REVIEW BET – Adaptasi Live-Action Kakegurui Produksi Hollywood


Netflix telah merilis adaptasi Live-Action Hollywood dari manga Kakegurui dengan judul BET. Adaptasi ini dibuat dalam format serial dengan 10 episode yang masing-masing episode berdurasi 30 menit, dirilis pada 15 Mei.
Serial BET merupakan penceritaan ulang dari karya originalnya dengan mengambil latar di Amerika. Walaupun memiliki premis, karakter, dan latar yang sama, namun terdapat banyak perubahan. Hal yang sama dari karya orisinil nya adalah cerita berpusat pada gadis SMA bernama Yumeko, dia bersekolah di sekolah elite dengan perjudian sudah menjadi hal biasa. Siswa berjudi dan mempertaruhkan uang. Siswa yang berada di peringkat terbawah akan menjadi ‘peliharaan’. Sementara siswa yang berada di 10 besar, akan menjadi anggota OSIS yang dipimpin oleh Kira. Kedatangan Yumeko menjadi ancaman bagi tatanan dan menggoyahkan stabilitas yang sudah ada di sekolah.
Adaptasi yang ‘Berani’ dan ‘Beresiko’ dari Netflix


Bisa dibilang Netflix melalukan banyak perubahan sana-sini, terutama perubahan karakter. Agenda ‘woke’ diversity-nya, banyak diselipkan oleh Netflix. Karakter utama pria dalam serial BET ini diubah menjadi karakter berkulit hitam. Hal itu sempat menjadi kontroversi di kalangan penggemar karya orisinil nya.
Unsur LGBT juga diselipkan dalam serial ini. Ada karakter femboy yang merupakan salah satu anggota OSIS, dia bernama Suki mungkin versi LA dari karakter bernama Itsuki, walaupun karakterisasinya mengalami perubahan total. Peliharaan dari si Suki pun juga femboy. Selain itu, juga ada adegan ciuman sesama perempuan. Mungkin itu tidak terlalu masalah, karena itu bukanlah ciuman romantis, bahkan dalam karya orisinil nya pun juga ada beberapa kali adegan yuri bait.
Yang paling kontroversial adalah meletakkan banyak perempuan berjilbab sebagai siswi di sekolah perjudian. Yap, perempuan Islam di sekolah judi? Sementara dalam Islam sendiri, perjudian merupakan perbuatan haram yang dilaksanakan. Kalaupun ada orang Islam yang melanggar syariat itu, maka mereka juga tidak mengenakan jilbab. Diduga, pihak Netflix tidak melakukan riset mendalam terhadap hal ini atau mungkin mereka memaksakan agenda ‘diversity nya, yang mana hal ini malah menjadi kebablasan.
Lalu Bagaimana Dengan Plot?


Mari kita kesampingkan dulu mengenai pemilihan cast atau perubahan karakternya. Mari kita bahas plot. Alur cerita nya sendiri pun sebenarnya tidak jauh berbeda, ada beberapa referensi dari anime. Namun terdapat perbedaan, contohnya adalah motivasi Yumeko. Dalam serial ini diceritakan bahwa Yumeko ingin membalaskan dendam atas kematian orang tuanya. Dia memiliki agenda tersembunyi, bertekad untuk masuk OSIS agar bisa menemukan pembunuh orang tuanya.
Sebenarnya plot tersebut cukup menjanjikan, cara penyampaian plot nya pun cukup simpel, namun kurang berkesan. Dalam anime-nya kita diperlihatkan perang psikologis saat mereka berjudi. Hal yang tidak nampak pada versi LA ini, atmosfernya terasa kurang. Sinematografinya pun cukup berantakan, sorotan kamera kepada aktor tidak cukup bagus yang membuat nya tidak berkesan, bahkan beberapa transisi perubahan adegan terkesan kurang rapi.
Selain itu akting dari beberapa karakternya juga terasa kurang. Karakter Yumeko selaku tokoh utama, mencuri perhatian dalam serial ini. Dalam versi anime-nya karakter tersebut memiliki hasrat pada perjudian, ekspresinya terhadap bermain judi sangat bergairah dan penuh semangat. Hal itu nampak kurang pada versi LA, walau dia juga bersemangat, namun ekspresinya kaku dan penggambarannya kurang gairah. Dia lebih terobsesi pada pembalasan dendam tanpa perencanaan yang matang dan tanpa penyelidikan yang mendalam, mungkin lebih seperti ‘bertaruh’ pada keberuntungan. Meski demikian, sang aktor, Miku Martineau, telah memberikan akting yang maksimal. Dia paling menonjol dalam serial ini.
Sama hal nya dengan Dori si gadis bermata satu, di anime dia memiliki sifat kejam dan bengis. Namun, dalam LA, kebengisannya kurang terasa. Karakter Kira sebagai antagonis utama tetap bisa menarik perhatian, dia digambarkan sebagai karakter misterius, intimidatif, dan terkadang takut akan ancaman dari Yumeko.
Worth to Watch or Skippable?


Dilihat dari review saya di atas, sepertinya saya lebih banyak memberikan kritik pada serial ini, ketimbang pujian. Jujur saja, saya sulit menemukan kelebihan pada serial ini. Mungkin hal yang bisa membuat Anda menjadi ketagihan menonton serial ini adalah rasa penasaran bagaimana pembalasan dendam Yumeko berjalan.
Setiap episodenya memberikan cliffhanger yang menggantung, sehingga membuat rasa penasaran akan episode berikutnya. Hal yang berani di serial ini adalah mereka berani mematikan karakter.
Balas dendam Yumeko seperti menjadi tujuan utama dalam serial ini. Namun, kita tidak melihat adegan-adegan penyelidikan yang mendalam ala film-film detektif. Namun, cerita Yumeko sepertinya belum berakhir. Karena masih banyak hal yang harus dia bereskan.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini ^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang