Rakyat di Korea memiliki kenangan pahit terhadap negara Jepang. Hingga sekarang, baik Korea Selatan dan Korea Utara masih menyimpan amarah terhadap Jepang yang pernah menjajah mereka pada zaman dahulu. Pendudukan Jepang di Korea dari tahun 1910 hingga 1945, memberikan menimbulkan kesengsaraan yang luar biasa.
LATAR BELAKANG PENDUDUKAN JEPANG
Pasca Revolusi Meiji yang berlangsung di Jepang pada tahun 1868, Jepang mengalami perkembangan pesat. Modernisasi dilakukan secara besar-besaran terutama di bidang industri, pendidikan, dan militer. Kaum cendekia Jepang yang belajar ke luar negeri mengamati perkembangan industri di negara maju Eropa. Mereka mengetahui bahwa negara Eropa mendapatkan sumber mentah dari negeri-negeri jajahannya.
Setelah mengetahui rahasia di balik suksesnya negara-negara Eropa yang imperialis dan kolonialis, membuat para ekstrimis nasionalis Jepang yang mengenyam pendidikan Barat menuntut pemerintah untuk melakukan ekspansi ke negara lain. Masyarakat Jepang belajar bahwa negara-negara Barat mulai berperang untuk memperebutkan wilayah dan menaklukkan daerah yang potensial. Yang kemudian menginspirasi Jepang untuk melakukan penjajahan.
Setelah menang dalam Perang Cina-Jepang 1895 dan ikut campur dalam urusan politik di Kekaisaran Cina pada tahun 1900. Ditambah kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, mereka mulai mencoba untuk menduduki negara sekitar. Target terdekat adalah Korea yang terletak di sebelah barat negara Jepang.
Alasan Jepang menargetkan Korea sebagai jajahan, di antaranya karena Korea memiliki bahan mentah untuk industri Jepang. Lalu, keberadaan Korea bisa jadi landasan Jepang untuk menguasai Cina dan Rusia, serta menghalau kedua negara itu menyerang Jepang. Kemudian, wilayah Korea juga bisa digunakan untuk memindahkan penduduk Jepang yang saat itu mengalami lonjakan jumlah penduduk.
AWAL PENDUDUKAN JEPANG DI KOREA
Korea, pada awalnya berada di bawah protektorat Dinasti Qing Cina. Namun setelah Cina kalah perang melawan Jepang, membuat Raja Gojong dari Dinasti Joseon memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1897 dan pendirian Kekaisaran Korea. Pada awalnya, Korea begitu dekat dengan Rusia. Hal ini dalam rangka membendung pengaruh Jepang.
Namun pada tahun 1905, Rusia mengalami kekalahan dalam Perang Rusia-Jepang, Amerika Serikat sepakat untuk tidak melakukan intervensi Jepang terkait Korea. Delegasi Jepang dan Korea bertemu di Seoul. Namun karena istana Kekaisaran Korea diduduki tentara Jepang, membuat posisi mereka tidak diuntungkan untuk berdiskusi. Sehingga, pada akhirnya Kekaisaran Korea harus menandatangani Perjanjian Jepang-Korea 1905 pada bulan November. Dalam perjanjian itu, membuat Kekaisaran Korea menjadi wilayah protektorat Kekaisaran Jepang.
Ito Hirobumi, menjadi Gubernur Jenderal untuk wilayah Korea. Namun pada tahun 1909, Hirobumi tewas terbunuh oleh kaum nasionalis Korea. Hal ini menjadi dasar bagi Jepang untuk menganeksasi Korea. Pada tahun 1910, secara sepihak Jepang memaksa Korea untuk menandatangani Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea 1910. Sejak saat itu, dimulai lah pendudukan Jepang atas Korea.
Korea di bawah kekuasaan Jepang
Jepang mendirikan pemerintahan di Korea dengan jabatan gubernur jenderal diisi oleh jenderal atau laksamana yang ditunjuk oleh kaisar Jepang. Orang Korea dirampas kebebasan berkumpul, berserikat, pers, dan berbicara. Jepang sangat tegas melakukan penyiksaan terhadap siapa saja yang tidak bersedia tunduk pada pemerintah pendudukan Jepang. Banyak sekolah swasta yang ditutup karena tidak memenuhi standar tertentu yang sewenang-wenang.
Pemerintah kolonial Jepang menggunakan sistem sekolah mereka sendiri sebagai alat untuk mengasimilasi Korea ke Jepang, dengan memberikan penekanan utama pada pengajaran bahasa Jepang dan mengecualikan mata pelajaran seperti bahasa Korea dan sejarah Korea dari kurikulum pendidikan. Jepang membangun jaringan transportasi dan komunikasi nasional serta membentuk sistem moneter dan keuangan baru. Mereka juga mempromosikan perdagangan Jepang di Korea sambil melarang orang Korea melakukan aktivitas serupa.
Pemerintah kolonial memberlakukan peraturan survei tanah yang memaksa pemilik tanah untuk melaporkan ukuran dan luas tanah mereka. Karena kegagalan dalam melakukan hal ini, banyak petani yang kehilangan lahannya. Lahan pertanian dan hutan yang dimiliki bersama oleh sebuah desa atau keluarga juga diambil alih oleh Jepang karena tidak ada satu orang pun yang dapat mengklaimnya.
Sebagian besar tanah yang diambil alih kemudian dijual dengan harga murah kepada Jepang. Banyak dari mereka yang kehilangan haknya pergi ke hutan dan hidup dengan menebang dan membakar lahan, sementara yang lain beremigrasi ke Manchuria dan Jepang untuk mencari pekerjaan; mayoritas penduduk Korea yang sekarang berada di wilayah tersebut adalah keturunan mereka.
GERAKAN KEMERDEKAAN KOREA
Titik balik dalam gerakan perlawanan Korea terjadi pada tanggal 1 Maret 1919, ketika demonstrasi anti-Jepang berskala nasional dilancarkan. Mantan kaisar, Kojong, simbol tertinggi kemerdekaan, telah meninggal beberapa minggu sebelumnya, membawa pelayat dari seluruh penjuru negeri ke ibu kota untuk pemakamannya. Deklarasi Kemerdekaan Korea dibacakan pada rapat umum di Seoul pada tanggal 1 Maret. Gelombang mahasiswa dan warga turun ke jalan, menuntut kemerdekaan. Diperkirakan dua juta orang ambil bagian.
Gerakan Satu Maret, demikian sebutannya, membentuk demonstrasi damai, yang menggugah hati nurani orang Jepang. Namun, Jepang menanggapinya dengan penindasan brutal, mengerahkan gendarmerie serta unit angkatan darat dan lautnya untuk meredam demonstrasi. Mereka menangkap sekitar 47.000 warga Korea, 10.500 di antaranya telah didakwa, sementara 7.500 orang terbunuh dan 16.000 lainnya luka-luka.
Pada bulan September para pemimpin kemerdekaan, termasuk Yi Tong-nyŏng dan An Ch’ang-ho, yang pada bulan April telah membentuk Pemerintahan sementara Korea di Shanghai , terpilih Syngman Rhee sebagai presiden. Pertemuan ini mempertemukan seluruh warga Korea yang diasingkan dan membangun hubungan yang efisien dengan para pemimpin di Korea.
Jepang menyadari bahwa pemerintahan tangan besinya memerlukan metode yang lebih canggih. Gendarmerie digantikan oleh pasukan kepolisian biasa, dan sebagian kebebasan pers diberikan. Namun kebijakan kolonial Jepang yang menindas dan eksploitatif tetap kejam, meski menggunakan metode yang tidak terlalu mencolok.
KEKALAHAN JEPANG DI PERANG DUNIA 2 DAN BERAKHIRNYA PENDUDUKAN DI KOREA
Ambisi Jepang untuk memperluas kekuasaannya tak bisa dibendung. Setelah menganeksasi Taiwan (1895) dan Korea (1910), Jepang juga mengincar Cina untuk dijadikan sebagai daerah jajahan. Tahun 1931, Jepang menginvasi daerah Manchuria yang merupakan wilayah milik Republik Cina. Setelah itu, Jepang mendirikan pemerintahan boneka, dimana kaisar terkahir Tiongkok diangkat menjadi Kaisar Manchukou.
Pada tahun 1937, terjadi Insiden Jembatan Marco Polo, menyebabkan perang berskala besar terjadi dan memulai Perang Cina-Jepang Kedua. Tahun 1941, Jepang meyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour dan memicu Perang Pasifik. Di tahun 1942, Jepang mulai melancarkan invasi ke Asia Tenggara, dan dengan segera menguasai seluruh Asia Tenggara.
Hingga tahun 1945, Jepang berperang sengit melawan Amerika Serikat serta harus menghadapi gerakan perlawanan dari negeri-negeri jajahannya, tak terkecuali di Korea. Deklarasi Kairo yang dikeluarkan pada tanggal 1 Desember 1943 oleh Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Cina, menjanjikan kemerdekaan bagi Korea “pada waktunya.” Ungkapan yang tidak jelas ini menggugah para pemimpin pemerintahan sementara Korea di Chongqing untuk meminta interpretasi dari Amerika Serikat.
Pada bulan Juli 1945 dalam Konferensi Potsdam, para pemimpin militer AS meminta Soviet masuk dalam perang melawan Jepang. Pada 6 & 9 Agustus 1945, AS mengebom atom dua kota di Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga secara mendadak menyerang Manchuria yang telah dikuasai oleh Jepang. Jepang menyerah pada 14 Agustus 1945, yang mengakhiri 35 tahun pendudukan Jepang atas Korea.
PENINDASAN JEPANG DI KOREA
Pemerintah kolonial Jepang melaksanakan proyek untuk meningkatkan produksi beras di seluruh Korea. Banyak petani yang diperintahkan untuk mengubah lahan kering mereka menjadi sawah. Program ini untuk sementara dihentikan selama depresi ekonomi dunia pada awal tahun 1930-an. Namun, hal ini segera dilanjutkan kembali untuk memenuhi peningkatan kebutuhan militer Jepang dalam perang melawan Tiongkok, yang dimulai pada tahun 1931. Kebanyakan warga Korea terpaksa hidup dari sereal berkualitas rendah yang diimpor dari Manchuria daripada beras mereka sendiri.
Jepang berusaha melenyapkan Korea sebagai sebuah bangsa: warga Korea dipaksa untuk beribadah di kuil Shinto Jepang dan bahkan menggunakan nama gaya Jepang, dan komunitas akademis yang mengabdi pada studi Korea serta surat kabar dan majalah diterbitkan dalam bahasa Korea dilarang. Jepang sangat membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mengisi kembali kekuatan militer dan tenaga kerja mereka yang semakin berkurang. Sebagai konsekuensinya, ratusan ribu warga Korea yang berbadan sehat, baik pria maupun wanita, direkrut untuk berperang demi Jepang dan bekerja di pertambangan, pabrik, dan pangkalan militer. Selain itu, setelah dimulainya perang Pasifik, Jepang memaksa ribuan perempuan Korea untuk memberikan layanan seksual (sebagai “wanita penghibur”) untuk militer.
JEPANG PERNAH COBA INVASI KOREA PADA ABAD KE-16
Sebelumnya, pada abad ke-16, Jepang di bawah kepemimpinan Shogun Hideyoshi Toyotomi pernah menyerang Korea di bawah Dinasti Joseon. Tepatnya pada tahun 1592, saat itu Hideyoshi Toyotomi ingin menaklukkan daratan Cina sebagai tujuan utama. Penaklukkan semenanjung Korea menjadi pintu masuk pasukan Jepang untuk masuk ke Cina.
Invasi pertama dilancarkan pada tahun 1592, Jepang secara cepat sukses menduduki sebagian besar semenanjung Korea. Akan tetapi Dinasti Joseon Korea mendapatkan bantuan dari Dinasti Ming Cina. Bantuan dari Cina tersebut sukses memaksa Jepang untuk keluar dari bagian utara semenanjung Korea. Fase pertama dari invasi ini berakhir pada 1596 dan dibuat perjanjian damai antara Jepang dan Dinasti Ming.
Setahun berikutnya, Jepang kembali menyerang Korea. Invasi kedua Jepang ini pada awalnya mengalami kesuksesan dengan menaklukkan berbagai kota dan benteng di Korea. Namun, Korea dan Cina melakukan perlawanan sengit dan memaksa terjadinya deadlock selama 10 bulan. Karena kebuntuan ini, ditambah kematian Hideyoshi Toyotomi, membuat Jepang memutuskan untuk menarik pasukannya.
Serangan Jepang ke Korea tersebut dikenal sebagai invasi laut terbesar pada masanya. Dimana ada 300.000 pasukan terjun dalam kampanye militer tersebut.
.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: Buku “Sejarah Asia Timur” karya Annisa Septianingrum, britannica.com,
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang