero Academia meyakini bahwa nasib tragis menanti All Might. Sejak ia pensiun dan kehilangan kekuatannya, banyak yang mengira bahwa kematiannya adalah hal yang tak terelakkan—sebuah pengorbanan besar yang akan menutup perjalanannya. Namun, Kohei Horikoshi memilih jalur yang jauh lebih mengejutkan dan memuaskan: All Might tetap hidup, dan bahkan memainkan peran penting di arc Final War saat ia mengenakan Armored All Might Suit untuk menghadapi All For One sekali lagi. Keputusan untuk tidak membunuhnya menjadikan alur cerita lebih tak terduga, dan membuka jalan bagi Toshinori Yagi untuk berkembang sebagai mantan Pro Hero yang tetap berdampak, meski tanpa kekuatan.
Pesan penuh harapan ini telah tampak sejak Chapter 430, ketika All Might terpilih sebagai sosok yang menyerahkan baju zirah baru kepada Deku. Kini, My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book melanjutkan narasi itu dengan mengungkap bahwa ia telah menjadi Wakil Kepala Sekolah U.A. High School. Dari simbol perdamaian di masa lalu, kini All Might menjadi pilar pendidikan bagi generasi pahlawan masa depan. Dengan pengalaman, kebijaksanaan, dan dedikasinya, Toshinori diprediksi akan menggantikan Nezu sebagai Kepala Sekolah suatu hari nanti—mewariskan semangat My Hero Academia dalam bentuk yang baru, namun tetap menginspirasi.
1. Deku Akhirnya Menjadi Hero No. 4 di Jepang

Izuku Midoriya, sang pewaris One For All, akhirnya harus melepaskan quirk legendaris itu demi mengakhiri teror Tomura Shigaraki dalam arc Final War—sebuah keputusan besar yang menandai berakhirnya era kekuatan warisan dan awal dari babak baru dalam hidupnya. Setelah lulus dari U.A. High School, Deku memilih untuk menjadi guru, melanjutkan warisan All Might dengan mendidik calon-calon pahlawan masa depan. Namun, akhir dari Chapter 430 menghadirkan kejutan: teman-temannya menghadiahkan sebuah baju zirah canggih yang memungkinkan Deku kembali turun ke lapangan sebagai Pro Hero. Di Chapter 431, penggemar sempat melihat aksi singkatnya dalam balutan armor tersebut, menandai kembalinya sang pahlawan dengan cara yang sangat emosional.
Kini, dalam one-shot penutup di My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book, perjalanan comeback Deku mencapai puncaknya. Ia dinobatkan sebagai Pro Hero peringkat #4 dalam Hero Billboard Charts Jepang, membawa gelar ikonis “The One For All Hero: Deku” yang kini menjadi simbol keberanian baru. Yang lebih menarik, rival lamanya, Katsuki Bakugo, juga mengalami kebangkitan luar biasa. Dari posisi #15, ia meroket ke peringkat #5—sebuah pencapaian yang mencerminkan pertumbuhannya sebagai pahlawan, sekaligus pengaruh kuat yang masih dimiliki oleh kehadiran Deku. Keduanya kini berdiri berdampingan, bukan lagi sebagai dua anak yang bersaing di U.A., tetapi sebagai Pro Hero sejati yang mewakili generasi baru dalam dunia My Hero Academia.
Dengan My Hero Academia: Ultra Age: The Final Fan Book, Kohei Horikoshi memberikan hadiah istimewa kepada para penggemar: sebuah epilog emosional yang tidak hanya menutup kisah panjang dengan penuh makna, tetapi juga membuka lembaran baru bagi para karakter yang telah tumbuh bersama pembacanya selama bertahun-tahun. Lewat data eksklusif, one-shot yang menyentuh, dan berbagai pengungkapan mengejutkan, fan book ini merayakan pertumbuhan, pengorbanan, dan harapan yang menjadi inti dari My Hero Academia. Dari Eri yang menemukan cahaya lewat musik, hingga Deku dan Bakugo yang kembali ke garis depan sebagai simbol pahlawan baru, setiap halaman fan book ini terasa seperti reuni hangat dengan sahabat lama.
Bagi siapa pun yang pernah tertawa, menangis, dan terinspirasi oleh dunia pahlawan ciptaan Horikoshi, Ultra Age: The Final Fan Book bukan hanya penutup, melainkan perayaan akan semangat tak tergoyahkan yang menjadi nyawa dari My Hero Academia. Dan meski kisah utamanya telah usai, jelas bahwa warisan para pahlawan ini akan terus hidup—di halaman fan book ini, dan di hati para penggemarnya.
Sumber: GameRant
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang