KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

[Anime Expo 2024] Manga Publishing Roundtable Membahas Pengembangan Artis Hingga Tren Penerbitan

Sesi Manga Publishing Roundtable Industri merupakan pengalaman belajar yang menarik.

Bagi Titipers yang menyukai sisi bisnis manga dan juga seni dan penceritaan, sesi Manga Publishing Roundtable di Anime EXPO 2024 kali ini pasti akan benar-benar menarik untuk kalian simak. Panel tahun ini sebagian besar berfokus pada dua bidang diskusi—perkembangan artis baru dan tinjauan tren penerbitan. Dimoderatori oleh Deb Aoki dari Mangasplaining, sesi roundtable kali ini dihadiri oleh Shuichi Mochida (Direktur Pelaksana Coamix Inc., Presiden & CEO Kumamoto Coamix Inc.), Eve Gamble-Gillison (Editor SMAC! Kumamoto Coamix Inc.), Tatsuki Hirayanagi (Founder & CEO Culture Weavers), dan Yae Sahashi (VP, Bussiness Development Kodansha USA).

Satu pertanyaan besar yang biasanya diajukan oleh banyak calon mangaka adalah “Bagaimana cara menjadi seorang mangaka?” meskipun prosesnya mungkin akan terlihat sulit, para panelis menawarkan beberapa wawasan yang mungkin mengejutkan sebagian orang.

Mangaka Tidak Harus Orang Jepang

Diantara wawasan yang dibagikan tersebut adalah bantahan terhadap anggapan bahwa seorang mangaka haruslah orang Jepang. Sahashi mengatakan bahwa Kodansha, misalnya, menerima talenta dari seluruh dunia. Dia juga merekomendasikan untuk berbicara dengan sebanyak mungkin orang, membina koneksi baru, dan mempertahankan minat terhadap industri ini.

Perkembangan Artis/Seniman Baru

Sementara Hirayanagi membicarakan secara luas tentang pekerjaan yang dilakukan oleh Culture Weavers untuk mengembangkan bakat seni baru di Taiwan dan Korea Selatan, termasuk menyelenggarakan kompetisi manga untuk siswa sekolah menengah dan Universitas Taiwan serta mendukung seniman webtoon. Dia menyebutkan beberapa alasan mengapa memilih tempat tersebut untuk pengembangan artis baru seperti melihat popularitas manga secara umum.

Dijelaskan bahwa 90% pasar komik di Taiwan ditempati oleh manga Jepang, dengan popularitas publikasi terjemahan yang meningkat drastis sejak tahun 2002. Industri manga Taiwan juga mendapat manfaat dari berbagai bentuk dukungan oleh pemerintah untuk membina bakat dalam negeri. Demikian pula halnya dengan webtoon dan manhwa Korea yang mengalami peningkatan, meskipun ia mengatakan banyak artis yang berasal dari Jepang karena lebih memiliki banyak peluang.

Hirayaki juga berbagi anekdot lucu ketika dia bertanya kepada artis pecinta cowok Korea alasan di balik memilih membuat komik bergaya manga dibandingkan webtoon yang terbilang lebih umum di Korea Selatan. Artis tersebut kemudian menjelaskan bahwa di Korea, semua orang lebih menyukai tubuh seperti bintang baseball Shohei Ohtani, tapi dia ingin menggambar pria langsing “seperti yang ada di BL Jepang”.

Mochida juga mendapat pertanyaan seputar program pengembangan artis Coamix. Pertanyaan itu lantas dia jawab dengan menunjukkan video tentang fokus dan inisiatif perusahaan, mulai dari lisensi manga, residensi artis secara langsung, hingga kompetisi seperti Silent Manga Audition.

Sepuluh seniman dipilih untuk residensi melalui hasil kompetisi Silent Manga Audition—sebuah kontes yang memberikan dorongan terkait emosi. Mochida mengungkap bahwa salah satu kekuatan terbesar manga adalah menyampaikan emosi melalui panel. Oleh karena itu, Coamix membuat kontes yang akan menjadi wadah bagi para seniman untuk dapet memamerkan emosi melalui panel dan karya seni. Putaran terakhir kompetisi menampilkan 6.833 kreator dari 142 negara, dengan hadiah berupa uang tunai, potensi publikasi di Monthly Comic Zenon, serta residensi di desa seniman.

Tren Penerbitan di Masa Kini

Topik perbincangan menarik berikutnya adalah tren penerbitan, khususnya media digital. Gamble-Gillison menunjukkan terjadinya perubahan paradigma dalam lima tahun terakhir menyebabkan majalah cetak semakin mengalami penyusutan setiap tahunnya, sementara web online dan aplikasi manga menjadi semakin populer.

Mochida menjelaskan bahwa perubahan ini terjadi sebagai akibat dari pandemi COVID-19, yang memaksa masyarakat untuk tidak pergi ke luar rumah sehingga tidak memungkinkan untuk membeli media cetak. Munculnya manga digital, memungkinkan mereka untuk tidak perlu lagi melakukannya. Dari sisi penerbit, penerbitan digital juga mempermudah mereka untuk memperbarui konten dengan lebih cepat dan segera dapat diterima oleh konsumen. Sesuai dengan yang telah diprediksi, lonjakan penjualan digital akan disertai dengan penurunan jumlah majalah cetak dan dapat dibuktikan dengan grafik penjualan.

Manga Publishing Roundtable

Sahashi sendiri menyutujui gagasan media digital karena menurutnya pembaca tidak ingin menunggu cetakan lagi. “Saat chapter baru dirilis, mereka hanya ingin segera membacanya”, ujarnya.

Menurut Mochida, kelebihan dari penerbitan digital adalah lebih mudahnya menangkap dan menganalisis data dengan segera. Banyak penerbit menawarkan volume pertama manga secara gratis dan berdasarkan pola pembaca, mereka dapat mengetahui chapter mana yang lebih populer. Informasi ini akan mempengaruhi keputusan pemasaran mereka di kemudian hari. Selain itu, penerbitan digital juga memberikan lebih banyak ruang bagi para seniman. Berbeda dengan era sebelumnya, di mana ruang dalam antalogi masih terbatas dan penerbit harus tegas membatalkan seri yang berkinerhja buruk, penerbitan digital memungkinkan seri dapat berjalan lebih lama tanpa gangguan. Para seniman akan memiliki fleksibilitas kreatif yang lebih tinggi karena tidak merasa terlalu terikat pada tren.

Mochida lantas menunjukkan dua data yang akan menarik untuk disimak. Data pertama menunjukkan keuntungan dari anime yang terus meningkat, sementara data kedua menunjukkan tren di industri game. Dari data tersebut, pasar anime diperkirakan mencapai US$188,97 ,o;oar pada tahun 2021 dan game ponsel pintar melonjak hingga US$13,8 miliar dibandingkan dengan game konsol yang sebagian besar stagnan.

Selanjutnya dengan sedikit bangga, Mochida menunjukkan tabel waralaba dengan pendapatan kotor tertinggi. Sekitar setengah dari IP merupakan buatan Jepang.

Itulah sekilas wawasan yang dibagikan dalam sesi Manga Publishing Roundtable di Anime Expo 2024 lalu. Apakah Titipers ada yang tertarik menjadi seorang mangaka?

BACA JUGA: [Anime Expo 2024] Laporan Penayangan Perdana Anime The Blue Wolves of Mibu

BACA JUGA: Anime Expo 2024: Semua Berita Besar dari Acara!

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber: animenewsnetwork
gambar merupakan milik Deb Aoki

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang