KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Kasus KDRT di Jepang Meningkat Hingga 8 Kali Lipat

127 Views

Sebuah survei di Jepang menyoroti kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT di Jepang) yang dialami oleh para pria. Mereka melaporkan berbagai hal mulai dari “Mencampurkan pencahar ke dalam makanan,” hingga “Bangkai kecoa dan kelabang yang diletakkan di kamar tidur dan pintu masuk.

Stereotip kekerasan semacam ini “hanya terjadi pada wanita” dan “pria dipercaya lebih kuat daripada wanita” membuat para korban pria merasa terpojok, demikian temuan survei.

Survei ini dilakukan oleh Hakucho no Mori (Swan Forest), sebuah asosiasi umum yang menangani langkah-langkah dukungan KDRT di Jepang, Prefektur Tokushima, sebuah dukungan “DV victim safety net reinforced support project.” 2023 di prefektur tersebut. Asosiasi tersebut melakukan jajak pendapat terhadap 20 pria berusia 20-an hingga 50-an yang sebelumnya telah mengajukan konsultasi, dan memperoleh jawaban dari mereka semua.

Meningkatnya Jumlah Laporan KDRT di Jepang

kdrt jepang

Menurut Badan Kepolisian Nasional (NPA), jumlah konsultasi, termasuk panggilan darurat, korban KDRT dari para pria telah meningkat. Pada tahun 2013, tercatat 3.281 konsultasi, dan meningkat delapan kali lipat selama dekade berikutnya hingga mencapai 26.175 kasus pada tahun 2023. Hal ini terjadi disebabkan oleh meningkatnya kesadaran akan viktimisasi pria, yang mengatakan, “Ada pria yang ragu untuk mencari bantuan karena persepsi umum bahwa ‘korban kekerasan adalah wanita.'”

Banyak responden yang tampaknya mengunjungi asosiasi tersebut untuk membicarakan situasi mereka setelah kerabat atau rekan kerja mengemukakan masalah tersebut. Asosiasi tersebut meneliti hasilnya bersama dengan Takie Hamamo, seorang pengacara yang memahami topik kekerasan dalam rumah tangga. Hamano menyatakan, “Banyak korban tidak mengenali kekerasan verbal dan jenis kekerasan psikologis lainnya dari pasangan mereka sebagai KDRT. Itu karena persepsi umum sangat terfokus pada kekerasan fisik.” Hamamo mengatakan bahwa banyak pria juga mengatakan, “Istri saya hanya membuat saya kesulitan,” dan tidak mengenali tindakan tersebut sebagai kekerasan psikologis.

Terlalu Malu Untuk Berbicara

Survei tersebut menemukan bahwa salah satu alasan mengapa pria merasa sulit untuk melapor adalah karena loket konsultasi di badan-badan lokal memiliki nama seperti “pusat dukungan perempuan” dan “divisi konsultasi anak dan perempuan.” Seorang korban menyatakan bahwa ia menyerah untuk melapor karena ia ragu-ragu berpikir, “Ini bukan tempat yang tepat bagi saya untuk menghubungi seorang pria.”

Seorang pria berusia 30-an mengatakan dalam survei tersebut bahwa ia menyadari jika dirinya adalah korban KDRT setelah berkonsultasi dengan asosiasi tersebut. Melalui mediasi hukum yang difasilitasi oleh seorang pengacara, ia dapat melanjutkan proses perceraian dan hidup dengan damai.

Ringkasan Laporan KDRT di Jepang

domestic abuse Japan

KDRT yang dilakukan oleh pasangannya kepada laki-laki tidak hanya pada kekerasan fisik seperti memukul dan menendang. Seorang responden mengatakan bahwa ia pernah menjadi korban kekerasan psikologis, misalnya saat pulang kerja larut malam, ia diberi tahu, “Kamu orang yang tidak berguna.” Ia juga harus mendengarkan ceramah yang panjang. Korban lainnya mengalami kekerasan ekonomi, di mana istrinya mengambil semua gajinya dan membatasi gaya hidupnya. Ke-20 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mereka merasa hidup mereka dalam bahaya.

Toshiko Noguchi, direktur perwakilan asosiasi tersebut, berkomentar, “Kerusakan akibat KDRT tidak dikaitkan dengan jenis kelamin tertentu, dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam jenis kekerasan yang mereka derita.”

Kekerasan fisik

* Menusuk korban dengan sumpit panjang

* Menunjuk pisau dapur ke korban

* Memberi korban makanan busuk

* Menganiaya anak tiri

Kekerasan psikologis

* Menempatkan kecoa dan bangkai kelabang di kamar tidur dan di pintu masuk

* Tidak membiarkan korban tidur

Ekonomi

* Menyita seluruh pendapatan korban

* Membeli barang mahal tanpa berkonsultasi dengan korban dan memberikan tagihannya

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Sumber: tachibana

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang