Hyakki Yagyo- Cerita Parade Malam Seratus Setan
Sejarah dan Latar Belakang Hyakki Yagyo
Cerita rakyat Jepang dipenuhi dengan segala macam cerita supernatural yang diturunkan dari generasi ke generasi, seperti makhluk tengu dan kitsune. Mungkin salah satu peristiwa paling penting dalam cerita rakyat Jepang adalah Hyakki Yagyo, atau dikenal sebagai parade malam seratus setan.
Di Jepang, sejak zaman kuno telah dipercaya bahwa “jiwa” atau “roh” tinggal di berbagai benda di sekitar kita, keduanya itu dapat berubah menjadi setan ketika mereka ingin mengatakan sesuatu kepada manusia yang hidup.
Jiwa atau ruh itulah yang menjiwai segala fenomena, semacam “kehidupan”. Mereka percaya bahwa manusia, hewan, tumbuhan, gunung, sungai, batu, batu, bahkan peralatan dan benda rumah tangga yang dibuat oleh manusia memiliki jiwa.
Begitu juga “Dewa” adalah jiwa yang paling penting dan dihormati, mereka diabadikan di tempat suci dan didoakan agar bekerja demi kebaikan manusia. Misalnya, “roh gunung” diabadikan di “kuil dewa gunung” yang ditemukan di seluruh Jepang.
”Yokai (Iblis, Hantu atau Penampakan)”, di sisi lain, adalah roh atau jiwa yang bersemayam dalam berbagai fenomena dan makhluk, dan telah muncul dan berubah menjadi setan (atau hantu, penampakan) karena berbagai alasan.
Ada yang muncul karena berasal dari jiwa atau roh yang merasa bersalah, namun banyak juga yang tidak tahu alasan kemunculannya. Ada yang keluar hanya untuk menakut-nakuti orang, ada pula yang keluar untuk memperingatkan orang.
Misalnya, rubah dan rakun, yang terkenal di Jepang karena sifat transformasinya, ia merupakan perwakilan hewan yang dapat berubah seiring bertambahnya usia. Ada tradisi bahwa alat-alat dan benda-benda rumah tangga yang telah digunakan selama 99 tahun kemudian dibuang begitu saja tanpa dihargai akan berubah menjadi monster karena adanya “dendam”. Dan diyakini juga bahwa seiring bertambahnya usia manusia, mereka juga bisa mendapatkan kekuatan untuk menjadi “Yokai”, jika karena alasan lain.
Baca Juga: [URBAN LEGEND] Apa itu Yokai? Mengenal Siluman-Siluman Jepang
Dan “Yokai” ini diperkirakan tinggal di banyak tempat. Mereka dapat ditemukan di pegunungan, di laut, di sungai dan rawa, di semak duri dan azalea di perbatasan desa dan kota, bahkan di dalam rumah. “Yokai” adalah sesuatu yang bisa berubah, muncul dalam kegelapan dan di berbagai tempat di mana manusia tidak memiliki kendali penuh.
Nenek moyang telah mewariskan banyak cerita tentang “Yokai”. Kisah-kisah ini tercetak dengan cara berpikir orang Jepang tentang alam, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, serta manusia.
Apa itu Hyakki Yagyo – Parade Malam Seratus Setan?
“Hyakki yagyo” merupakan sebuah istilah yang berasal dari “Konjaku Monogatari Shu” (“Kumpulan Kisah Masa Lalu dan Masa Kini”) dan kisah-kisah lain yang dianggap ditulis pada masa akhir periode Heian (794-1185)
Terjemahan dari “Hyakki(百鬼” adalah “seratus setan” dan “Yagyo(夜行)” adalah “parade malam”. Hyakki yagyo adalah parade malam yang menakutkan dari seratus setan—sebuah peristiwa ketika semua yōkai, oni, hantu, tsukumogami, dan makhluk gaib lainnya meninggalkan rumah mereka dan berparade di jalan-jalan Jepang dalam satu tontonan besar yang penuh kekacauan. Dalam banyak hal, ini mirip dengan festival tradisional Jepang, diisi dengan nyanyian dan nyanyian, tarian, dan kegembiraan. Parade tersebut konon dipimpin oleh nurarihyon, nozuchi, dan otoroshi.
BACA JUGA: [URBAN LEGEND] Chochin Obake: Yokai Nakal Tapi Lucu
Salah satu gambar asli dari fenomena misterius ini terlihat pada “Hyakki Yagyo Emaki (gulungan gambar)” (lukisan yang dikaitkan dengan Mitsunobu Tosa), yang digambar pada periode Muromachi (1336-1573) dan dimiliki oleh Kuil Daitokuji Shinju-an di Kyoto.
Gulungan gambar ini adalah contoh khas dari “Parade Malam Seratus Setan”, dan dianggap sebagai salah satu contoh hyakki yagyo tertua dengan gambar paling baik yang telah disahkan. Saat ini lukisan tersebut digunakan sebagai prototipe untuk banyak kreasi serupa. Seperti karya pada zaman Edo, yang kini banyak terdapat dalam berbagai bentuk.
Ciri khas dari “Hyakki Yagyo Emaki” adalah gambaran yokai yang berasal dari peralatan dan barang-barang rumah tangga, yang membedakannya dari gulungan gambar lain yang menggambarkan yokai. Gulungan ini, yang menampilkan sejumlah besar yokai serupa, menangkap esensi cara orang Jepang memandang hal-hal supernatural dan menunjukkan ketertarikan budaya dalam menghubungkan kehidupan dan emosi dengan objek sehari-hari.
Intinya, konsep Hyakki Yagyo dan berbagai kisah yokai yang dilestarikan sepanjang sejarah Jepang mencerminkan pemahaman canggih tentang dunia dan penghuninya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Kisah-kisah ini, yang dijalin ke dalam struktur budaya, terus memikat dan membuat penasaran, menyoroti interaksi kompleks antara alam, dunia spiritual, dan jiwa manusia.
Seperti yang ditunjukkan oleh Hyakki Yagyo, masyarakat Jepang yang telah lama menganut rasa takjub dan hormat terhadap kekuatan supranatural yang bekerja di dunia sekitar mereka, sehingga ini dapat memupuk apresiasi mendalam terhadap aspek kehidupan yang misterius dan penuh teka-teki.
Kisah Urban Legend
Manusia yang pergi keluar di malam hari, atau orang yang penasaran untuk mengintip ke luar jendela dengan harapan dapat melihat sekilas hal-hal gaib, akan dibunuh atau diusir oleh monster. Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan hukuman ilahi karena melihat apa yang tidak boleh dilihat, dan kadang-kadang karena keterkejutan menyaksikan pemandangan yang mengerikan ini.
Menurut Shūgaishō —sebuah ensiklopedia Jepang abad pertengahan—satu-satunya cara untuk tetap aman dari parade malam adalah dengan cara tetap berada di rumah ketika ia datang ke rumahmu. Kedatangannya pada malam-malam tertentu biasanya berkaitan dengan zodiak Tiongkok yang disebut sebagai parade malam. Mereka yang mendengar parade kekacauan melewati rumah mereka harus mengucapkan mantra ajaib ini:
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: kogeistyling
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang