Makan Siang Gratis atau Bersubsidi? Fakta Unik Sekolah Jepang

Makan siang gratis di sekolah Jepang bukan sekadar mengenyangkan. Lebih dari itu, ini adalah pelajaran kehidupan yang kaya dengan nilai edukasi, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap makanan.
Makan siang di sekolah Jepang, atau dikenal dengan sebutan kyushoku, merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari para siswa. Namun, apakah makan siang di sekolah Jepang benar-benar gratis? Jawabannya tidak sesederhana itu. Meskipun sebagian besar sekolah di Jepang menyediakan makan siang, ini biasanya tidak sepenuhnya gratis. Ada sejumlah faktor menarik yang membuat kyushoku di Jepang layak untuk dibahas lebih mendalam.
Sejarah Kyushoku
Sistem makan siang kyushoku dimulai pada tahun 1889 ketika sebuah sekolah dasar kota di Kota Tsuruoka, yang sekarang menjadi Prefektur Yamagata, menawarkan satu set makanan berupa bola nasi, ikan panggang, dan acar kepada anak-anak yang membutuhkan secara gratis pada waktu makan siang. Sekolah dasar ini awalnya dibangun di dalam kuil, dan makan siang untuk anak-anak miskin dibuat dengan nasi dan bahan-bahan lain yang diterima oleh para biksu kuil sebagai imbalan atas kunjungan dari pintu ke pintu dan pembacaan sutra.
Kemudian, pada tahun 1923, makan siang di sekolah didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan gizi anak-anak, tetapi menjelang Perang Dunia II, makan siang di sekolah dibatalkan karena kekurangan bahan. Setelah perang, Jepang menderita kekurangan pangan dan gizi buruk bagi anak-anak menjadi masalah serius. Menanggapi semakin banyaknya suara di antara masyarakat untuk menghidupkan kembali makan siang di sekolah dalam upaya mengatasi situasi ini, sistem kyushoku dilanjutkan. Pada tahun 1954, undang-undang tentang makan siang di sekolah secara resmi diberlakukan, dan sistem makan siang di sekolah menyebar ke seluruh negeri.
Apakah Makan Siang di Sekolah Jepang Gratis?
Secara umum, makan siang di sekolah Jepang tidak gratis. Orang tua diharuskan membayar biaya makan siang, yang jumlahnya relatif terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Biaya ini biasanya berkisar antara 4.000 hingga 5.000 yen per bulan, tergantung pada wilayahnya. Subsidi pemerintah bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak dapat menikmati makanan sehat tanpa membebani orang tua secara berlebihan.
Namun, ada beberapa daerah di Jepang yang memberikan makan siang gratis kepada siswa. Hal ini biasanya dilakukan sebagai bagian dari program kesejahteraan sosial. Daerah-daerah tersebut, terutama yang memiliki tingkat kelahiran rendah atau ingin mendukung keluarga berpenghasilan rendah, menjadikan makan siang gratis sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menurut data terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang (MEXT), sekitar 30% wilayah di Jepang telah menyediakan makan siang gratis di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dari total 722 wilayah yang menjalankan program ini, survei menunjukkan bahwa:
- 72,7% berencana melanjutkan program makan siang gratis hingga tahun fiskal 2024 dan seterusnya.
- 15,9% sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan program ini.
- 11,4% tidak memiliki rencana untuk menjalankan program makan siang gratis.
Kyushoku: Lebih dari Sekadar Makan Siang

Makan siang di sekolah Jepang bukan hanya soal mengisi perut. Kyushoku dianggap sebagai bagian dari pendidikan. Melalui makan siang ini, anak-anak diajarkan tentang gizi, etika makan, pentingnya makanan sehat, dan menghargai makanan. Tradisi ini memiliki beberapa aspek unik:
1. Persiapan dan Penyajian yang Melibatkan Siswa
Makanan disiapkan di dapur sekolah atau pusat katering lokal. Para siswa kemudian bergantian bertugas menyajikan makanan untuk teman-teman sekelas mereka. Mereka mengenakan celemek dan topi khusus saat menjalankan tugas ini. Tradisi ini mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab, kerja sama, dan efisiensi.
2. Edukasi tentang Gizi dan Kesehatan
Ahli gizi memainkan peran penting dalam menentukan menu yang biasanya terdiri dari nasi, roti, atau mie, serta makanan yang mengandung protein seperti ikan, ayam, atau daging sapi. Menu ini dilengkapi dengan sayuran, susu, dan makanan penutup yang seimbang, sehingga dapat memenuhi sepertiga kebutuhan gizi harian pelajar.
3. Peran Kyushoku dalam Nutrisi dan Pendidikan
Kyushoku menyediakan dukungan nutrisi bagi siswa yang terlalu sibuk untuk sarapan dan memberi mereka pengetahuan yang tepat tentang makanan. Menu ini juga memberikan nutrisi seimbang bagi anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat makan tiga kali sehari. Banyak bahan yang digunakan dalam kyushoku diproduksi di dalam negeri dan lokal, untuk membiasakan anak-anak dengan bahan-bahan dari negara dan daerah mereka sendiri.
4. Pengelolaan yang Terstruktur
Guru juga makan bersama siswa di kelas, tetapi aturan makan sepenuhnya dikelola oleh murid. Jika seorang guru tidak menghabiskan makanannya, siswa tidak segan untuk menegur mereka. Hal ini menciptakan suasana egaliter dan mendorong tanggung jawab bersama.
5. Penghargaan terhadap Makanan
Anak-anak diharapkan untuk menghabiskan seluruh makanan di piring mereka, termasuk butiran nasi terakhir. Budaya ini mengajarkan mereka untuk menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakan apa yang sudah disajikan. Mereka juga didorong untuk mencoba berbagai jenis makanan, meskipun awalnya tidak mereka sukai.
Makan Siang Gratis sebagai Investasi Sosial
Program makan siang gratis di beberapa wilayah Jepang tidak hanya bertujuan untuk mengurangi beban ekonomi keluarga, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Dengan memberikan makanan bergizi secara gratis, anak-anak dapat fokus belajar tanpa harus mengkhawatirkan asupan nutrisi mereka.
Efisiensi dalam pengelolaan makan siang sekolah di Jepang juga menjadi contoh yang menarik. Setiap detail, mulai dari penyusunan menu hingga distribusi makanan, dirancang untuk memastikan bahwa kebutuhan nutrisi anak-anak terpenuhi secara optimal. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Jepang dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak mereka.
Kyushoku di sekolah Jepang adalah cerminan dari bagaimana negara ini memprioritaskan pendidikan dan kesejahteraan anak-anak. Meskipun tidak sepenuhnya gratis di seluruh wilayah, subsidi pemerintah dan program makan siang gratis di beberapa daerah menunjukkan komitmen Jepang dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan berdaya saing. Tradisi ini tidak hanya memberikan manfaat nutrisi, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting yang akan dibawa oleh anak-anak hingga dewasa.
sumber: japanwonderful ; instagram/japanesestation
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang