KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Jepang Luncurkan Patroli Cyber Pertama untuk Tangkap WNA Ilegal

Seorang relawan menerima sertifikat registrasi dari kepala departemen urusan kriminal Kepolisian Prefektur Saitama, Takehiro Sugatani, di Distrik Urawa, Kota Saitama pada 19 Juli 2024. (Mainichi)

Di tengah meningkatnya jumlah warga negara asing di Jepang, masalah imigrasi ilegal menjadi perhatian serius. Untuk mengatasi hal ini, kepolisian Prefektur Saitama meluncurkan sebuah inisiatif unik untuk melibatkan komunitas asing dalam patroli cyber.

Jepang, negara yang dikenal dengan teknologi canggih dan masyarakat yang tertib, kini tengah bergelut dengan permasalahan yang tak kalah kompleks: maraknya imigrasi ilegal. Seiring dengan meningkatnya jumlah warga negara asing di Negara Sakura tersebut, kasus-kasus pelanggaran visa dan kejahatan transnasional pun ikut merangkak naik. Untuk mengatasi hal ini, pihak berwenang Jepang mengambil langkah inovatif dengan meluncurkan patroli cyber pertama yang melibatkan langsung komunitas warga negara asing.

Kode Bahasa sebagai Alat Komunikasi Tersembunyi

Penggunaan kode bahasa seperti “Mobil dijual”, “Mengantar daging ayam”, dan lain sebagainya dapat dilihat dalam bahasa Vietnam di salah satu grup Facebook tempat informasi dipertukarkan di antara para pelanggar visa “bo doi” (prajurit) dan orang lain yang tinggal di Prefektur Saitama dan di seluruh wilayah Kanto utara.

Kode-kode ini berfungsi sebagai kamuflase untuk beberapa aktivitas yang diduga ilegal yang dilakukan oleh para anggota komunitas tersebut, seperti: perdagangan ilegal, eksplotasi tenaga kerja, dan jaringan kriminal, Bahkan, menurut informasi yang disampaikan oleh seorang pria Vietnam berusia 33 tahun kepada Mainichi, ia juga melihat informasi tentang penyewaan rumah yang bisa jadi juga ilegal.

Tantangan dan Solusi dalam Memecahkan Kode Bahasa di Kalangan WNA Ilegal

Tangkapan layar yang dimodifikasi sebagian dari kiriman Facebook ini menunjukkan akun resmi divisi pengendalian kejahatan terorganisasi kedua Kepolisian Prefektur Saitama yang memperingatkan adanya dugaan aktivitas kriminal di platform tersebut. (Mainichi)

Divisi kejahatan terorganisasi kedua dari departemen Kepolisian Prefektur Saitama telah mengirimkan peringatan dan mengambil tindakan lain setelah menemukan informasi ilegal. Namun, dalam banyak kasus. pelaku menggunakan kata sandi dan bahasa yang terus berubah seiring waktu. Hal ini membuat pihak kepolisian kesulitan untuk melacak dan memahami makna di balik setiap kode.

Anggota kelompok patroli cyber terlihat setelah menerima sertifikat pendaftaran, di markas besar Kepolisan Prefektur Saitama di Distrik Urawa, Kota Saitama. (Mainichi)

Pembentukan Relawan Cyber Warga Asing (FRCV) merupakan langkah strategis untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan melibatkan warga asing yang memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa dan budaya, kepolisian berharap dapat mengungkap makna di balik kode bahasa yang digunakan oleh kelompok WNA ilegal tersebut dan menemukan informasi penting yang mungkin terlewatkan karena kurangnya pemahaman terhadap bahasa dan budaya.

Selama periode pengujian dari Juli 2023 hingga Juni 2024 menjelang pembentukan grup, dilaporkan sekitar 80% dari 97 postingan yang menerima peringatan telah dihapus. Seorang perwakilan divisi berkomentar, “Ada penggunaan dan arti kata-kata yang dapat dipahami karena mereka (anggota tim) adalah penutur asli bahasa Vietnam. Sungguh melegakan mengetahui bahwa mereka dapat membantu kami.”

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber: mainichi

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang