Mengenal Kisah Kosodate Yurei dan Toko Membeli Permennya
Berabad-abad yang lalu dikisahkan ada hantu yang sering mengunjungi toko permen ini untuk memberikan makan bayinya di dalam kubur
Siapa yang tidak tahu legenda satu ini, Kosodate yurei, diartikan sebagai “hantu pengasuh anak,” adalah cerita rakyat yang cukup umum di seluruh Jepang. Mungkin jika di Indonesia kisah ini serupa dengan cerita Suzzanna: Beranak Dalam Kubur.
Siapa itu Kosodate yurei
Kosodate yurei adalah hantu ibu yang meninggal saat melahirkan atau sesaat setelah melahirkan. Mereka kembali ke dunia orang hidup karena keterikatan mereka yang kuat dengan anak mereka, dan tugas keibuan mereka yang masih ada. Seperti semua yurei, hantu-hantu ini muncul sebagai gambaran samar dari diri mereka sebelumnya. Mereka sering muncul mengenakan pakaian yang digunakan saat dimakamkan, atau pakaian yang mereka kenakan semasa hidup. Namun, kosodate yurei sering kali tampak kurang mengerikan—bahkan sedikit penuh kasih—jika dibandingkan dengan jenis yurei yang lebih menakutkan. Mereka menampakkan diri kepada pemilik toko atau pelancong di jalan pada malam hari, dan sering kali kembali ke tempat yang sama berulang-ulang.
Cerita serupa sering kita dengar seperti kuntilanak, seorang perempuan yang bangkit kembali dari kuburnya untuk melakukan pembalasan kepada orang-orang yang telah berdosa padanya serta melindungi anaknya. Apakah Kosodate yurei juga memiliki sifat yang sama? Jawabannya adalah tidak.
Tujuan Kosodate yurei adalah untuk menjaga kesejahteraan anak mereka, dengan membelikan permen atau barang lain untuk anak-anak mereka. Ketika Kosodate yurei tidak memiliki uang, mereka membayar dengan barang apa pun yang dimilikinya, bisa—kadang-kadang bahkan dengan daun kering.
Upaya untuk merawat anaknya tidak cukup memberikan makanan saja, Kosodate yurei juga berusaha mencari siapa pun orang yang ditemuinya untuk merawat bayinya. Jika orang tersebut berhasil menemukan bayi milik Kosodate yurei lalu dirawat sebagaimana anak bayi lainnya. Kosodate yurei bisa beristirahat dengan tenang di alamnya. Namun, jika tidak kunjung menemukan orang untuk merawat anaknya, dia akan muncul setiap malam untuk mencari bantuan bagi anaknya.
Legenda Kosodate yurei
Banyak cerita yang tersebar luas, ada dua cerita populer yang menceritakan Kosodate yurei. Legenda mengisahkan, pada suatu malam, seorang wanita yang wajahnya tampak pucat datang ke toko permen setiap malam saat toko akan ditutup untuk membeli jeli millet seharga satu mon (mata uang Jepang berbentuk koin pada zaman Muromachi tahun 1336 hingga awal zaman Meiji tahun 1870).
Wanita itu datang setiap hari ke toko permen dengan membeli barang yang sama. Pada malam ketujuh, wanita itu kembali datang ke toko dan berkata bahwa dia kehabisan uang. Sebagai gantinya dia akan memberikam jaket haori miliknya kepada penjaga toko untuk ditukar dengan lebih banyak permen.
Keesokan paginya, saat pemilik toko sedang menggantung jaket di luar, seorang tetangga melewati toko dan mengenali jaket tersebut, yang diketahui barang itu milik putrinya yang baru saja meninggal. Mengetahui fakta baru keduanya terkejut dan bergegas menuju ke pemakaman dan menemukan seorang bayi menangis di kuburan wanita itu yang bertahan hidup dengan jeli millet yang dibelikan seorang wanita berwajah pucat itu.
Konon, bayi itu dibawa ke sebuah kuil dan tumbuh menjadi seorang biksu yang terhormat.
Cerita Kosodate yurei versi yang lain. Suatu malam yang hujan, seorang penjaga toko sedang menutup tokonya ketika ia mendengar suara ketukan di jendela. Ketika melihat ke luar, ia melihat seorang wanita berdiri dengan menyedihkan di tengah hujan, kedinginan dan basah kuyup. Ia bertanya apakah wanita itu butuh bantuan, tetapi yang dikatakan wanita itu hanyalah, “Tolong satu permen.” Meskipun tokonya tutup, penjaga toko itu merasa kasihan kepada wanita malang itu, jadi ia menjual permen itu kepadanya. Wanita itu membayarnya satu mon —koin dengan nilai nominal yang sangat rendah—dan menghilang di tengah malam.
Malam berikutnya, dia datang pada waktu yang sama, tampak sedih dan kusut. Sekali lagi, dia meminta kepada penjaga toko, dengan suara yang hampir terlalu samar untuk didengar, “Tolong satu permen.” Penjaga toko memberinya permen, dan sekali lagi dia membayar dengan satu mon, dan pergi dengan tenang seperti saat dia datang.
Setiap malam selama enam malam, skenario persis ini terjadi. Pada malam ketujuh, dia kembali, tetapi kali ini tidak punya uang. Ketika dia meminta “Tolong satu permen,” dia memberikan segenggam daun. Penjaga toko mengatakan kepadanya bahwa dia tidak dapat menerima daun sebagai pembayaran. “Kalau begitu, ambil ini saja,” katanya sambil menyerahkan mantelnya. Penjaga toko itu protes, tetapi dia bersikeras. Akhirnya, dia menyerah dan menerima tawaran itu.
Keesokan harinya, seorang pedagang dari desa tetangga melewati kota itu. Ia berhenti di toko milik temannya, dan penjaga toko itu bercerita kepadanya tentang wanita aneh yang datang berkunjung setiap malam, dan tentang mantel yang diberikan wanita itu sebagai pembayaran. Ketika pedagang itu melihat mantel wanita aneh itu tergantung di toko, ia menjadi pucat. “Itu mantel istri temanku!”
“Benarkah? Mungkin dialah yang datang ke toko itu?”
“Itu tidak mungkin! Dia meninggal seminggu yang lalu. Dia dikubur dengan mantel ini!”
Pedagang dan pemilik toko saling memandang dengan tidak percaya. Mereka pergi ke kuil tempat wanita itu dimakamkan untuk memberi tahu pendeta kepala tentang apa yang telah dilihat pemilik toko. Pendeta itu memarahi mereka karena mempercayai takhayul semacam itu. Setelah itu, ia membawa mereka ke makam wanita itu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, ketika mereka sampai di makam, mereka mendengar teriakan bayi yang baru lahir dari bawah tanah!
Mereka menggali kuburan dan menemukan bahwa memang mayat wanita yang telah mengunjungi toko itu! Terlebih lagi, di lengannya, ada bayi hidup yang dibungkus kain. Wanita itu melahirkan secara anumerta di dalam peti matinya. Di dalam peti itu, terbungkus enam potong permen yang hampir habis dimakan, yang telah menyelamatkan bayi itu dari kelaparan selama seminggu. Ibunya telah membeli permen itu dengan enam mon yang secara tradisional ditempatkan bersama mayat untuk membayar para penjaga dunia bawah.
Mereka mengambil bayi itu dari mayat dan mengembalikannya kepada keluarganya. Ketika mereka mengubur kembali jasad wanita itu, mayat itu memiliki ekspresi tenang di wajahnya. Dan hantu yang datang ke toko permen itu tidak pernah terlihat lagi.
Kepercayaan tradisional di Jepang
Dari kisah ini menggambarkan sedikit kehidupan sejarah tentang kepercayaan tradisional Jepang tentang kehidupan setelah kematian. Kebiasaan mereka yang menguburkan orang mati dengan menyertakan enam koin mon sebagai ferry toll, yang mirip dengan tradisi Yunani Kuno tentang obol Charon.
Ada beberapa versi legenda yang menyebutkan bahwa toko permen itu berdiri di atas lereng, kemungkinan terinspirasi oleh Yomotsu Hirasaka, sebuah tempat dalam mitologi Jepang yang menggambarkan perbatasan antara dunia orang mati (Yomi) dan dunia orang hidup.
Kabarnya toko yang diceritakan dalam cerita rakyat itu masih ada hingga kini, di lingkungan yang tidak jauh dari persimpangan Rokudo-no-Tsuji, yang diyakini sebagai gerbang menuju dunia bawah. Dikenal sebagai Minatoya Yurei Kosodate-Ame Honpo, atau hanya Minatoya.
Toko itu didirikan pada tahun 1599, selama tahun-tahun terakhir periode Azuchi-Momoyama. Menurut versi ceritanya, bayi hantu itu diadopsi di Kuil Rokudo-Chin’noji di dekatnya dan meninggal pada tahun 1666 pada usia 68 tahun.
Sementara permen asli untuk membangkitkan hantu adalah sejenis jeli millet, atau mizuame, pemanis cair kental yang dibuat dengan mengubah pati menjadi gula, menggunakan beras ketan dan malt, permen Minatoya saat ini padat dan lebih mirip permen dalam arti tradisional. Manisan berwarna kuning ini terbuat dari malt, gula, dan jeli millet, dengan rasa yang sederhana namun menggugah yang telah dinikmati selama berabad-abad.
Itu dia kisah yang mengharukan dari sosok ibu, Kosodate yurei, yang ingin menjaga dan memastikan tumbuh kembang anaknya tetap terjaga.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: yokai atlasobscura
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang