Warga Jepang Berada di Peringkat Terbawah Di Dunia Dalam Hal Membantu Orang Asing, Edisi 2024
Warga Jepang dinobatkan Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index sebagai warga yang terkenal tidak suka membantu orang asing. Benarkah?
Titipers mungkin mengenal Jepang sebagai negara dengan kebaikan para warganya, jadi mungkin akan terdengar mengejutkan ketika mengetahui bahwa negara tersebut berada di peringkat terbawah di dunia dalam hal membantu orang asing. Sebuah studi yang dilakukan oleh Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index pada tahun 2023 lalu, memberi peringkat kepada 142 negara di dunia ke dalam tiga kategori berbeda, yaitu penyumbang uang untuk amal, membantu orang asing, dan menjadi relawan/volunteer.
Studi tersebut memberi peringkat pada 142 negara di dunia ke dalam tiga kategori berbeda: penyumbang uang untuk amal, membantu orang asing, dan menjadi relawan. Peringkat tersebut ditetapkan dengan mengukur respon warga masing-masing negara tersebut berdasarkan ukuran populasi suatu negara.
Pada kategori “menolong orang asing”, Jepang berada di peringkat terakhir, yaitu di posisi 142 dari 142 negara dengan hanya 21 persen warga Jepang yang membantu orang asing dalam sebulan terakhir.
Namun, jika dihitung secara keseluruhan, Jepang berada di peringkat empat dari bawah, yaitu peringkat 139 dengan indeks 18. Yunani berada di peringkat 138 dengan indeks yang sama, Yaman di peringkat 140 dan Kroasia berada di peringkat 141. Sementara peringkat terbawah di tempati Polandia dengan indeks 15.
Meskipun peringkat Jepang untuk ketiga kategori tersebut masih jauh dari yang diharapkan, perlu menjadi catatan bahwa data tahunan tersebut dibuat berdasarkan data populasi suatu negara yang dikumpulkan oleh Gallup. Dengan angka terbaru yang menyebutkan bahwa populasi Jepang berjumlah 124,352.000 jiwa, itu berarti ada 26 juta warga Jepang yang menolong orang asing dalam sebulan terakhir, yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah populasi Jamaika yang hanya berjumlah 2,83 juta jiwa. Jadi, menempatkan statistik ini dalam angka sebenarnya akan memberikan gambaran yang lebih menyenangkan seperti berikut ini.
Hasil studi ini pun dibagikan dan mendapat respon beragam dari masyarakat, Sebagian besar warga Jepang tidak kaget dan mengakui hasil dari studi tersebut dengan meninggalkan komentar sebagai berikut:
“Jika Anda menganggap keramahan sebagai kebaikan, maka ya, itu adalah yang paling bawah.”
“Ini masuk akal. Beberapa waktu yang lalu, ketika seorang lelaki tua terjatuh saat mencoba naik kereta, seorang pemuda keturunan Barat yang tampak seperti turis adalah orang pertama yang berlari dan membantunya berdiri. Orang Jepang, seperti saya, hanya menonton dari pinggir.”
“Dari pengalaman saya tinggal di Amerika, orang Amerika sering menanyakan arah dan waktu kepada orang-orang. Percakapan dimulai sebelum Anda menyadarinya sehingga mudah untuk membantu atau meminta bantuan.”
“Kebanyakan dari kami tidak bisa berbahasa Inggris sehingga ketika harus membantu orang asing, kami menjadi orang yang introvert.”
“Mungkin kami punya pandangan berbeda mengenai apa itu sumbangan. Saya membuang uang ke dalam kotak di kuil tapi tidak menganggapnya sebagai sumbangan.”
“Pada saat terjadi bencana, saya pikir kami sangat baik dalam memberikan bantuan.”
Tanggapan dari warga Jepang yang mengatakan bahwa mereka cukup baik dalam memberikan bantuan saat Jepang dilanda bencana, memang benar adanya. Pada tahun 2011, saat gempa dan tsunami melanda Tohoku, peringkat Jepang dalam indeks tersebut naik. Namun, data yang diperoleh tahun ini mengungkap bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemurahan hati seseorang. Negara-negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi, jumlah imigran yang besar, dan keyakinan agama yang kuat yang menekankan pentingnya donasi, semuanya memiliki skor Indeks beramal yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Bagi Titipers yang pernah tinggal atau mengunjungi Jepang, pasti sependapat bahwa sebagian besar penduduk setempat akan dengan senang hari membantu jika diminta dan mungkin warga Jepang kurang tertarik untuk meminta bantuan dibandingkan dengan orang-orang di negara lain dan ini menjadi perbedaan budaya yang tidak masuk dalam perhitungan survei. Selain itu, terdapat beberapa aspek tradisi yang mungkin dianggap bermanfaat bagi orang asing di negara lain, namun dianggap normal untuk sebagian negara lainnya.
Jadi, jangan biarkan peringkat ini menghalangi Titipers untuk meminta bantuan saat berkunjung ke Jepang dan kalian akan mengetahui seberapa baik warga Jepang sebenarnya. Btw, urus visa Jepang di @tanyajepang cuma 10 hari kerja aja loh! Yuk urus visamu sekarang!
BACA JUGA: Studi Menemukan Ada Hampir 500 Kesalahan Terjemahan Petunjuk Turis Asing di Jepang, Pedoman Baru Dirilis
BACA JUGA: Setiap Warga Jepang Diprediksi Akan Memiliki Nama Belakang “Sato” pada Tahun 2531
BACA JUGA: Survei Ungkap 3 Perilaku Penumpang Kereta Jepang yang Paing Menyebalkan di Tokyo
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
sumber: japantoday
sisipan gambar diambil dari CAF World Giving Index 2024
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang