KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

[SEJARAH] Pemberontakan PETA, 14 Februari 1945

Pemberontakan PETA merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Pemberontakan ini merupakan salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah asing.

Sejak tahun 1942, Jepang telah menduduki Indonesia. Selama masa pendudukan tersebut, Jepang telah mengorganisir milisi lokal untuk membantu mereka dalam Perang Asia Pasifik. Milisi tersebut disebut dengan PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk pada 3 Oktober 1943. PETA merupakan satuan militer sukarela untuk rakyat Indonesia tujuannya untuk membantu Jepang mempertahankan wilayah Indonesia jika sewaktu-waktu pasukan Sekutu datang.

Pada awalnya, Jepang mendapatkan sambutan hangat dari rakyat Indonesia. Namun, selama tiga tahun kekuasaan Jepang, mereka telah banyak menyengsarakan rakyat. Hal ini lantaran, tentara Jepang sedang mengalami kekalahan besar melawan Sekutu. Oleh sebab itu, mereka pun banyak mengambil secara paksa hasil pertanian, memaksa orang-orang untuk ikut Romusha, dll. Tidak cuma itu, tentara Jepang juga sering melakukan pelecehan terhadap perempuan, bersikap rasis, dan keras terhadap rakyat pada umumnya.

BACA JUGA: [SEJARAH] Potret Lebaran di Indonesia Masa Pendudukan Jepang

 Mulainya Pemberontakan PETA 

Karena penderitaan yang dialami oleh rakyat pribumi atas kekejaman tentara Jepang, di Blitar, Letnan Soeprijadi mengorganisir pemberontakan PETA terhadap Tentara Kekaisaran Jepang. Dia telah merencanakan pemberontakan itu sejak September 1944. Pemberontakan PETA berlangsung pada 14 Februari 1945 di Blitar karena akan ada pertemuan seluruh komandan PETA di Blitar.

Namun, tentara Jepang sudah mengendus rencana pemberontakan. Perwira Jepang telah mengosongkan hotel tempat mereka menginap karena akan mendapatkan serangan dari pemberontak. Rencana pemberontakan dari Soeprijadi tidak berjalan sesuai rencana, ditambah lagi dia gagal meyakinkan satuan lain untuk ikut aksinya.

Jepang pun mengirimkan pasukan untuk menghentikan pemberontakan. Sebanyak 78 orang yang terlibat pemberontakan ditangkap dan diadili di Jakarta. Enam orang dihukum mati, enam lainnya dipenjara seumur hidup, sedangkan sisanya mendapatkan hukuman yang berbeda-beda.

BACA JUGA: [SEJARAH] Kekalahan Jepang, Kemerdekaan Indonesia

 Nasib Soeprijadi

Sementara itu, nasib Letnan Soeprijadi yang menjadi pemipin pemberontakan tidak diketahui. Beberapa orang berspekulasi bahwa dia dibunuh oleh tentara Jepang pada saat pemberontakan berlangsung, ada juga yang menganggap dia dibunuh pada masa pelariannya di hutan, atau mati karena penyiksaan tentara Jepang. Namun ada juga yang menduga dia selama ini bersembunyi di hutan pegunungan.

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengangkat dia sebagai Menteri Keamanan Rakyat Indonesia pada 19 Agustus. Soekarno juga mengangkat dia sebagai Panglima TNI pada 5 Oktober. Namun, hingga beberapa waktu, Soeprijadi tak kunjung muncul, akhirnya jabatan tersebut diserahkan pada orang lain. Jabatan Menteri Keamanan diserahkan kepada Muhammad Suliyoadikusumo, sementara itu jabatan Panglima TNI diserahkan kepada Sudirman.

Untuk memperingati Pemberontakan PETA, dibangunglah Monumen Daida PETA di Kota Blitar.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

 

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang