KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Budaya Kerja Jepang Mulai Berubah? Penerapan 4 Hari Kerja di Perusahaan Jepang

Jepang memiliki reputasi sebagai salah satu negara dengan pekerja paling keras di dunia. Apakah Titipers pernah mendengar kata “karoshi“? Kata tersebut memiliki arti “kematian akibat bekerja berlebihan,” cukup menggambarkan budaya kerja Jepang yang memprihatinkan. Dilansir dari Statista, sekitar 2.900 orang melakukan bunuh diri akibat pekerjaan pada tahun 2023. Melihat kondisi pekerja yang semakin parah setiap tahunnya, pemerintah dan sejumlah perusahaan mulai memperkenalkan kebijakan kerja empat hari dalam seminggu. Meskipun inovasi ini belum sepenuhnya diterima, langkah ini bisa menjadi awal perubahan positif untuk masa depan Jepang.

Dukungan Pemerintah untuk Empat Hari Kerja

BLOG TITIP JEPANG - BUDAYA KERJA JEPANG MULAI BERUBAH? PENERAPAN 4 HARI KERJA DI PERUSAHAAN JEPANG SENAM
Olahraga pagi di kantor Jepang

Pada tahun 2021, pemerintah Jepang pertama kali mengungkapkan dukungannya terhadap konsep empat hari kerja, setelah adanya dorongan dari para pembuat kebijakan. Namun, penerapannya masih terbilang lambat. Data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan bahwa hanya sekitar 8% perusahaan di negara tersebut yang memberikan tiga hari libur dalam seminggu, sementara 7% lainnya hanya memberikan satu hari libur wajib kepada para pekerjanya.

Untuk mendorong perubahan, pemerintah meluncurkan kampanye “reformasi gaya kerja” atau “hatarakikata kaikaku“, yang bertujuan untuk mempromosikan jam kerja yang lebih singkat, batasan lembur, dan cuti tahunan berbayar. Pemerintah bahkan menawarkan konsultasi gratis dan subsidi bagi perusahaan yang ingin menerapkan kebijakan ini. Meski demikian, hanya segelintir perusahaan yang menunjukkan minat untuk meminta bantuan.

Hambatan dalam Penerapan

BLOG TITIP JEPANG - BUDAYA KERJA JEPANG MULAI BERUBAH? PENERAPAN 4 HARI KERJA DI PERUSAHAAN JEPANG LEMBUR
Lembur adalah salah satu hambatan penerapan kebijakan 4 hari kerja.

Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan empat hari kerja di Jepang adalah budaya kerja yang sangat menekankan pengorbanan demi perusahaan. Masyarakat Jepang terbiasa bekerja berjam-jam, bahkan beberapa di antaranya melakukan lembur tanpa bayaran yang disebut sebagai “service overtime“. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan rekan kerja sangat besar, dan libur panjang umumnya diambil bersamaan, seperti saat liburan Obon di musim panas dan Tahun Baru agar tidak dianggap sebagai pekerja yang tidak berdedikasi.

Sebagai contoh, Panasonic Holdings Corp. telah menawarkan jadwal kerja empat hari bagi 63.000 karyawannya, tetapi hanya 150 orang yang memilih jadwal tersebut. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya mengubah budaya yang sudah mengakar.

Perusahaan-Perusahaan yang Mulai Berubah

BLOG TITIP JEPANG - BUDAYA KERJA JEPANG MULAI BERUBAH? PENERAPAN 4 HARI KERJA DI PERUSAHAAN JEPANG UNIQLO
Uniqlo adalah salah satu perusahaan yang memberikan jadwal 4 hari kerja.

Walaupun perlahan, sejumlah perusahaan besar di Jepang mulai membuka diri terhadap perubahan. Perusahaan seperti Fast Retailing (pemilik Uniqlo), perusahaan farmasi Shionogi & Co., serta perusahaan elektronik Ricoh dan Hitachi telah menawarkan opsi kerja empat hari. Di industri keuangan yang terkenal ketat, perusahaan seperti SMBC Nikko Securities dan Mizuho Financial Group juga mulai memberikan opsi ini.

Selain itu, perusahaan kecil seperti Spelldata di Tokyo telah menerapkan jadwal empat hari kerja. Seorang karyawan bernama Yokohama Akiko mengakui bahwa libur tambahan memberikannya fleksibilitas lebih dalam mengatur hidupnya. Dia bisa menggunakan hari liburnya untuk keperluan pribadi seperti berbelanja atau melakukan pemeriksaan kesehatan yang dapat mengurangi stres dari bekerja lima hari berturut-turut.

Menjawab Tantangan Penurunan Populasi

BLOG TITIP JEPANG - BUDAYA KERJA JEPANG MULAI BERUBAH? PENERAPAN 4 HARI KERJA DI PERUSAHAAN JEPANG POPULASI
Program 4 hari kerja diharapkan bisa mengatasi penurunan populasi.

Penerapan empat hari kerja tidak hanya berfokus pada kesejahteraan pekerja, tetapi juga diharapkan menjadi solusi atas masalah demografi Jepang. Dengan angka kelahiran yang terus menurun, populasi usia produktif diperkirakan akan turun hingga 40% pada tahun 2065. Budaya kerja yang lebih fleksibel diharapkan bisa menarik lebih banyak orang untuk tetap berada di pasar kerja, termasuk para orang tua, pensiunan, dan mereka yang merawat anggota keluarga.

Meskipun demikian, kritik terhadap kebijakan ini tetap ada. Beberapa pekerja yang mengambil jadwal empat hari merasa beban kerja mereka tidak berkurang, sementara penghasilan mereka menurun. Namun, survei Gallup terbaru menunjukkan bahwa hanya 6% pekerja Jepang yang merasa terlibat dan bersemangat terhadap pekerjaan mereka, jauh di bawah rata-rata global sebesar 23%. Data ini menunjukkan bahwa banyak pekerja Jepang hanya “menjalankan tugas” tanpa motivasi atau antusiasme.

Masa Depan Budaya Kerja Jepang

BLOG TITIP JEPANG - BUDAYA KERJA JEPANG MULAI BERUBAH? PENERAPAN 4 HARI KERJA DI PERUSAHAAN JEPANG
Penerapan 4 hari kerja adalah langkah awal perubahan budaya kerja Jepang.

Meskipun perubahan ini masih dalam tahap awal, tanda-tanda positif mulai muncul. Di industri jasa yang didominasi oleh pekerja perempuan seperti NS Group, perusahaan menawarkan berbagai pola jadwal kerja, termasuk kerja empat hari. Presiden NS Group, Ogino Kanako, berpendapat bahwa fleksibilitas ini penting untuk menarik pekerja di sektor tersebut, dan perusahaan berusaha memastikan tidak ada karyawan yang merasa dirugikan karena memilih jadwal alternatif.

Perubahan budaya kerja di Jepang mungkin memerlukan waktu, namun dorongan menuju keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik semakin kuat. Seperti yang dikatakan Ogino, “Pandangan di Jepang dulu adalah: “Anda keren jika bekerja lebih lama, bahkan tanpa bayaran. Tetapi, tidak ada mimpi dalam kehidupan seperti itu.”

Budaya kerja Jepang memang sudah sangat mengakar sehingga perubahan akan sulit dilakukan. Semoga dengan adanya program seperti ini, para pekerja di Jepang bisa sedikit menikmati waktu mereka diluar lingkungan kerja.

Sumber: Independent UK, Statista