KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami

Jika Titipers berkunjung ke Kyoto, mungkin Titipers akan mendapat kesempatan untuk melihat para geisha berjalan menuju tempat mereka bekerja. Dengan riasan yang mencolok serta pakaian kimono yang mewah, geisha pasti akan menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Namun sayangnya, geisha sering disalahpahami oleh kebanyakan orang sebagai “wanita malam” atau pekerja seksual, padahal mereka sama sekali tidak menjual layanan seperti itu. Lalu apa sebenarnya yang dilakukan geisha? Kenapa kesalahpahaman seperti ini bisa muncul?

Apa Itu Geisha?

Blog Titip Jepang - Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami Geisha Kyoto
Geisha di jalanan Kyoto.

Geisha muncul dari kata gei yang berarti “seni” dan sha yang berarti “orang yang melakukan”, jika digabung menjadi “orang seni” atau lebih tepatnya mereka adalah seniman. Geisha mahir dalam banyak seni tradisional seperti bermain alat musik tradisional, menari, upacara teh, hingga permainan tradisional. Dalam melakukan pekerjaannya, para geisha menggunakan kimono dengan warna cerah dan riasan mencolok yang didampingi banyak aksesoris. Saat ini geisha dianggap sebagai bagian penting untuk melestarikan budaya tradisional Jepang.

Pada umumnya, geisha bekerja di ochaya atau rumah teh. Mereka bertugas untuk menghibur pengunjung dengan bermain musik atau menari, mengobrol dengan pengunjung, dan menuang teh untuk gelas pengunjung agar tetap penuh. Biasanya geisha bekerja dari sore hari hingga larut malam.

Jika Titipers tertarik memesan geisha, Titipers harus mempersiapkan sekitar 80.000 yen (Rp. 8,7 juta), 50.000 yen untuk layanan geisha dan sisanya untuk biaya makan dan lokasi. Pemesanan hanya bisa dilakukan melalui agen khusus yang memang menyediakan layanan geisha. Titipers juga disarankan untuk mempelajari bahasa Jepang terlebih dahulu karena para geisha tidak diwajibkan untuk belajar bahasa Inggris, tapi beberapa tempat menyediakan interpreter jika diperlukan.

Kesalahpahaman Geisha Sebagai “Wanita Malam”

Blog Titip Jepang - Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami Wanita Malam
Pandangan geisha sebagai “wanita malam” masih kuat.

Geisha seringkali dicap sebagai “wanita malam” oleh sebagian orang, bahkan oleh orang Jepang sendiri. Padahal geisha di masa sekarang sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal seksual. Kesalahpahaman ini muncul karena adanya oiran yang memang merupakan wanita penghibur di masa feodal Jepang. Jika dilihat sekilas, hampir tidak ada bedanya antara oiran maupun geisha, baik dari penampilan, keterampilan seni, maupun tugasnya yang sama-sama mengibur tamu. Tetapi geisha hanya bertugas untuk menghidupkan suasana ketika makan bersama, setelah itu baru oiran mengajak tamu untuk menghabiskan malam bersama.

Setelah Perang Dunia Ke-2, kesalahpahaman ini semakin diperparah oleh pasukan asing yang tidak dapat membedakan geisha dan wanita malam lainnya sehingga cara pandang ini meluas. Oleh karena itu, Titipers harus berhati-hati ketika berinteraksi dengan geisha karena mereka bukanlah wanita malam yang menjual layanan seksual melainkan kemampuan dan bakat mereka dalam seni.

Kemunculan Geisha dalam Pop Kultur

Blog Titip Jepang - Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami Memoirs of a Geisha
“Memoirs of a Geisha” adalah salah satu karya tentang geisha yang terkenal.

Seiring berjalannya waktu, geisha tidak hanya dikenal sebagai penjaga budaya tradisional Jepang, tetapi juga sebagai ikon budaya yang banyak muncul dalam berbagai media modern. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah novel dan film Memoirs of a Geisha, yang memberikan gambaran fiksi tentang kehidupan seorang geisha. Tetapi banyak kekeliruan yang dibuat-buat hanya untuk mendramatisir kehidupan geisha, seperti pelelangan keperawanan yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

Geisha juga muncul dalam beberapa karya lain seperti anime dan game. Dalam film anime Miss Hokusai, geisha ditampilkan sebagai para seniman yang erat kaitannya dengan hiburan dan kebudayaan. Sama halnya dengan pelukis seperti Oei (karakter utama film ini), geisha juga merupakan salah satu bagian penting dari kebudayaan Jepang. Seri Game Yakuza (Ryu ga Gotoku) juga menampilkan geisha sebagai karakter yang kuat dan penuh teka-teki, cocok dengan penampilan mereka yang anggun.

Dampak dari kemunculan geisha dalam pop kultur sangatlah besar. Para seniman dan perancang busana banyak mengambil inspirasi dari gaya atau estetika geisha dalam karya mereka. Katy Perry bahkan pernah menggunakan pakaian kimono yang terinspirasi oleh gaya berpakaian geisha dalam penampilannya di American Music Awards 2013, meskipun diikuti oleh kontroversi perihal rasisme dan cultural appropriation.

Blog Titip Jepang - Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami Katy Perry geisha
Penampilan Katy Perry yang menyanyikan lagu “Unconditionally” di AMA 2013.

Kesimpulan

Blog Titip Jepang - Geisha, Para Seniman yang Disalahpahami

Meskipun sering disalahpahami, geisha tetap menjadi simbol budaya yang kaya dan kompleks, yang tidak hanya melambangkan keindahan seni tradisional Jepang tetapi juga mampu beradaptasi dan terus menjadi bagian dari budaya pop global. Dengan memberikan pengetahuan tentang geisha, diharapkan kesalahpahaman tentang geisha bisa berkurang.

Apakah Titipers semakin tertarik tentang geisha?

Sumber: Wikipedia, All Japan Tours, Japan-Guide, Just About Japan, ThoughtCo