[Review Anime] One Piece Film Red – Idol Bertemu Bajak Laut?
One Piece Film Red adalah entri terbaru film One Piece yang akan tayang di Indonesia secara reguler pada hari Rabu tanggal 21 September 2022. Salah satu tim Titip Jepang kebetulan berkesempatan untuk menonton Fan’s Screening pada tanggal 17 kemarin. Titipers bisa baca keseruan Fan’s Screening tempo hari di sini. Kali ini penulis akan mencoba untuk menyajikan review film One Piece Film Red, sebuah persembahan luar biasa dari Toei Animation dan Eiichiro Oda.
JALAN CERITA DAN DAYA TARIK UTAMA
Sinopsis resmi One Piece Film Red:
Uta — penyanyi paling dicintai di dunia. Suaranya menyembunyikan identitas Uta sebenarnya, yang digambarkan sebagai “dunia lain.” Dia akan tampil di depan umum untuk pertama kalinya di konser live. Saat venue dipenuhi dengan semua penggemar Uta — bajak laut yang bersemangat, Angkatan Laut yang mengawasi dengan cermat, dan Topi Jerami yang digunakan Luffy yang datang untuk menikmati penampilan anggunnya suara yang telah ditunggu-tunggu hingga membuat seluruh dunia akan segera bergema. Dari sini kisah Luffy berjalan menjadi sesuatu yang mengejutkan.
[ux_products equalize_box=”true” products=”12″ orderby=”menu_order” tags=”8498″ out_of_stock=”exclude”]
Daya tarik utama dari film ini tidak bisa disangkal datang dari judulnya, RED. Penulis sendiri awalnya sangat skeptis kalau film ini hanya akan sekedar gimmick Shanks, karena Uta diperkenalkan sebagai “anak” dari Shanks, salah satu bajak laut paling berpengaruh di lautan dengan bounty miliaran. Tidak berhenti di situ, Uta juga adalah teman sepermainan Luffy di masa kecil ketika Bajak Laut Rambut Merah sering berkunjung ke Desa Fuusha, desa kelahiran Luffy. Karena itu penting untuk menonton One Piece episode 1029 dan 1030 yang bertindak sebagai prolog film ini. Titipers bisa menontonnya dengan gratis di BStation secara legal. Episode 1029 bisa ditonton di sini dan 1030 di sini.
Hubungan dinamis antar tiga karakter ini yang menjadi jualan utama dan untungnya dieksekusi dengan sangat baik. Shanks bukan hanya karakter yang muncul sebagai gimmick, dia menjadi latar belakang kisah ini bermula dan berperan aktif untuk mengakhirinya. Uta punya relevansi besar dan motivasi “kuat” dalam cerita. Luffy sebagai tokoh utama bertindak sebagaimana Luffy yang biasanya, ingin “menyelamatkan” temannya. Di One Piece, karakterisasi Luffy adalah yang terkuat ketika dia punya urgensi untuk menyelamatkan orang. Film ini berhasil menyorot hal itu dengan sangat baik tanpa ada kesan dipaksakan, hal yang abstain di film-film One Piece sebelumnya, kecuali Strong World.
ELEMEN ONE PIECE DONE RIGHT
Penulis berpendapat ramuan One Piece yang paling kuat ketika mengisahkan suatu arc terdiri dari empat hal, karakter, humor, aksi dan suasana haru. Film ini berhasil meramu semua hal di atas dengan berimbang, hal yang sekali lagi, sering kali alpa di film-film One Piece sebelumnya.
Karakter yang muncul di film ini sangat banyak, karena skala penceritaannya ada di level global. Hampir semua kubu yang ada di One Piece muncul, Angkatan Laut, Pemerintah Dunia, dan Bajak Laut, yang tidak muncul hanya Pasukan Revolusi, yang mana memang mereka tidak perlu muncul karena tidak ada relevansinya dalam cerita. Pada saat Stampede, sejujurnya variasi karakter yang muncul jauh lebih banyak, tapi kesan “tempelan” dan “gimmick” sangat kuat, sehingga kemunculan mereka hanya sekedar keharusan alih-alih kepentingan cerita. Berbeda dengan RED, film ini memberikan semua kubu penampilan setara, mereka muncul untuk melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan narasi besar kisahnya dan mendapatkan perlakuan yang layak. Seperti Brulle dari Bajak Laut Big Mom, Blueno dari CP-0 dan Koby dari Angkatan Laut, kemunculan mereka punya peran sangat penting yang tidak bisa digantikan karakter lain. Pun film ini tidak melupakan hubungan karakter-karakter yang muncul dengan kru Topi Jerami, menjadikan interaksi mereka ketika bertemu terasa made sense dan mengisi celah humor untuk film ini dengan sangat brilian.
[ux_products equalize_box=”true” products=”12″ orderby=”menu_order” tags=”1250″ out_of_stock=”exclude”]
Aksinya juga digambarkan dengan keren, ada beberapa kali pertarungan yang muncul dalam film ini, dan semuanya well executed, hal yang sebenarnya biasa di film One Piece. Semua film One Piece selalu punya adegan-adegan aksi bombastis keren dan ini bukanlah hal baru. Hanya saja, kenapa RED jadi spesial, karena untuk pertama kalinya kita diperlihatkan Shanks dan krunya bertarung, meski sebentar tapi mereka benar-benar unjuk gigi. Seakan menguatkan alasan kenapa dia adalah salah satu sosok paling ditakuti di lautan.
Elemen haru adalah elemen yang membuat One Piece menjadi franchise raksasa. Siapa yang tidak menangis ketika penguburan Going Merry? Siapa yang tidak marah ketika Ace mati? Siapa yang tidak ikut depresi melihat perjuangan Vivi menyelamatkan Alabasta? Semua franchise besar wajib punya elemen ini, katakanlah Kimetsu no Yaiba: Mugen Train yang menjadi film anime dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa di Jepang, yang isi filmnya sangat-sangat mengharukan sampai ditangisi jutaan orang. RED juga seperti itu, ada banyak sekali adegan-adegan mengharukan yang ditunjang dengan lagu-lagu luar biasa yang dibawakan Uta. Rasa haru yang muncul di RED bukanlah rasa haru yang dipaksakan, tapi selaras dengan narasi yang pelan-pelan dibangun dari awal, jadi ketika meledak di akhir, bahkan penulis pun sampai menitikkan air mata bersama puluhan orang lainnya di bioskop. Mbak-mbak dan mas-mas di samping penulis juga terindikasi beberapa kali sesengukan.
UTA DAN LAGU
Sejak awal pengumuman kalau RED akan segera diproduksi, Oda-sensei sudah bilang kalau dia capek menulis sosok orang-orang tua, dia ingin menulis heroine! Ilustrasi awal film ini juga menunjukkan siluet Uta dan mengindikasikan film ini akan menjadi film dengan idol sebagai heroine-nya. Penulis awalnya sangat skeptis, merasa kalau Uta akan menjadi seperti karakter-karakter khusus film lain yang punya karakterisasi dangkal (Tesoro, Bullet). Syukurlah anggapan itu dipatahkan dengan indah olah Oda-sensei. Uta bukanlah villain, Uta adalah heroine, sebagaimana yang dari awal diinginkan oleh Oda-sensei. Uta memiliki latar belakang kisah yang kuat sebagai “anak” Shanks dan film ini benar-benar menunjukkannya dengan baik, bukan hanya dengan Shanks tapi juga hubungan Uta dengan kru Bajak Laut Rambut Merah. Uta memiliki hubungan rivalitas pertemanan hangat dengan Luffy yang sangat mengidolakan Shanks. Film ini berhasil membuat Uta memiliki karakterisasi kuat dengan dua hal yang disebutkan tadi. Pertemuan mereka bertiga terasa sangat hangat dan juga haru. Pilihan-pilihan yang diambil Uta dalam film ini adalah konsekuensi logis dari hal-hal yang pernah terjadi di masa lalunya. Dan karena pendekatan yang dipakai bukanlah “power” layaknya film-film sebelumnya, RED jadi lebih berhasil menyentuh hati penonton.
Lagu-lagu di film ini juga sebenarnya kelewat banyak. Mungkin akan banyak yang protes karena menonton film ini terasa seperti konser karena lagunya yang banyak dan penuh. Tapi kan memang di film ini Uta sedang mengadakan konser akbar, dan lagu adalah hal yang menjadi tema besar film ini. Jadi penulis rasa ini bukanlah masalah, malahan menunjang adegan-adegan tarung dan haru dengan lagu-lagu yang disajikan. Umumnya, sebuah film menjadikan insert song sebagai penunjang adegan dramatis. RED memperlakukan lagu-lagu Uta sebagai “karakter”, lagu-lagu di film ini menjadi bagian penting dalam kisah alih-alih hanya sekedar penunjang adegan dramatis seperti insert song pada umumnya. Jadi pastikan Titipers sudah familiar dengan lagunya ya sebelum menonton. Playlist resmi lagu-lagu Uta bisa diakses di sini. Banyaknya lagu ini juga menjadikan film ini layak tonton berulang-ulang, yang secara tidak langsung membuat pendapatannya melonjak drastis.
REFLEKSI KEHIDUPAN NYATA
Uta adalah perwujudan influencer went bad. Kita hidup di dunia di mana menjadi influencer benar-benar hal yang bisa mengubah kehidupan seseorang, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Kalau meminjam bahasa dunia kita, Uta adalah influencer youtube. Dia seorang penyanyi youtube yang lagunya menyentuh banyak orang, dia menjadi oase pada kehidupan berat yang dilalui banyak orang. Dalam kasus Uta, menjadi simbol kebencian terhadap bajak laut. Uta merasa perlu menjawab permintaan fans, merasa perlu menyelamatkan fans sehingga terjadilah kejadian dalam One Piece Film Red ini.
Refleksi terhadap beban yang ditanggung influencer (dalam hal ini Uta) terhadap ekspektasi follower atau fans inilah biang masalah yang juga dialami banyak orang di dunia nyata. Film ini dengan sangat cerdas menyentuh isu ini, seakan-akan menunjukkan betapa destruktifnya dunia maya kalau tidak disikapi dengan bijak. Betapa kebahagiaan semu itu bisa menipu dan malah menghancurkan tidak cuma influencer-nya sendiri, tapi juga para follower atau fans mereka. Betapa tidak bijaknya memilih untuk lari ke dunia maya alih-alih menghadapi kenyataan, seperti yang secara tersirat dilakukan oleh Uta di film ini.
WORTH IT OR SKIP IT?
Tentu saja layak tonton! Jangan lupa segera tonton di bioksop-bioskop terdekat begitu tayang di kota Titipers ya! Film ini sungguh pantas sebagai sajian film One Piece terbaru, menghibur tapi juga memberikan sedikit banyak refleksi di kehidupan nyata. Benar-benar film One Piece yang One Piece banget! Penulis sendiri habis nonton langsung dapat waifu baru! U-T-A! U-T-A! PRINCESS UTA!
Semoga review One Piece Film Red ini bisa membantu Titipers ya, ^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang
[blog_posts style=”default” columns__md=”1″ cat=”5359″ posts=”20″ excerpt=”false” show_category=”label” comments=”false” image_height=”100%”]