Terinspirasi Jepang, Pesantren Indonesia Siap Terapkan Budaya Disiplin Baru
Menggabungkan kearifan lokal dan nilai-nilai positif dari Jepang, pemimpin pesantren Indonesia membawa pulang inspirasi baru untuk membangun generasi yang lebih baik.
Lima pemimpin pondok pesantren dari berbagai daerah di Indonesia didampingi oleh seorang peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (PPIM-UIN), melakukan kunjungan ke Jepang dalam program pertukaran budaya pada awal Desember. Selain mempelajari kebiasaan sehari-hari siswa Jepang, mereka juga terinspirasi oleh pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini, termasuk kebiasaan mengantre dengan tertib dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal produktif.
Salah satu cerita menarik datang dari Kiki Mustaqimah Hasan Basuni, pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Istiqamah di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Ia memperhatikan bahwa anak-anak Jepang memanfaatkan waktu antre mereka untuk membaca buku atau mempelajari peta dunia, sebuah kebiasaan yang ingin ia terapkan di pesantrennya. “Di pesantren, antreannya panjang untuk segala hal, mulai dari makan hingga mandi. Jadi, agar para santri tidak membuang-buang waktu saat mengantre, saya berpikir untuk menyediakan rak buku di ruang tunggu agar mereka bisa bersemangat membaca tanpa merasa terpaksa,” ujar Kiki.
Saat berkunjung ke sebuah taman kanak-kanak, Kiki juga dibuat kagum oleh inisiatif dua murid bernama Hana dan Hikari. Mereka dengan sigap menyambut para tamu dan mengajak mereka berkeliling sekolah sementara guru mereka sedang sibuk. Hal ini menunjukkan bagaimana pendidikan karakter di Jepang mampu mengajarkan anak-anak untuk bertanggung jawab sejak usia dini.
Selain mengunjungi sekolah, para peserta juga mendalami dialog lintas agama di tempat ibadah di Tokyo dan Kyoto Mereka tinggal di rumah singgah selama tiga hari dan bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Parlemen Jepang, Akiko Ikuina.
Kunjungan ini berlangsung di tengah musim dingin di Jepang, dengan suhu rata-rata di Tokyo mencapai 7 derajat Celcius. Salah satu kejadian unik terjadi ketika seorang peserta keluar hotel hanya mengenakan sarung dan sandal jepit seperti di Indonesia. Namun, ia segera kembali ke dalam hotel karena tidak tahan dengan dinginnya suhu musim dingin di Jepang.
Program ini, yang pertama kali digagas pada 2004, bertujuan untuk membangun jembatan antara umat Islam dan non-Muslim pasca tragedi World Trade Center 11 September dan Bom Bali 2002. Hingga kini, program tersebut telah mengirimkan lebih dari 180 peserta untuk mempelajari nilai-nilai berharga dari budaya Jepang.
“Saya sangat menantikan bagaimana Anda akan mengimplementasikakn pengalaman yang diperoleh di Jepang dalam kegiatan pesantren Anda masing-masing ,” ungkap Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Katsuro Nagai.
sumber: thejakartapost
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang