Stasiun Doai: Stasiun Terdalam di Jepang yang Paling Menakutkan
Benteng bawah tanah ini dijuluki “Stasiun Mole No. 1 di Jepang” bukan tanpa alasan.
Terletak di pegunungan di ujung paling utara Prefektur Gunma terdapat kota resor sumber air panas bernama Minakami. Sebagian besar orang berkunjung untuk menikmati sumber air panas onsen, sebagian lainnya datang untuk mencari permata tersembunyi jauh di bawah tanah, yaitu stasiun bawah tanah bernama Doai.
Stasiun Doai merupakan destinasi yang wajib dikunjungi bagi para pecinta kereta api, karena dikenal sebagai “Stasiun Mole No. 1 di Jepang ”, karena letak stasiun ini berada di bagian terdalam di Jepang. Kamu yang menaiki kereta di stasiun ini tidak jauh berbeda dengan tikus tanah, dalam kata lain penumpang harus keluar dari kedalaman yang gelap dan memasuki dunia di puncak terowongan.
Dari atas tanah, kereta Doai (どあい) terlihat seperti stasiun biasa, namun di dalamnya tidak ada apa-apanya.
Untuk sampai ke sini, kamu bisa menaiki kereta JR Joetsu Line yang menghubungkan prefektur Gunma dan Niigata. Melintasi pegunungan, sembari memandang ke pedesaan selama perjalanan, mungkin kamu akan bertanya-tanya bagaimana rasanya tinggal di sini.
Jangan heran jika banyak penumpang lain yang turun di stasiun ini, jadi kamu tidak perlu takut karena suasananya lebih ramai dari yang diduga.
Tampak ramai pengunjung terasa penuh ketika kamu berkelana di hari Minggu, jadi jangan lupa untuk mendokumentasi keberadaanmu di dekat tanda stasiun untuk foto kenang-kenangan.
Melihat ke bagian bawah rel kereta, beton dan lampu membuatnya terasa seperti benteng bawah tanah, dan suasana mencekam menggantung di udara.
Melihat sekeliling, desain stasiun Doai dibilang sangat tidak biasa. Peron bagian bawah tanah hanya melayani kereta tujuan Niigata. Penumpang yang menuju Tokyo harus menuju peron di atas tanah, tempat kereta tujuan Tokyo beroperasi.
Selama di sini kamu tidak akan menemukan satu eskalator ataupun lift, jadi akses di stasiun Doai hanya tangga dan jumlahnya sangat banyak.
Tangga Doai
Papan nama di bawah tangga bertuliskan, “Selamat datang di Stasiun Mole No. 1 di Jepang” dengan beberapa tahi lalat di sebelahnya.
Sekilas membaca papan namanya, tangga ini memiliki panjang 338 meter (0,2 mil), dan berisi 462 anak tangga. Ketinggian platform bawah tanah adalah 583 meter di atas permukaan laut, sedangkan platform di atas tanah adalah 653,7 meter di atas permukaan laut, sehingga perbedaan ketinggian antara keduanya adalah 70,7 meter.
Mengintip lubang cahaya kecil yang jaraknya ratusan meter, muncul debaran jantung yang kencang sambil bertanya-tanya apakah bisa sampai ke puncak dengan selamat. Ada beberapa tempat pemberhentian yang terisi bangku tempat duduk, sehingga orang dapat berhenti dan beristirahat jika diperlukan.
Perasaan senang ketika sampai di puncak
Melihat ke bawah dari tempat berdiri terasa pencapaian yang luar biasa, seolah-olah baru saja mendaki gunung. Siapa sangka keluar dari stasiun kereta bisa menjadi sebuah pencapaian?
Setelah menikmati cahaya matahari di anak tangga ke-462 berjalan ke depan bangunan kayu. Di sana terdapat pintu masuk yang misterius. Di bagian jendela, tertulis kata-kata penyemangat, “otsukaresama deshita” (“terima kasih atas kerja keras Anda”), hal ini menandakan bahwa berjalan tadi bukanlah akhir dari perjalanan.
Gerbang tiketnya sendiri terletak 143 meter lagi dari puncak tangga dan masih ada 24 anak tangga lagi sebelum kamu sampai di sana, sehingga jumlah total anak tangga dari platform ke dunia di atas menjadi 486.
Di belakang pintu – struktur yang tidak biasa ini konon melindungi dari hembusan angin yang dihasilkan oleh kereta yang lewat – terdapat lorong panjang dengan dinding balok semen yang ditutupi lumut. Kamu akan mengagumi cahaya yang bersinar melalui jendela, disaring oleh pepohonan di luar.
Kontras antara cahaya dan bayangan sangat indah, terasa seperti tikus dunia yang bersiap keluar dari terowongan yang tampaknya tidak pernah berakhir. Bagian terakhir perjalanan ini memang sangat indah dan atmosfernya tidak biasa, tidak butuh waktu lama lagi untuk menaiki anak tangga yang tersisa dan tiba di gerbang tiket.
Gerbang tiket di sini kamu tidak akan menemukan staf stasiun yang mengawasinya. Sementara penumpang dengan tiket kertas cukup memasukkannya ke dalam kotak pengambilan tiket, penumpang cukup mengetuk kartu transportasi prabayar Suica mereka di stasiun asal.
Berdasarkan tanda di atas, penumpang yang menggunakan kartu transportasi prabayar harus melaporkan perjalanannya kepada staf di stasiun berikutnya tempat mereka tiba. Kartu tersebut tidak akan berfungsi lagi sampai stasiun tujuan telah didaftarkan secara manual dan jumlahnya dipotong oleh staf, jadi jika kamu ingin menghindari cara yang rumit ini kamu harus mendekati staf dan mengantri untuk membeli sebuah tiket kertas sebagai gantinya.
Jika kamu bepergian dari Stasiun Doai, kamu tidak akan dapat menggunakan kartu transportasi yang kamu miliki karena tidak ada mesin pembaca otomatis, jadi sebaiknya menggunakan mesin di dekat gerbang tiket, kamu akan menerima “kertas stasiun keberangkatan” untuk menunjukkan kepada staf di tempat tujuan kamu berasal.
Tiket kertas lebih nyaman daripada kartu transportasi prabayar.
Setelah keluar dari stasiun dan menuruni tangga pendek di atasnya, di sana kamu akan menemukan bangunan yang dirancang agar terlihat seperti pondok gunung dan di sini kamu tidak akan menemukan penjual teh atau kopi, karena bekas kantor stasiun dan loket tiket telah direnovasi menjadi kafe.
Setelah bersantai sebentar di stasiun pedesaan, tibalah waktunya naik kereta pulang. Menuju arah stasiun di atas tanah, kamu akan disuguhi pemandangan yang sangat berbeda di sini – cerah, cerah, dan dikelilingi oleh alam, sangat berbeda dengan penjara bawah tanah beton yang gelap, dingin, dan gelap di bawahnya.
Meski kamu telah menjelajahi labirin bawah tanah di stasiun Shibuya dan Shinjuku di jantung kota Tokyo, tidak ada yang mengalahkan sensasi terowongan bawah tanah yang remang-remang jauh di pedesaan pegunungan, stasiun Doai tidak kalah cantik dinikmati saat liburan ke Jepang.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: soranews
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang