KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Kisah Nyata Para Raja Bajak Laut Jepang

BLOG0Kisah nyata para raja bajak laut

Pembajakan dalam sejarah Jepang adalah dunia yang penuh warna dan kompleks. Dari pejabat pemerintah yang berbalik menjadi pemimpin bajak laut hingga klan maritim yang mendominasi jalur perdagangan, sejarah pembajakan Jepang menyimpan kisah-kisah menarik yang sering kali dilupakan. Berikut ini kita akan menyelami lebih dalam perjalanan hidup para “raja bajak laut Jepang” yang mengukir sejarah di Laut Pedalaman Seto dan sekitarnya.

Fujiwara no Sumitomo: Dari Pemerintah ke Lautan Lepas

kisah para raja bajak laut jepang

Sekitar tahun 930-an, Fujiwara no Sumitomo memulai kariernya sebagai komandan miiter Provinsi Iyo (sekarang Prefektur Ehime). Tugas utamanya adalah menumpas pembajakan di daerah tersebut. Namun, meski berhasil menjalankan tugasnya, Sumitomo tidak mendapatkan promosi yang diharapkannya. Kekecewaan ini membuatnya beralih haluan menjadi pemimpin bajak laut.

Pada tahun 936, Sumitomo mengorganisasi para pemberontak, petani, dan samurai yang tidak puas untuk membentuk kerajaan bajak lautnya sendiri di Pulau Hiburi. Dengan memimpin hingga 1.000 kapal, ia menguasai perairan sekitar Shikoku dan Kyushu. Sumitomo dikenal sebagai pemimpin yang tangguh dan dihormati, bahkan oleh para penjahat yang bergabung dengannya. Namun, setelah istana kekaisaran memadamkan pemberontakan di tempat lain, mereka memusatkan perhatian pada Sumitomo. Armada besar dikirim untuk melawannya, dan ia dikalahkan di Teluk Hakata. Sumitomo akhirnya dieksekusi.

Murakami Takeyoshi: Jenderal di Laut Pedalaman Seto

Pada abad ke-14, kekuasaan pemerintah pusat di Jepang melemah, memberi peluang bagi klan seperti Murakami untuk memerintah di wilayah maritim. Klan Murakami mendirikan Murakami Kaizoku, atau “bajak laut Murakami”, yang menguasai jalur perdagangan strategis di Laut Pedalaman Seto.

Salah satu tokoh utama klan ini adalah Murakami Takeyoshi, pemimpin cabang Noshima. Ia dikenal karena strategi perangnya yang brilian dan simbol-simbol unik, seperti helm berhiaskan cangkang emas dan ritual makan gurita sebelum bertempur. Takeyoshi memimpin kapal-kapal besar yang memerlukan hingga 80 pendayung. Dengan pengaruh yang luas, ia mendapatkan penghormatan dari pelaut dan daimyo setempat, bahkan misionaris Jesuit Luis Frois menggambarkannya seperti ini: “Dia tinggal di sebuah benteng besar dan memiliki banyak pengikut… Dia begitu kuat hingga saat ini. wilayah pesisir ini, serta pesisir kerajaan penguasa lainnya, semuanya memberinya pembayaran tahunan karena takut dia akan menghancurkan wilayah tersebut.”

Namun, kekuasaannya akhirnya runtuh setelah menghadapi pasukan angkatan laut Oda Nobunaga dalam pertempuran kedua Kizugawaguchi. Namun warisan kekuatan maritimnya adalah salah satu alasan mengapa saat ini, Murakami Kaizoku juga dikenal sebagai Murakami Suigun (“tentara air”).

Tay Fusa: Pemimpin Multietnis yang Menantang Spanyol

Pada abad ke-16, para bajak laut Wako, yang terdiri dari berbagai suku bangsa termasuk Jepang, Tiongkok, HakkaTaiwan, Ainu, dan Korea, beroperasi di perairan Asia Timur. Salah satu pemimpin mereka adalah Tay Fusa, yang membangun kekuasaannya di Lembah Cagayan, Filipina. Nama Tay Fusa kemungkinan besar merupakan versi salah dengar dari istilah Jepang “taifu-san” atau “taifu-sama,” yang berarti pemimpin.

Pada tahun 1582, kelompok ini bentrok dengan pasukan Kekaisaran Spanyol dalam Pertempuran Cagayan. Meskipun sering dianggap sebagai pertempuran antara samurai dan ksatria Eropa, kenyataannya tidak ada bukti bahwa samurai terlibat dalam pertempuran ini.

Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa ada sekitar 40 hingga 60 tentara Spanyol (ditambah dengan tentara Filipina yang direkrut) melawan 1.000 bajak laut. Para peneliti yang melakukan perhitungan dasar berdasarkan informasi tentang kapal masing-masing menyimpulkan bahwa, kemungkinan besar, wako-lah yang kalah jumlah.

Keseluruhan kisah ini dipenuhi dengan terlalu banyak legenda berdasarkan sumber yang tidak dapat diandalkan, namun karena aktivitas bajak laut di daerah tersebut tampaknya telah menurun setelah tahun 1582, kita dapat berasumsi bahwa Spanyol telah berhasil mengalahkan kelompok Tay Fusa, dan mengakhiri kekuasaannya di wilayah itu.

Mengapa Tema Bajak Laut Jarang Muncul dalam Budaya Pop Jepang?

Salah satu alasan di balik popularitas serial One Piece adalah penggambarannya tentang dunia bajak laut. Namun, tema ini sebenarnya jarang diangkat dalam budaya pop Jepang. Banyak yang salah mengartikan sejarah bajak laut Jepang, menganggapnya tidak relevan atau terlalu rumit. Padahal, sejarah ini kaya dengan kisah-kisah heroik dan intrik politik yang dapat memberikan inspirasi bagi cerita-cerita epik.

Fujiwara no Sumitomo, Murakami Takeyoshi, dan Tay Fusa adalah beberapa nama besar yang menunjukkan bagaimana pembajakan di Jepang lebih dari sekadar perampokan di laut. Mereka adalah tokoh-tokoh yang mengubah jalannya sejarah, menciptakan kekuasaan mereka sendiri di tengah ketidakstabilan politik. Kisah mereka adalah pengingat akan kekayaan sejarah Jepang yang sering kali tersembunyi dari sorotan modern.

sumber: tokyoweekender

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang