Sekigahara, Pertempuran Paling Menentukan dalam Sejarah Penyatuan Jepang
Sepanjang sejarahnya, sebagian besar wilayah Jepang merupakan area medan perang. Karena memiliki budaya yang homogen dan serangan dari luar yang relatif kecil, konflik dan perang yang muncul akhirnya bersifat internal dan feodal. Konflik internal ini terjadi selama berabad-abad dan menyebabkan berbagai pertempuran. Dari banyaknya perang yang terjadi, salah satu yang paling besar dan terpenting adalah Pertempuran Sekigahara. Pertempuran ini kemudian menentukan nasib Jepang selama 250 tahun ke depan.
Era Sengoku Jidai
Pada paruh kedua abad XV, Jepang memasuki periode panjang krisis yang disebut Sengoku Jidai atau zaman negara-negara berperang. Ashikaga Syogun kehilangan otoritasnya dan para pemimpin klan —daimyos membagi pulau-pulau menjadi 400 kepemilikan feodal kecil. Tiga pemimpin militer —Nobunaga Oda, Hideyoshi Toyotomi dan Ieyasu Tokugawa memulai perjuangan mereka untuk mengunifikasi Jepang pada abad XVI.
Kondisi medan perang Sekigahara saat ini. (via Japan Travel)
Pertempuran Sekigahara terjadi di akhir Sengoku Jidai, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1600 di Lembah Sekigahara. Dipicu oleh kematian Hideyoshi Toyotomi yang kemudian meninggalkan seorang anak yang masih bayi, Hideyori Toyotomi sebagai penerusnya. Saat itulah Ieyasu Tokugawa yang merupakan pimpinan dewan kepemimpinan Hideyoshi, mengambil alih kepemimpinan. Hal ini ditentang oleh anggota dewan yang sama, Mitsunari Ishida, dan terjadilah perebutan kekuasaan yang berpuncak pada pertempuran Sekigahara.
Pertempuran antara Pasukan Timur dan Barat
Kamp perang berbenteng Ishida Mitsunari di Sekigahara. (via Japan Travel)
Mitsunari Ishida sendiri lebih terkenal dengan kemampuan politik dibanding kekuatan militernya. Namun karena dukungan yang ia berikan terhadap putra Hideyoshi, akhirnya ia mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti Mori dan Chosu, klan Kobayakawa, klan Kikkawa, klan Ukita, dan klan Shimazu dari Satsuma. Dengan adanya dukungan ini, Ishida memiliki total pasukan berjumlah sekitar 80.000 orang. Karena pasukan Ishida banyak berasal dari klan yang berada di barat Jepang, pasukannya dikenal sebagai “Pasukan Barat”. Sementara itu pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu berjumlah sekitar 74.000 orang dan disebut sebagai “Pasukan Timur” karena sebagian besar berasal dari wilayah timur Jepang.
Perang antara Pasukan Barat dan Pasukan Timur : japanesestation
Pertempuran ini berlangsung dengan kabut menyelimuti lembah Sekigahara, sehingga kedua belah pihak kesulitan mengidentifikasi musuh mereka. Baru pada pukul 8 pagi kabut menghilang, penyerangan dari Pasukan Timur berhasil di tepis oleh Pasukan Barat hingga akhirnya pertempuran imbang. Namun, kemudian lebih banyak lagi pasukan timur yang maju ke garis depan dan terjadi penghianatan terhadap pihak Mitsunari oleh Hideaki Kobayakawa. Pasukan Barat Kikkawa juga menolak untuk menyerang. Akhirnya seluruh pasukan barat yang tersisa meninggalkan medan perang dan yang sudah terlanjur berada pada garis depan dihabisi oleh Pasukan Timur. Tentara barat kehilangan sekitar 40.000 pasukan, dan sebagian besar komandan mereka juga terbunuh atau dibantai. Hal ini membawa kemenangan untuk Pasukan Timur.
Tokugawa Ieyasu. Shogun Jepang dan pendiri Klan Tokugawa.(via Yacan Sakura)
Kemenangan ini memberikan kesempatan untuk Tokugawa Ieyashu menguasai negara dan mendirikan Kesyogunan Tokugawa. Pertempuran Sekigahara sekaligus mengakhiri era Sengoku dan mendatangkan era damai. Setelah kemenangannya Tokugawa segera membagi wilayah kekuasaannya untuk menguatkan posisinya dan memulai hegemoni Kesyogunan Tokugawa, sebuah sistem diktator militer yang akan bertahan selama 265 tahun di Jepang, hingga tahun 1868. Sebuah perubahan yang amat besar bagi negara Jepang — melalui pertempuran hanya berlangsung singkat namun melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai.
sumber : japanesestation
Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang