KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Mitos Gerhana Bulan di Jepang: Antara Legenda, Cinta dan Kepercayaan Kuno

TITIP JEPANG-Gerhana bulan di Jepang

Gerhana bulan selalu menjadi fenomena langit yang menarik perhatian banyak orang, tidak hanya dari segi ilmiah, tetapi juga dalam budaya dan kepercayaan masyarakat. Dalam budaya Jepang, gerhana bulan sering dikaitkan dengan mitos kuno, pertanda bagi kehidupan manusia, serta berbagai ritual yang dilakukan untuk menangkal pengaruh buruknya. Artikel ini akan membahas berbagai mitos dan kepercayaan tentang gerhana bulan di Jepang secara mendalam dan menarik.


1. Pengaruh dari Mitologi Shinto: Amaterasu dan Susano-o

Amaterasu muncul dari Gua Batu Surgawi, membawa kembali sinar matahari ke dunia (By Toyokuni III (Kunisada)

Salah satu mitologi yang sering dikaitkan dengan fenomena gerhana di Jepang adalah kisah Amaterasu, dewi matahari, dan adiknya, Susano-o, dewa badai dan laut. Dalam mitologi Jepang, Susano-o dikenal sebagai sosok yang temperamental dan sering bertindak kasar. Suatu hari, ia membuat kerusakan besar di surga, termasuk menghancurkan sawah dan melemparkan kotoran ke dalam istana Amaterasu. Merasa terhina dan takut, Amaterasu bersembunyi di dalam gua, menyebabkan dunia menjadi gelap.

Meskipun kisah ini lebih sering dikaitkan dengan gerhana matahari, tema kegelapan mendadak akibat perilaku dewa mencerminkan bagaimana masyarakat Jepang kuno melihat gerhana bulan sebagai fenomena supranatural yang terjadi akibat ketidakseimbangan dalam dunia spiritual.

2. Legenda Tiga Bersaudara: Matahari, Bulan, dan Monster

image: monster.fandom

Salah satu mitos menarik dari Jepang adalah kisah tiga bersaudara yang melambangkan matahari, bulan, dan monster kegelapan. Dalam cerita ini, dua saudara yang lebih tua memiliki takdir untuk menerangi dunia: satu menjadi matahari, sementara yang lain menjadi bulan. Namun, saudara bungsu mereka tidak memiliki cahaya sendiri dan tumbuh dengan rasa iri terhadap saudaranya.

Dipenuhi dengan amarah dan kecemburuan, sang adik akhirnya berubah menjadi monster dan berusaha menelan bulan dalam usahanya untuk merebut cahaya saudaranya. Setiap kali monster ini hampir berhasil, bulan menghilang dari pandangan, menciptakan fenomena gerhana bulan. Namun, dengan bantuan doa dan ritual yang dilakukan oleh manusia, bulan selalu berhasil membebaskan diri dan kembali bersinar.

Legenda ini dipercaya sebagai cara nenek moyang Jepang menjelaskan fenomena gerhana bulan serta menanamkan nilai-nilai keseimbangan dalam alam semesta

3. Mitos Matahari dan Bulan yang Jatuh Cinta

image: sciencefokus.com

Dalam beberapa cerita rakyat Jepang, terdapat kisah romantis tentang matahari dan bulan yang saling mencintai, tetapi ditakdirkan untuk selalu terpisah. Matahari bersinar di siang hari, sementara bulan hanya muncul di malam hari, membuat mereka tidak pernah bisa bersama.

Namun, para dewa yang mengetahui betapa besar cinta mereka menciptakan gerhana sebagai momen singkat di mana matahari dan bulan bisa bertemu. Setiap kali gerhana terjadi, itu dipercaya sebagai saat di mana mereka akhirnya bisa bersatu meskipun hanya untuk beberapa saat sebelum kembali berpisah. Mitos ini melambangkan cinta yang abadi namun terhalang oleh takdir, serta keseimbangan antara siang dan malam yang harus tetap terjaga.

4. Kepercayaan tentang Energi Negatif saat Gerhana

image: leafcollective

Dalam kepercayaan rakyat Jepang kuno, gerhana bulan dianggap membawa energi negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu tradisi yang berkembang adalah menutup sumur dan tempat penyimpanan air selama gerhana berlangsung. Masyarakat percaya bahwa air yang terkena cahaya bulan saat gerhana akan menjadi beracun dan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, mereka akan menutup sumur dengan kain atau papan kayu untuk mencegah “racun langit” masuk.

Selain itu, ibu hamil di Jepang kuno sering kali dilarang keluar rumah selama gerhana bulan karena diyakini bahwa fenomena ini dapat membawa pengaruh buruk terhadap bayi yang dikandung. Beberapa kepercayaan juga menyebutkan bahwa melihat gerhana bulan secara langsung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan nasib buruk.


Itulah beberapa mitos gerhana bulan di Jepang yang menunjukkan betapa fenomena ini lebih dari sekadar peristiwa astronomi. Gerhana bulan telah menjadi bagian dari warisan budaya yang kaya akan cerita, legenda, dan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun. Dari legenda tiga bersaudara yang melambangkan bulan, matahari, dan monster, hingga kisah Amaterasu dan Susano-o, serta mitos romantis matahari dan bulan yang tak bisa bersatu, kepercayaan ini mencerminkan cara masyarakat Jepang memahami dan memberikan makna pada peristiwa alam yang luar biasa ini.

Saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, masyarakat Jepang tidak lagi menganggap gerhana sebagai pertanda buruk. Namun, warisan budaya ini tetap hidup dalam bentuk cerita rakyat, festival, dan praktik-praktik simbolis yang masih dijalankan oleh sebagian orang. Jika Titipers sedang berada di Jepang saat gerhana bulan terjadi, jangan lupa untuk menikmati keindahannya, sekaligus mengingat bagaimana nenek moyang dulu memaknainya dengan penuh keajaiban dan misteri.

Artikel ini ditulis dari berbagai sumber.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang