KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Perbedaan Yōkai dengan Hantu Jepang Lainnya: Yūrei, Onryō, hingga Mononoke

yokai

Ketika mendengar kata hantu Jepang, sebagian orang mungkin langsung teringat pada film horor populer seperti The Ring atau Ju-On. Namun sebenarnya, dunia gaib Jepang jauh lebih luas dan kompleks. Ada istilah yokai, yūrei, onryō, mononoke, hingga bakemono yang sering kali disamakan, padahal berbeda.

Yuk, simak artikel ini akan menjadi panduan lengkap untuk memahami perbedaan mereka dalam folklore dan budaya Jepang.

Apa Itu Yokai (妖怪)?

Yōkai adalah istilah luas untuk makhluk gaib dalam budaya Jepang. Mereka bisa berupa monster, roh, hewan ajaib, hingga fenomena aneh yang tidak dapat dijelaskan. Yōkai dapat diterjemahkan sebagai 
monsteriblisroh, atau goblin, tetapi mencakup semua itu dan lebih banyak lagi. Dunia yōkai juga mencakup hantu, dewa, manusia dan hewan yang berubah, kerasukan roh, legenda urban, dan fenomena aneh lainnya. Ini adalah istilah yang luas dan samar, dan tidak ada dalam bahasa Inggris yang dapat menggambarkannya secara tepat.

Asal-usul yokai banyak yang terinspirasi dari kepercayaan Shinto, mitos rakyat, atau penafsiran terhadap fenomena alam. Catatan sejarah tertua Jepang berasal dari abad ke-8 dan memuat mitos penciptaan dan prasejarah legendaris Jepang. Berbagai dokumen menuliskan kisah-kisah ini dari berbagai perspektif, dan memuat catatan paling awal tentang dewa, setan, dan makhluk gaib lainnya dalam cerita rakyat Jepang.

  • Sifat: Tidak semuanya jahat. Ada yang suka mengganggu, ada yang membantu, ada pula yang sekadar jahil.
  • Contoh:
    • Kitsune – rubah berekor banyak dengan kemampuan berubah wujud.
    • Kappa – makhluk air yang dikenal nakal tapi juga bisa bersahabat.
    • Tengu – makhluk bersayap yang sering digambarkan sebagai penjaga gunung.

Yokai lebih mirip “makhluk supranatural” daripada sekadar hantu.

Yūrei (幽霊) – Roh Gentayangan

yurei

Yūrei adalah roh manusia yang meninggal dunia dengan perasaan kuat yang belum terselesaikan, seperti dendam, cinta, atau kesedihan. Ada beragam jenis yūrei, dan wujud penampakannya biasanya dipengaruhi oleh cara kematiannya. Mereka sering kali mempertahankan ciri fisik serta pakaian terakhir yang digunakan saat meninggal atau saat dikuburkan. Itulah sebabnya banyak yūrei digambarkan mengenakan kimono putih untuk pemakaman, atau bahkan seragam prajurit yang gugur di medan perang.

Beberapa menampakkan bekas luka berdarah yang menjadi tanda bagaimana mereka meregang nyawa. Rambut mereka digambarkan panjang, kusut, dan tergerai menutupi wajah, memberikan kesan menyeramkan. Tangan yūrei biasanya terjulur lemas di sisi tubuh. Penampakan mereka bersifat samar, tembus cahaya, dan sering kali terlihat tanpa kaki, seolah hanya melayang di udara.

Asal-usul yūrei mirip dengan konsep hantu gentayangan di banyak budaya lain. Dalam kepercayaan tradisional Jepang, kematian tidak dianggap sebagai akhir sepenuhnya. Jiwa seseorang diyakini tetap ada sebagai entitas yang terpisah dan akan melanjutkan perjalanan menuju alam baka surgawi. Peralihan ini berlangsung melalui rangkaian ritual pemakaman, doa, serta upacara peringatan yang dilakukan oleh keluarga selama bertahun-tahun.

Melalui proses tersebut, jiwa yang telah meninggal diyakini bersatu kembali dengan para leluhur dan bertransformasi menjadi roh pelindung keluarga. Arwah leluhur kemudian dihormati di rumah sebagai bagian dari keluarga yang masih hidup. Penghormatan ini semakin nyata saat perayaan Obon di musim panas, ketika diyakini roh leluhur kembali ke dunia untuk berkumpul bersama sanak keluarga mereka.

  • Ciri khas: Berpakaian kimono putih (pakaian pemakaman tradisional Jepang), berambut panjang terurai, kulit pucat, tangan menggantung lemas.
  • Contoh: Oiwa dalam kisah kabuki Yotsuya Kaidan, salah satu cerita hantu Jepang paling terkenal.

Yūrei biasanya muncul untuk menyampaikan pesan atau menuntut keadilan.

Onryō (怨霊) – Roh Pendendam

Jika yūrei bisa bersifat netral, maka onryō adalah versi paling menakutkan. Onryō adalah roh pendendam yang kembali ke dunia untuk menghancurkan orang yang telah berbuat salah padanya.

Dari semua jenis yūrei, yang paling ditakuti adalah onryō. Mereka adalah roh orang-orang yang meninggal dengan membawa emosi yang sangat kuat—seperti kecemburuan, amarah, atau kebencian—hingga jiwa mereka tidak mampu melepaskannya. Alih-alih tenang, mereka menjelma menjadi arwah penuh dendam yang haus pembalasan terhadap siapa pun yang mereka temui.

Banyak onryō berasal dari korban perang, bencana, pengkhianatan, pembunuhan, hingga bunuh diri. Penampakan mereka sering disertai bekas luka atau tanda mengerikan yang mengingatkan pada cara mereka kehilangan nyawa.

Asal-usul onryō adalah orang yang meninggal penuh kebencian atau dikhianati secara kejam. Motif utama onryō selalu sama, yaitu balas dendam. Mereka cukup kuat untuk membunuh, namun sering memilih membuat targetnya menderita panjang, kehilangan orang terdekat satu per satu, dan hidup dalam siksaan. Kutukan onryō sangat berbahaya karena bisa menular ke orang lain, meninggalkan jejak kematian dan kehancuran yang bertahan lama bahkan setelah roh itu diusir.

Menariknya, tidak semua onryō lahir dari kebencian. Ada pula yang terbentuk dari cinta yang berubah menjadi cemburu obsesif, sehingga mereka menghantui mantan kekasih dan menghancurkan kehidupan yang pernah mereka sayangi. Dengan amarah tanpa batas dan dendam yang tak pernah terpuaskan, onryō dianggap sebagai salah satu roh paling ditakuti dalam folklore Jepang.

  • Sifat: Sangat berbahaya, dipercaya dapat menyebabkan kutukan, kematian, hingga bencana besar.
  • Contoh:
    • Sadako dalam The Ring.
    • Kayako dalam Ju-On: The Grudge.

Semua onryō adalah yūrei, tapi tidak semua yūrei adalah onryō.

Mononoke (物の怪) – Roh Liar dan Abstrak

mononoke

Berbeda dari yūrei dan onryō yang jelas-jelas berasal dari roh manusia, mononoke lebih abstrak. Istilah ini merujuk pada roh, energi gaib, atau kekuatan misterius yang bisa mengganggu manusia. Kata mononoke secara harfiah berarti “roh sesuatu” atau “makhluk gaib tak dikenal”. Dalam tradisi Jepang, istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan segala bentuk gangguan supranatural yang tidak bisa dikategorikan dengan jelas.

Mononoke tidak selalu menampakkan diri secara fisik. Kehadirannya bisa berupa gangguan halus, seperti mimpi buruk berulang, penyakit tanpa sebab, atau nasib buruk yang menimpa sebuah keluarga. Karena itu, ritual pengusiran roh (exorcism) yang dipimpin pendeta Shinto atau biksu Buddha kerap dilakukan untuk menenangkan atau mengusir mononoke.

Kisah mononoke sering muncul dalam literatur klasik Jepang, seperti dalam catatan The Tale of Genji, di mana roh cemburu dari seorang wanita bangsawan dipercaya berubah menjadi mononoke yang menghantui saingannya.

Asal usul Mononoke diyakini dapat muncul dari berbagai sumber:

  1. Penyakit misterius juga sering dikaitkan dengan mononoke. Dalam catatan sejarah Jepang, mononoke dianggap penyebab wabah atau penderitaan yang menimpa keluarga bangsawan.
  2. Arwah orang mati yang tidak menemukan ketenangan, tapi tidak cukup kuat untuk menjadi yūrei.
  3. Roh alam yang marah karena tempat tinggalnya dirusak manusia, seperti hutan, sungai, atau gunung.
  4. Energi negatif yang lahir dari emosi kuat manusia—kebencian, kecemburuan, atau keserakahan—yang kemudian mewujud menjadi entitas gaib.
  • Sifat: Tidak memiliki wujud tetap, lebih mirip kekuatan liar.
  • Contoh: Roh-roh dalam film Princess Mononoke karya Studio Ghibli.

Mononoke sering dianggap sebagai “roh liar” yang menimbulkan penyakit atau malapetaka.

Bakemono (化け物) – Makhluk Berubah Wujud

Meskipun tidak sepopuler tiga istilah di atas, bakemono juga penting untuk dipahami. Secara harfiah kata ini berarti “sesuatu yang berubah bentuk” dan biasanya merujuk pada makhluk yang bisa berganti rupa. Dalam folklore Jepang, istilah ini biasanya merujuk pada makhluk gaib atau hewan yang mampu berganti rupa untuk menipu manusia. Karena itu, bakemono sering dikategorikan sebagai bagian dari yokai, meskipun fokus utamanya adalah pada kemampuan transformasi mereka.

Asal-usul bakemono Hewan atau roh yang memiliki kekuatan transformasi. Kepercayaan tentang bakemono muncul dari pandangan tradisional Jepang bahwa setiap makhluk hidup maupun benda mati memiliki roh (animisme dalam Shinto). Ketika roh tersebut berkembang cukup kuat, ia bisa berubah menjadi entitas supranatural. Hewan tertentu dipercaya lebih mudah memperoleh kemampuan berubah wujud karena kedekatan mereka dengan manusia dan sifatnya yang cerdik.

Beberapa hewan yang sering dianggap sebagai bakemono antara lain:

  • Kitsune – rubah yang bisa menjelma menjadi manusia, biasanya wanita cantik.
  • Tanuki – anjing rakun yang dikenal nakal, suka memperdaya manusia dengan ilusi.
  • Nekomata – kucing berekor dua yang dipercaya bisa berubah menjadi monster setelah hidup sangat lama.

Selain hewan, benda mati juga bisa menjadi bakemono melalui konsep tsukumogami (roh benda). Menurut legenda, peralatan rumah tangga yang sudah berusia lebih dari seratus tahun bisa hidup dan berubah wujud untuk menggoda pemiliknya.

Bakemono umumnya digambarkan sebagai makhluk yang nakal atau menyesatkan, bukan semata-mata jahat. Mereka suka mempermainkan manusia dengan ilusi, menakut-nakuti, atau membuat orang tersesat. Namun, ada juga bakemono yang berbahaya, terutama jika manusia berlaku serakah atau tidak hormat pada alam.

Cerita tentang bakemono masih banyak ditemui dalam legenda rakyat, seni ukir, kabuki, hingga anime modern. Mereka sering muncul sebagai karakter ambigu: kadang berbahaya, kadang menolong manusia. Misalnya dalam cerita rakyat, seekor rubah bisa menipu seorang pria, tapi di sisi lain juga bisa menjadi penjaga keluarga yang setia.

Dunia hantu Jepang sangat kaya dan berlapis. Yokai adalah payung besar untuk berbagai makhluk gaib, yūrei adalah roh manusia gentayangan, onryō adalah roh pendendam yang berbahaya, sementara mononoke lebih mirip roh liar atau energi negatif. Sementara itu, bakemono adalah makhluk yang bisa berubah wujud.

Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa melihat bahwa budaya Jepang tidak hanya memandang hantu sebagai sosok menakutkan, tetapi juga sebagai bagian dari hubungan manusia dengan alam, roh, dan dunia tak kasatmata.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: yokai yurei onryo bakemono
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang