KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Bukan Shonen! Siapa Sangka Akira Toriyama Ternyata Penggemar Genre Ini

Akira Toriyama

Akira Toriyama, nama yang tak asing lagi bagi para penggemar animanga di seluruh dunia. Melalui karya fenomenalnya, Dragon Ball, ia telah berhasil mencuri hati jutaan pembaca. Namun, di balik sosok sang pencipta Saiyan legendaris, Goku, ternyata tersimpan fakta menarik. Siapa sangka, di balik titelnya sebagai raja tak resmi dari “genre Shonen“, Toriyama mengagumi rekan feminin-nya, shojo, karena melakukan hal yang mungkin tidak pernah bisa dilakukan Dragon Ball, yaitu mengeksplorasi pemikiran batin dan motivasi karakternya.

Sebagai seorang mangaka yang telah berkecimpung di industri manga selama lebih dari 40 tahun, termasuk berbagai seri selian Dragon Ball, Akira Toriyama memiliki pandangan yang unik tentang penciptaan karakter. Pengalaman Toriyama dalam menulis manga dimulai dari serial komedi, seperti Dr. Slump, tetapi Dragon Ball menandai transisi lambat ke serial pertarungan shonen, dengan penekanan pada seni bela diri dan adegan pertarungan. Artinya, Toriyama tidak terlalu tertarik dengan drama interpersonal yang kompleks, sering kali lebih memilih karakter antagonis yang jelas-jelas jahat, seperti Cell dan Frieza daripada karakter penjahat yang lebih bernuansa. Keputusan Toriyama untuk menciptakan karakter penjahat hitam-putih sejalan dengan konvensi genre shonen yang ia geluti.

Akira Toriyama Menghargai Upaya yang Dilakukan pada Karakter Shojo

Dalam sebuah wawancara untuk Dragon Ball Super volume 4, sebagaimana diterjemahkan oleh situs penggemar Kanzenshuu, Toriyama dan artis Toyotarou ditanya tentang pembuatan arc Super Future Trunks. Mereka mendiskusikan bagaimana Zamatsu menjadi karakter yang lebih kompleks dibandingkan karakter antagonis Dragon Ball lainnya.

Kala itu, Toriyama menyatakan, ” Untuk arc Future Trunks” ini, Anda (Toyotarou) harus menggambarkan konflik batin Zamasu dan Trunks, bukan? Jika ini terjadi saat saya menggambar manga sendiri, saya ragu saya bisa melakukannya. Maksud saya, saya tidak begitu pandai menggambarkan psikologi karakter di panel. Jadi semuanya menjadi satu karena sekarang saya hanya perlu memikirkan ceritanya (tertawa)”. Dia kemudian menambahkan,”Dalam hal ini, saya pikir manga shojo benar-benar luar biasa, karena mereka harus terus menerus menggambarkan keadaan pikiran seorang gadis. Saya rasa saya tidak bisa menanganinya!”

Tampaknya hal yang paling dikagumi Toriyama dari genre shojo adalah ceritanya yang lebih berorientasi pada karakter, dan membutuhkan wawasan yang lebih baik tentang pemikiran batin dan konflik karakternya. Tidak seperti genre shonen, yang seringkali fokus pada aksi dan petualangan, terkadang kurang memberikan ruang untuk menggali pemikiran dan motivasi batin karakter secara mendalam. Dia bahkan mengeluhkan tentang kesulitannya menggambar karakter Cell dengan berkata:

“Sejujurnya, saya bahkan merasa Cell agak merepotkan (tertawa). Kalau musuh, lebih mudah untuk membuat mereka menjadi orang jahat sehingga mereka bisa langsung dihajar.”

Dalam wawancara tersebut, Toriyama juga memuji Toyotarou karena lebih mampu memahami karakter daripada dirinya, memungkinkan mereka memiliki penjahat yang lebih dalam dan lebih kompleks untuk Dragon Ball Super daripada yang mungkin dilakukan saat Toriyama bekerja sendiri.

Meskipun memiliki kekaguman pada kompleksitas karakter seperti yang sering ditemukan dalam genre shojo, Toriyama tampaknya sangat menyadari bahwa kekuatan utamanya terletak pada kemampuannya menciptakan dunia fantasi yang penuh aksi dan petualangan. Ia menyadari bahwa pengembangan karakter yang mendalam bukanlah keahlian utamanya. Meskipun begitu, Dragon Ball masih memiliki beberapa pengembangan karakter yang fantastis selama bertahun-tahun, terutama di sekitar Vegeta, yang bisa dibilang telah melakukannya dalam seri ini. Hal ini jelas menunjukkan bagaimana Toriyama telah melampaui bidang keahliannya saat menulis dan bahwa dia juga menyadari keterbatasannya.

Tidak semua penulis dapat menghargai upaya yang diperlukan untuk membuat genre yang benar-benar berbeda, tetapi pengalaman Akira Toriyama selama bertahun-tahun, dengan Dragon Ball dan serial lainnya, membantunya untuk mengagumi manga shojo apa adanya, dan untuk melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan.

BACA JUGA: Campur Tangan Akira Toriyama dalam Panel Terakhir Chapter 103 Dragon Ball Super Diungkap Toyotarou

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber: screenrant

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang