Aokigahara, Hutan Kematian di Jepang
Hutan Aokigahara dikenal sebagai salah satu hutan paling angker di dunia. Hutan ini menjadi salah satu tempat paling populer untuk bunuh diri di Jepang — bahkan mendapat ranking ke-2 di dunia sebagai tempat bunuh diri tertinggi di dunia setelah Jembatan Golden Gate di San Fransisco.
Nama Aokigahara sebagai hutan bunuh diri semakin populer sejak ditemukannya jasad yang membusuk pada tahun 1950 oleh wisatawan yang sedang berkunjung.
Menurut pemerintah setempat, sekitar 100 orang melakukan bunuh diri di Hutan Aokigahara setiap tahunnya, dan angka ini terus meningkat secara signifikan. Puncaknya pada tahun 2004, kasus bunuh diri mencapai 108 orang.
Sebagian masyarakat meyakini bahwa sebenarnya lebih banyak kasus bunuh diri yang terjadi dibandingkan dengan jumlah kasus yang diumumkan. Mereka berasumsi bahwa masih banyak jasad bunuh diri lain yang belum ditemukan dan sudah membusuk di hutan yang luasnya 3000 hektar tersebut.
Tempat Melakukan Tradisi Ubasuteyama “Membuang Orang Tua ke Hutan”
sumber gambar : google
Aokigahara pada masa lalu dipercaya sebagai tempat untuk melakukan praktek Ubasuteyama. Ubasuteyama (Gunung Pembuangan Nenek) merupakan cerita legenda rakyat Jepang tentang tradisi membuang orang yang sudah tua di gunung. Entah cerita ini benar terjadi di masa lalu atau tidak, Ubasuteyama menjadi salah satu kisah yang sangat populer di Jepang.
Ubasute adalah tradisi membuang kerabat atau anggota keluarga yang sakit atau lanjut usia ke tempat terpencil untuk mati. Tradisi mengerikan ini dilakukan demi mengurangi jatah orang yang harus diberi makan di rumahnya.
Penyebab Banyaknya Bunuh Diri di Hutan Aokigahara
sumber gambar : google
Selain adanya tradisi bunuh diri ‘Seppuku’ – upaya untuk menjaga kehormatan masa lalu, banyak hal yang memicu orang melakukan bunuh diri di Aokihagara. Salah satu mitos yang dipercaya adalah adanya sosok Yurēi atau jiwa-jiwa penghuni hutan yang kerap kali menyesatkan dan menghantui siapapun yang berkunjung kesana. Yurēi juga akan memberi bisikan-bisikan agar pengunjung segera melakukan bunuh diri.
Yurēi dipercaya merupakan jiwa-jiwa penuh kebencian, kesedihan, dan menyimpan keinginan untuk membalas dendam yang hingga kini masih bergentayangan di Aokigahara.
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri di Aokigahara juga dipengaruhi oleh sebuah novel tahun 1960-an karya Seichō Matsumoto yang berjudul Nami No To atau Tower of Waves. Novel ini mengisahkan tentang sepasang kekasih yang melakukan bunuh diri Hutan Aokigahara.
Sejak dulu, masyarakat sekitar juga menghindari untuk masuk ke hutan ini – terutama mereka yang sedang sedih, depresi dan putus asa. Hutan ini seolah memiliki magnet yang memanggil orang untuk bunuh diri. Mereka yang sudah terlanjur masuk akan sangat mudah tersesat, dipercaya karena adanya sosok Yurēi.
Kabarnya, sinyal dan kompas juga tidak dapat berfungsi dengan baik di Aokigahara.
Serem banget ya? Kira-kira Titipers berani ngga buat berkunjung kesini? Komen di bawah, ya!
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang
sumber : brilio, youtube, idntimes