KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Jouhatsu, Fenomena Orang “Menghilangkan Diri”

Titipers pasti tahu kalau Jepang adalah sebuah negara dengan teknologi maju, budaya yang kaya, dan kedisiplinan yang tinggi. Tapi di balik semua itu, terdapat sisi gelap masyarakatnya yang jarang terungkap ke permukaan. Salah satunya adalah fenomena yang dikenal sebagai jouhatsu (蒸発), yang secara harfiah berarti “menguap”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang secara sukarela menghilang tanpa jejak, meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan kehidupan mereka tanpa penjelasan.

Menurut laman web Missing Person Search Support Association of Japan, atau disingkat MPS, terdapat lebih dari 100.000 orang menghilang tanpa adanya laporan ke pihak kepolisian. Jumlah ini selalu bertambah setiap tahun, dan sekitar 80.000 orang ditemukan setiap tahunnya pula, menyisakan sekian puluh ribu orang yang masih menghilang. Meskipun telah mengirimkan laporan, kepolisian Jepang tidak dapat melakukan investigasi dengan efektif karena hukum negaranya yang ketat sehingga investigasi hanya bisa dilakukan apabila ada kecurigaan atau tindak kriminal yang jelas.

Lantas kenapa jouhatsu bisa terjadi?

Awal Mula Munculnya Jouhatsu

BLOG TITIP JEPANG - JOUHATSU FENOMENA ORANG MENGUAP AWAL MULA
Ekonomi menjadi salah satu alasan orang ingin “menguap”

Fenomena jouhatsu pertama kali muncul pada tahun 1960-an, ketika ekonomi Jepang mulai berkembang pesat. Awalnya orang-orang menghilang karena ingin melarikan diri dari pernikahan yang tidak membahagiakan karena sulitnya proses preceraian. Namun, seiring berjalannya waktu, alasan di balik jouhatsu menjadi semakin kompleks. Beberapa orang memilih menghilang karena terlilit utang, masalah keluarga, atau tekanan mental yang luar biasa. Dalam beberapa kasus, individu-individu ini merasa bahwa menghilang adalah satu-satunya cara untuk memulai kembali kehidupan mereka.

Kasus jouhatsu melonjak pesat pada tahun 90-an atau pada masa yang biasa disebut sebagai “The Lost Decade of the 1990s” dimana harga aset melonjak sangat tinggi sehingga menyebabkan banyak orang terlilit utang dan kehilangan pekerjaan. Ekonomi tidak menjadi satu-satunya alasan orang ingin menghilang. Menurut ahli, alasan terbesar orang ingin menghilang dilatarbelakangi oleh hubungan sosial yang memberikan tekanan. Ekspektasi, harapan, atau tanggung jawab yang berat membuat orang ingin memulai hidup baru dan meninggalkan kehidupan mereka saat ini.

Yonigeya, Layanan Pembantu Jouhatsu

BLOG TITIP JEPANG - JOUHATSU FENOMENA ORANG MENGUAP YONIGEYA
Perusahaan yonigeya seringkali menggunakan truk pindahan

Di Jepang, orang-orang yang ingin “menghilang” sering kali bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang dikenal sebagai yonigeya (夜逃げ屋), atau “pengatur pelarian malam hari”. Perusahaan-perusahaan ini membantu klien mereka menghilang tanpa jejak, menyediakan tempat tinggal sementara, pekerjaan baru, dan identitas yang baru. Perusahaan-perusahaan ini biasanya mematok harga sekitar 50.000 yen (sekitar Rp.5 juta) hingga 300.000 yen (sekitar Rp. 30 juta). Layanan ini memang mahal, tetapi bagi mereka yang merasa terpojok, harga tersebut dianggap sebanding dengan kesempatan untuk memulai hidup baru.

Dalam video dokumenter berjudul “Vanishing without a trace” dari channel Youtube CNA, ditampilkan bagaimana yonigeya beroperasi. Perusahaan yonigeya di dalam video tersebut membantu orang yang mengalami tekanan dalam keluarga seperti korban KDRT. Meskipun telah membuat laporan ke pihak kepolisian, korban KDRT biasanya akan diberitahu kalau tidak ada apa-apa yang terjadi atau hubungi polisi jika ada yang terjadi, tanpa memberikan solusi. Lagi-lagi karena sistem hukum Jepang yang sangat ketat, sehingga mereka hanya bisa memilih 2 jalur yaitu melawan atau kabur. Karena itulah perusahaan yonigeya bisa muncul, mereka memberikan solusi bagi orang-orang dengan tekanan luar biasa dalam keluarganya tanpa harus mengandalkan kekerasan. Yonigeya membantu orang-orang “menghilang” dari kehidupan dan masalah-masalah yang membebani.

Fenomena Jouhatsu Menurut Para Ahli

Dalam video dari CNA, Nakamori Hiroki, seorang sosiolog mengatakan jouhatsu (menguap) adalah membebaskan diri dari hubungan manusia yang rumit. Selain itu, alasan orang ingin menghilang tidak selalu jelas. Bahkan ada orang yang hanya ingin memulai hidup baru meskipun tidak memiliki masalah serius dalam hidupnya. Tetapi biasanya masih dilatarbelakangi oleh hubungan sosial yang merepotkan.

Menurut Nakamori, budaya “sekentei” (menjaga penampilan) yang kental di masyarakat Jepang menyebabkan beberapa orang tidak dapat memenuhi standar ideal yang mereka inginkan sehingga memilih untuk menghilang agar terbebas tekanan yang muncul dari pandangan dan kritik orang lain.

Jouhatsu, Jalan Keluar Orang-orang Tercekik

Fenomena jouhatsu di Jepang menunjukkan sisi lain dari masyarakat yang tampak harmonis dan disiplin. Di balik kesuksesan dan ketertiban, terdapat individu-individu yang merasa tercekik oleh harapan dan tekanan sosial. Mereka memilih untuk “menguap” sebagai cara untuk memulai kembali, meskipun harus meninggalkan segalanya. Bagi mereka, jouhatsu adalah jalan keluar terakhir dari kehidupan yang penuh dengan tekanan dan harapan yang tidak dapat mereka penuhi.

Sumber: Wikipedia, MPS, Channel Youtube CNA, TIME.

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang