Apa yang terjadi jika Amerika Serikat tidak mengebom atom Hiroshima dan Nagasaki? Mungkin akan terjadi perang besar-besaran di tanah Jepang. Ya, saat itu Amerika Serikat telah merencanakan Operasi Downfall untuk menyerang pulau utama Jepang, sedangkan Kekaisaran Jepang juga telah menyiapkan Operasi Ketsugo sebagai bentuk perlawanan invasi Amerika Serikat.
OPERASI DOWNFALL
Sebelum proyek bom atom diumumkan telah selesai, Amerika Serikat dan sekutunya telah merencanakan untuk menginvasi tanah Jepang dengan skala besar. Proyek bom atom dirahasiakan begitu cermat oleh pemerintah, bahkan para perwira militer pun tidak mengetahui hal tersebut. Oleh sebab itu, mereka telah merencanakan Operasi Downfall yang bertujuan menginvasi Jepang.
Setelah berhasil menaklukkan Iwo Jima, Amerika dan Sekutu mulai menyiapkan operasi ini. Staff militer Amerika Serikat mulai menyusun rencana invasi ke tanah Jepang. Namun rencana operasi ini tertunda karena penaklukkan Okinawa yang berlangsung cukup lama.
Invasi ini bertujuan agar Jepang menyerah tanpa syarat dan jika memungkinkan Amerika dan sekutu akan menginvasi seluruh Jepang dengan segenap kekuatan. Operasi ini direncanakan dilaksanakan pada 1 November 1945 dan digadang-gadang menjadi invasi laut terbesar dalam sejarah yang melebihi Operasi Overlord. Sekutu akan mengerahkan armada terbesar dalam sejarah, 42 kapal induk, 24 kapal tempur, 400 kapal perusak dan kapal pengawalnya.
Dalam rencana operasi ini, Amerika Serikat membagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah invasi ke pulau Kyushu yang ada di selatan Jepang, tahap pertama ini diperkirakan mulai dilaksanakan sekitar Oktober hingga November 1945. Dan tahap kedua adalah serangan ke Pulau Honshu melewati Teluk Tokyo, yang berada di bagian tengah Jepang dan langsung menargetkan ibukota Tokyo, serangan ini diperkirakan mulai dilaksanakan pada Maret 1946.
Peta garis besar Invasi Amerika ke pulau utama Jepang
OPERASI KETSUGO
Untuk menghadapi rencana invasi Sekutu, Jepang pun telah bersiap dengan Operasi Ketsugo ( 決号作戦), rencana operasi defensif Jepang yang akan mengerahkan seluruh tentara dan rakyat sipil negara tersebut demi mempertahankan tanah air. Awalnya, Jepang telah mengkhawatirkan Amerika akan mulai menyerang pulau utama Jepang pada pertengahan 1945, namun hal itu tertunda karena Pertempuran Okinawa berlangsung hingga Juni.
Dalam Operasi Ketsugo ini, Jepang akan mempersenjatai sipil, bahkan wanita dan anak-anak pun juga telah dipersiapkan untuk menghadapi invasi ini. Mereka semua dipersenjatai dengan Katana dan Bambu Runcing seperti dijelaskan dalam jurnal Marine Corps Gazette, ‘OLYMPIC VS KETSU-GO. Beberapa dari milisi sipil akan dikerahkan oleh militer Jepang ke bagian selatan pulau Kyushu. Jepang akan berjuang mati-matian mempertahankan sejengkal tanah sampai musuh tidak bersisa lagi, bahkan jika nyawa menjadi taruhan.
Dalam buku A War to Be Won karya Murray dan Millet disebutkan bahwa sejak bulan Juni 1945, militer Jepang mulai menyebar kampanye propaganda “Kematian Mulia Seratus Juta” ke penduduknya. Pesan utama dalam propaganda tersebut menyebutkan bahwa “kemuliaan mati untuk kaisar suci Jepang, dan setiap pria, wanita, dan anak Jepang harus mati untuk Kaisar ketika Sekutu tiba”.
Angkatan Laut Jepang yang telah mengalami kehancuran total, masih menyisakan 2 kapal penjelajah, 23 kapal perusak, dan 46 kapal selam. Mereka juga melatih pasukan katak yang bertugas membawa bom bunuh diri. Rencana kamikaze juga telah disiapkan, sekitar 10,900 pesawat telah siap digunakan pada bulan Juli, serta ratusan kapal bunuh diri kecil yang baru dibangun untuk menyerang kapal Sekutu di lepas pantai.
Angkatan Darat Jepang masih tersedia sekitar 3 juta pasukan. Mereka juga mengerahkan Korps Tempuk Sukarelawan yang merupakan pasukan sipil terdiri dari para pria berusia 15-60 tahun dan wanita berusia 17-40 tahun dengan total 28 juta orang. Dalam buku karya Richard Frank berjudul Downfall: The End of the Imperial Japanese Empire mengutip ucapan gadis SMA yang dipersiapkan, “Bahkan membunuh satu tentara Amerika saja sudah cukup. … Anda harus membidik perutnya . ”
Tentara Jepang melatih warga sipil dengan menggunakan bambu runcing
PEMBATALAN OPERASI
Rencana invasi ini diperkirakan akan memakan waktu yang lama, dan mungkin akan selesai pada tahun 1949. Hal ini lantaran, pasukan Sekutu tidak hanya melawan tentara Jepang saja, tetapi juga seluruh warga Jepang. Berbeda dengan invasi ke Jerman yang tidak mendapatkan perlawanan berarti dari rakyat Jerman. Warga Jepang dikenal sangat fanatik terhadap negaranya.
Karena hal demikian, jumlah korban dari pihak Sekutu maupun Jepang akan sangat banyak. Jumlah korban tewas dari pihak Sekutu kemungkinan sekitar jutaan orang. Sementara itu jumlah korban tewas dari pihak Jepang diperkirakan mencapai puluhan juta orang. Belum lagi seluruh Jepang akan menjadi luluh lantak. Hal ini tentu saja menjadi kerugian besar bagi kedua belah pihak.
Namun, Sebelum Amerika Serikat benar-benar melaksanakan Operasi Downfall ini, muncul informasi uji coba bom atom telah sukses pada pertengahan bulan Juli. Dengan demikian, Amerika akan menggunakan bom tersebut terlebih dahulu untuk menekan Jepang agar segera menyerah. Dan benar saja, setelah dua bom atom diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pun mengumumkan kekalahan dan rencana Operasi Downfall batal dilaksanakan.
Serangan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki
RENCANA UNI SOVIET
Selain rencana invasi dari Amerika Serikat dan Sekutu Barat. Uni Soviet juga berencana untuk menyerang Jepang lewat utara, tepatnya pulau Hokkaido. Uni Soviet merupakan salah satu sekutu Amerika dalam Perang Dunia 2. Sebagai perjanjian membantu Soviet mengalahkan Jerman di Perang Eropa, maka Soviet juga turut membantu Amerika dalam perang melawan Jepang di Perang Pasifik. Hal itu tentu saja membuat Uni Soviet harus melanggar Pakta Netralitas Soviet-Jepang pada tahun 1938.
Uni Soviet telah menyusun rencana invasi ke Hokkaido tanpa sepengetahuan Amerika. Mereka merencanakan untuk menyerang pada 24 Agustus, lebih cepat dari rencana Operasi Downfall Amerika. Hal ini juga bertujuan untuk menekan Sekutu untuk mempercepat operasi-nya. Dalam pelaksanaan invasi ini, Uni Soviet mengawalinya dengan merebut Sakhalin Selatan dan Kepulauan Kuril.
Namun, rencana Uni Soviet untuk menaklukkan Hokkaido ini mendapat tentangan dari Sekutu lainnya. Sesuai dengan Deklarasi Postdam, ditetapkan bahwa seluruh pulau utama Jepang akan tetap dimiliki oleh Jepang.
Pada 5 Agustus 1945 (sehari sebelum pengeboman Hiroshima), Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Pada 9 Agustus 1945, bertepatan dengan pengeboman Nagasaki, Uni Soviet mulai menyerang Manchuria yang merupakan salah satu wilayah jajahan Jepang di Cina utara. Hingga 14 Agustus, pasukan Uni Soviet melaju mulus hingga ke Korea. Di hari itu pulalah Jepang mengumumkan kekalahannya ke Sekutu Amerika.
Presiden Amerika Serikat, Harry Truman, bersedia menerima aneksasi Uni Soviet atas Sakhalin Selatan dan Kepulauan Kuril yang mana itu merupakan bekas wilayah Kekaisaran Rusia sebelum Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Namun, dia menolak dengan tegas upaya pendudukan Hokkaido. Truman sendiri tidak mengizinkan Soviet dalam pendudukan di Jepang. Rencana invasi ke Hokkaido dibatalkan pada 22 Agustus, dua hari sebelum pelaksanaan.
Peta rencana serangan Uni Soviet ke Hokkaido Jepang
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: Wikipedia
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang