Marriage is Scary: 4 Alasan Orang Jepang Enggan Menikah
Jika Titipers membuka TikTok beberapa waktu lalu pasti akan menemukan video dengan caption “marriage is scary” yang diikuti dengan deskripsi pasangan tidak ideal bagi pembuat videonya. Kebanyakan video ini dibuat oleh orang-orang yang takut mendapat pasangan tidak sesuai dengan harapan, membuat banyak orang semakin takut menikah.
Berbicara tentang takut menikah, Jepang saat ini dilanda penurunan populasi yang diakibatkan sedikitnya pernikahan. Dilansir dari Nippon.com, angka pernikahan di Jepang turun sebesar 6% pada tahun 2023. Apakah alasannya karena sulit mencari pasangan sesuai seperti pada tren marriage is scary? Apakah karena masalah lain? Inilah alasan-alasan kenapa masyarakat Jepang enggan menikah yang telah kami simpulkan dari berbagai sumber.
1. Karier
Dilansir dari Akurat.com, masyarakat Jepang lebih mementingkan karier daripada berkeluarga. Hal ini menyebabkan kurangnya waktu yang dimiliki untuk mencari pasangan atau bahkan diri sendiri, yang menyebabkan semakin berkurangnya angka pernikahan. Terlebih pandangan bahwa istri harus diam di rumah dan hanya suami-lah yang bekerja masih kental di Jepang. Pandangan tersebut membuat adanya beban tambahan bagi wanita bekerja dimana mereka harus mengurus rumah tangga sekaligus berkarier membuat mereka semakin enggan untuk menikah.
2. Biaya Hidup Tinggi
Dilansir dari The Guardian, banyak masyarakat muda enggan menikah karena takut dengan biaya hidup tinggi di kota-kota besar seperti Tokyo, dimana sebagian besar dari mereka tinggal. UMR Jepang yang dikenal rendah jika dibandingkan dengan negara maju lain semakin memperparah kondisi finansial para pekerja sehingga sulit bagi mereka untuk menabung uang yang cukup agar bisa menikah. Jika memiliki anak, biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Dengan budaya kerja Jepang yang keras, akan sulit bagi kedua orang tua untuk bekerja sekaligus mengurus anak.
3. Lebih Memprioritaskan Kebahagiaan Pribadi
Dari berbagai survei, sebagian besar menyatakan bahwa pernikahan membuat mereka “tidak bebas” karena kewajiban rumah tangga sehingga sulit memiliki waktu untuk diri sendiri. Banyak dari mereka lebih menyukai kehidupan single yang bebas daripada berkeluarga. Bahkan banyak siswa SMP yang tidak memiliki keinginan untuk menikah karena beban yang muncul dari pernikahan.
4. Kriteria Pasangan
Seperti di tren marriage is scary, sulitnya mencari pasangan sesuai juga membuat angka pernikahan di Jepang menurun. Dilansir dari The Mainichi, sebesar 42% responden menjawab “kecocokan dan nilai yang sama” sebagai kriteria utama dalam mencari pasangan. Adapun 38.9% responden menjawab “menyenangkan ketika bersama.” Selain itu, dilansir dari detik, kini ada 4 kriteria baru yang wanita cari dalam pasangan, yaitu 4T yang berisi teishisei (rendah hati), teirisuku (pekerjaan stabil), teinenpi (hemat), dan teiizon (tidak bergantung pada istri atau ibu). Jika seorang pria tidak memenuhi kriteria ini, kesempatannya untuk menikah akan semakin kecil.
Itulah alasan-alasan di balik rendahnya angka pernikahan di Jepang. Masalah perekonomian menjadi alasan utama yang perlu dibenahi bagi pemerintah. Pernikahan memang pilihan besar dalam hidup, tidak heran tren marriage is scary bisa muncul karena kekhawatiran akan masa depan.
Apakah Titipers punya marriage is scary versi Titipers sendiri?
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: The Guardian, Detik, Nippon.com, Akurat.com, The Mainichi
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang