KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

7 Fakta Pacuan Kuda di Jepang: Legal, Gila, dan Penuh Drama!

BLOG-7 Fakta Pacuan Kuda di Jepang

Halo, Titipers! Kalau selama ini kalian pikir pacuan kuda cuma soal taruhan dan orang tua yang serius di pinggir lintasan, siap-siap nih buat berubah pikiran. Di Jepang, dunia pacuan kuda itu lebih dari sekadar olahraga atau hiburan. Ia adalah bagian dari budaya populer, industri miliaran yen, dan bahkan punya penggemar yang fanatik seperti wota idol!

Pacuan kuda di Negeri Sakura punya segalanya, ada kuda-kuda bintang yang punya julukan dan reputasi, joki yang dilatih sejak kecil seperti atlet profesional, hingga sistem taruhan yang legal tapi sangat tertib. Bahkan anime pun ikut melirik—coba deh tengok Uma Musume Pretty Derby, yang bikin nama-nama kuda legendaris jadi bagian dari kultur otaku.

Dalam artikel ini, MinTip akan ngebahas 7 fakta menarik tentang pacuan kuda di Jepang yang mungkin belum pernah kalian dengar sebelumnya. Dijamin bikin kalian melihat olahraga ini dari sudut pandang yang beda—lebih seru, lebih unik, dan tentu saja… lebih Jepang banget!

1. Pacuan Kuda di Jepang Itu Legal, Besar, dan Diawasi Ketat Oleh Negara

Foto oleh FUN! JAPAN

Pacuan kuda di Jepang bukan sekadar hiburan akhir pekan, ini adalah industri besar yang beroperasi secara legal dan diawasi langsung oleh pemerintah. Jepang punya dua sistem utama dalam dunia balap ini: Japan Racing Association (JRA) untuk skala nasional, dan National Association of Racing (NAR) untuk lintasan-lintasan lokal. Totalnya ada lebih dari 20 lintasan di seluruh Jepang, dengan balapan yang digelar hampir setiap hari sepanjang tahun. Bedanya dengan banyak negara lain, taruhan di sini resmi diatur undang-undang, jadi nggak ada yang namanya sembunyi-sembunyi atau ilegal.

Dan jangan kaget, Titipers. Omzet dari taruhan pacuan kuda di Jepang bisa mencapai lebih dari 3 triliun yen per tahun! Itu jelas bukan angka kecil, bahkan melebihi total pendapatan box office Jepang dalam setahun. Karena itulah, regulasinya sangat ketat. Setiap transaksi taruhan diawasi oleh sistem komputerisasi, dan hasil balapan wajib transparan demi menjaga kepercayaan publik. Jadi, walau ini adalah bentuk perjudian, Jepang membungkusnya dalam sistem yang profesional, tertib, dan sangat menguntungkan negara.

2. Joki Jepang Dilatih Sejak Usia Remaja

Foto oleh The New York Times

Untuk jadi joki di Jepang, kamu nggak cukup cuma punya badan kecil dan nyali besar. Sejak remaja, calon joki sudah harus mendaftar ke sekolah khusus seperti JRA Horseracing School, yang seleksinya terkenal ketat dan hanya menerima segelintir siswa tiap tahun. Mereka menjalani pendidikan ala militer, mulai dari bangun sebelum matahari terbit, latihan fisik keras, belajar taktik balapan, hingga memahami anatomi serta perilaku kuda. Kurikulumnya dirancang untuk membentuk joki-joki tangguh yang bisa bersaing di level nasional bahkan internasional.

Menariknya lagi, kehidupan joki penuh batasan. Mereka harus menjaga berat badan secara ketat, dilarang merokok, minum alkohol, bahkan terlibat dalam aktivitas sosial tertentu yang bisa mengganggu performa. Tapi di balik kerasnya sistem itu, joki bisa menikmati ketenaran dan penghasilan tinggi. Beberapa bahkan memiliki fanbase sendiri, layaknya atlet profesional atau idol! Jadi jangan heran kalau di Jepang, joki bukan cuma tukang naik kuda, tapi sosok yang dikagumi dan dibentuk lewat sistem yang luar biasa disiplin.

3. Kuda Balap Jepang Punya Fans Fanatik, Merchandise, dan Fanclub Resmi

Kuda balap Jepang bukan hanya sekadar hewan pacu, tapi juga selebriti nasional. Nama-nama seperti Deep Impact, Orfevre, atau Kitasan Black bukan cuma dikenal oleh pecinta pacuan kuda, tapi juga oleh masyarakat luas. Masing-masing punya gaya balap khas, kepribadian unik, dan bahkan fanbase fanatik! Banyak penggemar yang rela datang jauh-jauh ke lintasan pacu hanya untuk melihat kuda favorit mereka bertanding, lengkap dengan membawa lightstick dan kaos bergambar wajah sang kuda.

Nggak berhenti di situ, berbagai merchandise juga diproduksi secara resmi, mulai dari gantungan kunci, syal, sampai photobook berisi momen-momen balap sang kuda. Beberapa kuda bahkan punya akun media sosial sendiri yang dikelola oleh stable-nya. Saat seekor kuda legendaris pensiun, seremoni perpisahannya bisa seramai konser idol, dengan ribuan fans hadir langsung.

4. JRA vs. NAR: Dua Dunia Pacuan Kuda yang Jarang Bisa Saling Silang

Pacuan kuda di Jepang terbagi dalam dua badan utama: JRA (Japan Racing Association) dan NAR (National Association of Racing). Keduanya menjalankan lintasan pacuan dan sistem kompetisi sendiri, dan uniknya, kuda-kuda dari masing-masing sistem tidak bisa bebas bertanding di ajang milik pihak lain. Kuda yang terdaftar di JRA hanya bisa ikut balapan NAR jika acaranya ditetapkan sebagai “balapan pertukaran” atau “Dirt-Graded race”, sementara kuda NAR hanya bisa bertanding di JRA turf Grade 1 setelah lolos kualifikasi dari ajang step race atau menjuarai event besar internasional.

Oguri Cap

Namun, bukan berarti dua dunia ini benar-benar terpisah. Ada mekanisme transfer kuda antar sistem, dan beberapa kuda legendaris justru memulai kariernya di NAR sebelum bersinar di JRA. Contohnya, Oguri Cap, salah satu kuda paling ikonik dalam sejarah pacuan Jepang yang sekarang masuk JRA Hall of Fame, serta Inari One, pemenang Arima Kinen 1989—keduanya berasal dari NAR.

5. Jepang Punya Tiga Jenis Pacuan Kuda

Foto oleh Timeout

Di Negeri Sakura, ada tiga jenis utama pacuan kuda. Pertama, yang paling umum adalah flat racing, balapan di lintasan datar tanpa rintangan, seperti yang sering kita lihat di Tokyo Racecourse. Kedua, ada juga jump racing, yaitu balapan dengan rintangan yang harus dilompati. Meski nggak sepopuler flat race, jump racing tetap jadi bagian penting dalam kalender balap JRA, dan menuntut keterampilan lebih tinggi dari joki dan kudanya.

Ban’ei Racing

Nah, jenis ketiga ini yang paling unik dan cuma ada di Jepang: Ban’ei Racing, balapan super berat khas Hokkaido di mana kuda-kuda raksasa menarik kereta berisi beban melintasi trek pasir tebal. Bukan soal kecepatan, tapi soal kekuatan, ketahanan, dan strategi. Penonton bisa melihat bagaimana kuda berjuang menarik beban di tanjakan, sambil dikawal joki yang berdiri di atas kereta sambil memberi aba-aba. Ban’ei begitu ikonik sampai dijadikan simbol budaya lokal Obihiro, dan juga jadi bagian dari warisan pacuan kuda Jepang yang unik dan menghibur.

6. Japan Cup dan Arima Kinen

Japan Cup 2024

Jepang punya kalender pacuan kuda yang padat, tapi ada dua event besar yang selalu jadi sorotan nasional: Japan Cup dan Arima Kinen. Japan Cup, yang digelar setiap akhir November di Tokyo Racecourse, adalah ajang balap turf internasional paling bergengsi di Jepang, bahkan disebut-sebut sebagai “Piala Dunia”-nya pacuan kuda Jepang. Kuda-kuda terbaik dari seluruh dunia, termasuk Eropa dan Amerika, diundang untuk bertanding melawan para juara lokal. Dengan hadiah total lebih dari 700 juta yen, event ini menjadi magnet tidak hanya untuk petaruh, tapi juga turis dan media internasional.

Sementara itu, Arima Kinen, yang digelar akhir Desember di Nakayama Racecourse, menawarkan keunikan tersendiri di mana penonton yang memilih peserta balapnya lewat sistem voting. Jadi, kuda-kuda yang bertanding adalah mereka yang paling populer di kalangan fans, seolah-olah ini adalah “All-Star Game” dunia balap. Suasananya meriah, tribunnya penuh, dan atmosfernya lebih mirip konser besar daripada pacuan kuda. Banyak pengunjung yang datang memakai atribut kuda favorit mereka, lengkap dengan bendera dan lightstick.

7. Ketika Pacuan Kuda Diadaptasi Jadi Budaya Pop Lewat Anime Uma Musume

Buat generasi muda Jepang dan bahkan fans internasional, banyak yang mengenal nama-nama kuda legendaris bukan dari lintasan balap, tapi dari dunia Uma Musume Pretty Derby. Franchise multimedia ini menghidupkan kembali sejarah pacuan kuda lewat cara yang unik dengan menjadikan kuda-kuda legendaris seperti Special Week, Tokai Teio, dan Oguri Cap sebagai gadis-gadis moe yang berlomba di dunia alternatif. Tapi Uma Musume bukan cuma anime. Ia juga hadir dalam bentuk game mobile populer, manga, dan konser live di mana para seiyuu tampil sebagai karakter kuda idol.

Yang menarik, Uma Musume berhasil membuat budaya pacuan kuda jadi relevan dan populer di kalangan muda, yang sebelumnya mungkin tak pernah melirik balapan kuda. Banyak pemain gamenya yang kemudian tertarik menelusuri sejarah asli kuda-kuda tersebut, bahkan berziarah ke peternakan atau makamnya. Beberapa event pacuan kuda pun melaporkan lonjakan pengunjung muda setelah kolaborasi dengan Uma Musume. Bisa dibilang, lewat sentuhan pop culture yang imajinatif, Uma Musume telah membantu menjembatani generasi baru dengan dunia pacuan kuda Jepang dengan cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Itulah 7 fakta tentang pacuan kuda di Jepang: legal, gila, dan penuh drama! Mulai dari sistem yang super teratur, joki yang dilatih sejak remaja, sampai kuda-kuda legendaris yang sekarang punya versi anime moe-nya—semuanya membuktikan bahwa di Jepang, pacuan kuda bukan sekadar ajang taruhan, tapi bagian dari budaya yang terus berkembang.

Siapa sangka olahraga yang sering dianggap “jadul” bisa tampil segar dan relevan berkat kombinasi tradisi, teknologi, dan sentuhan pop culture? Jadi, Titipers, kalau suatu saat kamu lagi jalan-jalan ke Jepang, jangan ragu mampir ke lintasan pacuan kuda. Siapa tahu, kamu nggak cuma dapat pengalaman seru, tapi juga pulang dengan cerita yang nggak terlupakan.

Gambar sampul diambil dari The Japan News

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^ 

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang