Kenapa Banyak Orang yang Mudah Menyebut Ending Ampas untuk Manga atau Lainnya?
Akhir-akhir ini mulai banyak manga populer yang telah menyelesaikan ceritanya. Beberapa judul populer di antaranya adalah Tokyo Revengers, My Hero Academia, Jujutsu Kaisen, hingga yang terbaru adalah Oshi no Ko.
Namun, beberapa penggemar justru merasa penyelesaian (ending) dari manga-manga tersebut sangat buruk. Mereka menyebutnya sebagai “Ending Ampas”. Benarkah demikian?
Menilai ending dari sebuah manga, tergantung pada bagaimana akhir cerita memberikan kepuasan atau menyelesaikan cerita. Ending yang bagus tidak selalu berarti ending yang bahagia atau sempurna. Yang paling penting adalah ending yang terasa benar dan konsisten dengan perjalanan cerita serta memberikan dampak emosional atau makna yang membuat cerita menjadi lebih dari sekadar hiburan.
Beberapa orang mungkin merasa tidak puas dengan sebuah ending, karena tidak memenuhi ekspektasi mereka. Atau bahkan preferensi mereka terhadap sebuah ending berbeda. Mereka mungkin cenderung menyukai alur cerita dengan ending bahagia.
Selain itu, beberapa dari mereka merasa bahwa ending dari beberapa manga tersebut tidak memiliki kesan yang mendalam. Saking kesalnya mereka dengan “ending ampas” menurut versi mereka tersebut, sampai-sampai ada penggemar yang membakar koleksi komik atau novel karya tersebut. Bahkan ada yang mengancam kehidupan pribadi sang author.
BACA JUGA: Fans Bakar Manga Karena Tidak Terima Ending Oshi no Ko
Walaupun sebenarnya, ending dari sebuah manga itu masih konsisten pada jalur cerita, menyelesaikan konflik utama, dan pesan cerita nya jelas. Namun, mereka tetap saja menganggap ending nya ampas.
Dalam sebuah karya fiksi, ending itu bisa dikatakan jelek jika alur ceritanya berantakan, meninggalkan plot hole, twist yang tiba-tiba, atau penyelesaian konflik yang terburu-buru.
Sebenarnya ini bukan hal yang baru. Dari beberapa tahun sebelumnya, sudah banyak orang yang mengatakan ending ampas, karena tidak sesuai ekspektasi. Seperti contohnya Attack on Titan dan Scum’s Wish.
Yang lebih parah adalah, seseorang menilai ending itu karena pengaruh diskusi dan ulasan. Pendapat orang lain, baik di media sosial, ulasan, atau diskusi penggemar, bisa memengaruhi persepsi seseorang terhadap ending. Jika sebuah ending dianggap buruk oleh banyak orang, maka kemungkinan besar akan ada kecenderungan kolektif untuk melihat ending tersebut dengan perspektif negatif, terlepas dari bagaimana orang itu sendiri sebenarnya merasakannya.
Tidak selamanya ending yang tidak sesuai ekspektasi itu buruk. Atau ending yang dimana karakter utama nya tidak bahagia, tidak selalu buruk. Terkadang, ending seperti itu memberikan dampak psikologis kepada pembaca. Yang terpenting adalah bagaimana sang mangaka mengeksekusi ending seperti itu.
Menilai ending sebuah karya tidak selalu mudah, terutama karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ekspektasi, emosi, dan preferensi pribadi. Jika ending terasa mengecewakan, penting untuk mempertimbangkan kembali bagaimana ending tersebut bekerja secara keseluruhan, baik dari segi tema, perkembangan karakter, maupun pesan yang disampaikan. Seiring waktu dan refleksi, ending yang awalnya terasa “jelek” sering kali justru akan lebih bisa dihargai.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang