Isu pelecehan seksual merupakan kasus yang tiada ujungnya. Walaupun tiap negara telah memiliki aturan undang-undang untuk melindungi kaum wanita. Kurangnya layanan rape crisis centers terhadap korban memicu pelaku mudah menyerang korban dengan pelecehan seperti meraba, memotret, atau tindakan senonoh lainnya.
Tanpa melihat latar belakang seseorang, siapapun dapat melakukan tindakan kriminal ini, begitu pula seniman dari industri Manga Jepang yang diterpa kabar tak sedap terkait kasus pornografi. Sederet mangaka terjerat hukum karena pelecehan seksual ataupun kasus pornografi yang menyebabkan karirnya hiatus atau bahkan karyanya terpaksa berhenti cetak.
Dari beberapa masalah yang telah beredar, ada sekitar 4 mangaka yang sudah pernah terlibat kasus terkait pornografi dan mendapatkan hukumannya. Berikut kami rangkum proprofil dan karya mereka:
Mitsutoshi Shimabukuro – Toriko
Mitsutoshi Shimabukuro, lahir 19 Mei 1975 di Naha, Okinawa. Memulai karirnya pada tahun 1996 di Weekly Shonen Jump dan meraih Penghargaan Akatsuka untuk mangaka pendatang baru terbaik dan Penghargaan Manga Shogakukan 2001 untuk manga anak-anak. Pada tahun 2002, dia terjerat kasus melanggar undang-undang prostitusi anak, termasuk membayar seorang gadis berusia 16 tahun ¥80,000 untuk berhubungan seks. Shimabukuro dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Namun, hukuman itu ditangguhkan selama empat tahun.
Shimabukuro merilis serial pertamanya, Seikimatsu Leader den Takeshi! (1997–2002) lalu dia hiatus karena kasusnya. Pada tahun 2004 kembali merilis manga ring! di majalah Super Jump. Lalu pada tahun 2008 merilis manga Toriko dan kembali berkarya di Shonen Jump. Toriko diadaptasi menjadi serial televisi anime oleh Toei Animation yang ditayangkan dari 2011-2014 sebelum manga berakhir pada November 2016. Manga ini dirilis di Amerika Utara oleh Viz Media dan Indonesia oleh Elex Media Komputindo.
Pada tahun 2011, Shimabukuro merilis Toriko and One Piece crossover One-shot Taste of the Devil Fruit. Shimabukuro sebagai penulis cerita dan Oda memberikan saran.
Pada April 2017 Shimabukuro menerbitkan dua one-shot, Warai no ji Penpenpen untuk Saikyo Jump pada 1 April dan Chingiri di Weekly Shonen Jump pada 24 April. Dia kemudian menyumbangkan dua one-shot lagi untuk Grand Jump edisi September 2017, Jijī 100% dan Halftime.
Pada April 2018, Shimabukuro merilis one-shot berjudul Build King di Weekly Shonen Jump. Berlanjut pada November 2020, one-shot menjadi serial di majalah yang sama. Pada bulan Desember, Shimabukuro mengungkapkan bahwa ia telah beralih ke produksi digital manga. Build King berakhir pada edisi April 2021, tetapi tankōbon ketiga dan terakhirnya akan menampilkan konten tambahan.
Nobuhiro Watsuki – Rurouni Kenshin
Nobuhiro Watsuki, seorang mangaka berusia 47 tahun, terduga memiliki DVD dengan gadis-gadis telanjang. Watsuki terkenal akan karyanya yang fenomenal yaitu Rurouni Kenshin atau lebih banyak dikenal sebagai Samurai X. Pada tahun 2017 pihak berwenang menggeledah rumahnya dan polisi menemukan bukti-buktinynya di kantor Watsuki di Tokyo. Dia mendapatkan hukuman atas kepemilkan barang pornografi. Hal ini mengakibatkan manga Rurouni Kenshin:Hokaido Arc hiatus. Watsuki mengoleksi video porno sejak Juli 2015, dia mengakui bahwa “menyukai gadis di akhir sekolah dasar hingga sekitar tahun kedua sekolah menengah.”
Mangaka Watsuki kembali berkarya di majalah Weekly Shonen Jump setelah membayar denda sebesar 200.000 yen (sekitar Rp. 24.864.445,34).
Tatsuya Matsuki – Act-Age
Dikenal dengan nama Tsutaya Matsumoto, berusia 29 tahun, terjerat kasus polisi karena melakukan pelecehan seksual pada dua gadis SMP (berusia 12-15 tahun) yang terekam CCTV di Distrik Nakano Tokyo.
Ada seorang gadis melaporkan pelecehan tersebut kepada Polisi. Penyelidik percaya bahwa pelakunya adalah Matsumoto karena dalam perjalanan kedua kalinya dia meraba-raba gadis lain, kira-kira satu jam setelah insiden pertama pada 18 Juni. Kejadian pada 18 Juni sekitar jam 8 malam, Matsumoto ditahan pada 8 Agustus 2020. Sangat disayangkan karena Act-Age sedang sangat populer saat kasus ini terjadi.
Penulis manga “Act-Age” yang diserialisasikan di Weekly Shonen Jump dan penerbit m&c!. Sayangnya hanya terbit satu volume saja. Sebelum terjerat kasus ini, karyanya juga sudah rilis di Indonesia. Namun karena kasus tersebut, baik penerbit Jepang maupun Indonesia menghentikan perilisan seketika itu juga.
Kenya Suzuki – Please Tell Me! Galko-chan
Suzuki ditangkap atas tuduhan mengimpor pornografi anak ke Jepang. Asahi News dan Nikkan Sports melaporkan bahwa pada September dan Oktober 2020, Suzuki diduga mengimpor total enam photobook ilegal dari Jerman melalui pos internasional. Kepolisian menggeledah kediaman Suzuki di Funabashi, Prefektur Chiba dan menemukan enam buku yang disebutkan sebelumnya, serta empat puluh buku lainnya yang menampilkan pornografi anak.
Menurut Asahi, buku-buku tersebut ternyata bukan untuk dijual kembali di Jepang, melainkan koleksi pribadi Suzuki.
Mangaka Suzuki, pria berusia 40 tahun, dikenal dengan karyanya Please Tell Me! Galko-chan, memulai debutnya pada tahun 2014. Serial ini menceritakan seorang gadis gyaru di Tokyo yang mendedikasikan hidup mereka untuk mode ‘gadis lembah’ Amerika. Beberapa tahun kemudian pada tahun 2016, manga tersebut mendapatkan adaptasi anime TV, dan sebuah OVA yang diproduksi oleh Studio Feel dengan jumlah episode 12.
Dari empat kasus mangaka di atas, menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual sangatlah riskan untuk karir dan masa depan. Mangaka Toriko agak susah untuk mendapatkan popularitas yang sama sedangkan mangaka Act-Age malah langsung dihentikan serialisasinya. Sedang untuk kasus kepemilikan barang pornografi, publik Jepang cenderung memaafkan karena baik Rurouni Kenshin: Hokkaido Arc masih melanjutkan penerbitannya hingga saat ini. Sedangkan Galko-chan hanya mendapatkan hiatus serialisasi. Bagaimana menurut Titipers tentang fenomena semacam ini?
Yuk baca artikel lainnya di sini^^
Sumber gambar: myanimelist.net
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang