KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

10 Perilaku Turis Asing yang Paling Menyebalkan di Kereta Api, Menurut Orang Jepang

BLOG-10 perilaku turis asing paling menyebalkan

Survei menemukan 10 perilaku turis asing paling menyebalkan saat Jepang mengalami peningkatan pariwisata internasional masuk yang memecahkan rekor dan terkadang menguji kesabaran.

Seiring meningkatnya jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Jepang, jumlah interaksi antara penduduk lokal dan turis di transportasi umum juga bertambah. Kereta di Jepang, yang terkenal akan ketepatan waktu dan ketertibannya, kini menjadi tempat di mana perbedaan budaya dan kebiasaan sering kali terlihat. Tidak jarang perilaku turis dianggap mengganggu oleh penduduk lokal. Dalam survei daring yang dilakukan oleh Asosiasi Kereta Api Swasta Jepang, dari 5.314 responden, sebanyak 62,9 persen mengaku merasa terganggu oleh perilaku turis asing yang tidak sopan. Artikel ini mengupas lebih dalam daftar keluhan teratas dan memberikan panduan untuk wisatawan agar dapat menikmati perjalanan dengan lebih bijaksana.


1. Percakapan Keras di Kereta (51,8%)

Di Jepang, kereta bukanlah tempat yang sepenuhnya sunyi seperti perpustakaan, tetapi ada pemahaman tidak tertulis bahwa percakapan panjang dan keras sebaiknya ditunda hingga Titipers turun. Tentu, ini bisa menjadi tantangan, terutama jika kamu dan teman seperjalanan sedang bersemangat membahas hal-hal seru yang akan dilakukan. Namun, penting untuk diingat bahwa percakapan dalam bahasa asing, terutama yang bukan bahasa Jepang, sering kali terdengar lebih mencolok bagi penumpang lokal. Hal ini bisa terasa lebih mengganggu dibandingkan percakapan dalam bahasa Jepang, meskipun pada tingkat volume yang sama.

Jadi, apa pun bahasanya, cobalah untuk berbicara dengan suara yang lebih rendah. Selain itu, ekspresi kebahagiaan yang berlebihan, seperti berlari-lari untuk selfie, menari kegirangan karena akhirnya sampai di Jepang, atau kegiatan serupa lainnya, adalah bentuk antusiasme yang lebih baik ditahan hingga Titipers turun dari kereta. Dengan menghormati suasana ini, kamu tidak hanya menunjukkan sikap sopan tetapi juga memberikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman bagi semua orang.

2. Penanganan Tas dan Barang Bawaan yang Tidak Benar (37,1%)

Besar atau kecil tas Titipers ada aturan tidak tertulis yang perlu diikuti untuk memastikan kenyamanan bersama. Untuk tas kecil seperti dompet atau ransel, disarankan untuk memegangnya di depan saat Titipers berada di kereta. Dengan Titipers memindahkan tas yang biasanya ada di punggung atau samping ke area kosong di depan dada, ini akan menghemat ruang. Meskipun tampak kecil, hal ini akan sangat berarti ketika mengalikannya dengan banyak orang yang berdesakan di kereta saat jam sibuk.

Begitu pula, ketika duduk, lebih baik meletakkan tas di pangkuan atau di rak atas, daripada membiarkannya di sampingmu. Ini karena tas yang diletakkan di samping dapat menghalangi tempat duduk orang lain, yang dianggap kurang sopan.

Untuk koper, penting untuk mengaturnya dengan rapi agar tidak memakan terlalu banyak ruang. Pastikan koper Titipers tidak menghalangi pintu atau kursi prioritas. Sebuah masalah umum adalah ketika sekelompok pelancong menumpuk koper mereka di satu tempat, menguasai seluruh bagian gerbong. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya bagi rombonganmu agar tidak ada bagian kereta yang terhalang, dan semuanya tetap nyaman untuk dilalui.

3. Perilaku Tidak Etis Saat Berjalan Di Stasiun (24,8%)

Stasiun di Jepang sering kali ramai dan memiliki tata kelola lalu lintas yang ketat. Ikuti arah panah yang tertera untuk menghindari tabrakan. Jika Titipers baru pertama kali ke Jepang atau tidak bisa membaca bahasa Jepang, mencari arah bisa menjadi tantangan tersendiri. Jika perlu berhenti untuk mencari arah, pastikan Titipers berada di sisi yang tidak menghalangi jalan. Namun, jika kamu perlu berhenti untuk melihat peta atau berbicara dengan teman seperjalanan, pastikan kamu bergerak ke tempat yang jauh. Berhenti di tengah trotoar atau tangga adalah tindakan yang sangat tidak disarankan.

4. Perilaku Tidak Etis Saat Naik/Turun Kereta (16,5%)

Kereta di Jepang bisa sangat penuh sesak, dan mereka juga selalu berjalan dengan jadwal yang sangat tepat. Kombinasi keduanya hanya bisa terjadi jika setiap orang naik dan turun kereta dengan cepat dan lancar. Wisatawan diharapkan menunggu semua penumpang turun sebelum masuk ke dalam gerbong.

Sebaliknya, jika Titipers berada di dalam kereta yang tiba di stasiun dan tidak berencana turun, jangan menghalangi pintu. Sebaiknya melangkahlah ke peron agar penumpang lain bisa turun terlebih dahulu, kemudian kembali naik melalui pintu yang sama. Ingat, penumpang yang menunggu di peron harus memberi kesempatan bagi mereka yang sudah di dalam untuk naik dulu sebelum mereka naik. Ini memastikan aliran penumpang yang rapi dan efisien.

5. Meninggalkan Sampah dan Botol Ninuman Di Dalam Kereta (5,9%)

“Sampah di Jepang sangat sulit ditemukan!” adalah keluhan umum yang sering didengar dari pelancong asing, namun ini jarang terdengar dari orang Jepang sendiri. Sudah menjadi pengetahuan umum di Jepang bahwa tempat sampah umum cukup sulit ditemukan, sehingga banyak penduduk lokal menganggapnya sebagai tanggung jawab pribadi untuk membawa pulang sampah mereka.

Jika Titipers merasa kurang nyaman membuang sampah langsung ke dalam tas, bawa beberapa kantong plastik tambahan. Dengan cara ini, Anda bisa menyegel sampah yang dihasilkan selama perjalanan dan membawanya kembali ke hotel untuk dibuang di sana saat hari berakhir.

6. Gaya Duduk (9,6%)

Saat duduk, hindari menyilangkan atau merentangkan kaki yang dapat memakan ruang lebih banyak. Hal ini dianggap tidak sopan, terutama di kereta yang penuh sesak. Duduklah dengan rapi untuk menjaga kenyamanan bersama.

7. Berbicara di Telepon (10,3%)

Meski ponsel adalah pemandangan umum di kereta Jepang, jarang sekali ada orang yang berbicara di telepon. Hal ini dianggap mengganggu karena kamu harus berbicara lebih keras untuk melawan kebisingan latar. Oleh karena itu, kecuali dalam keadaan darurat, orang Jepang umumnya menghindari berbicara di ponsel saat berada di dalam kereta. Jika Titipers harus menjawab panggilan, lakukan dengan singkat dan pelan.

Sebagai catatan tambahan, memutar suara dari ponsel untuk hal lain selain panggilan telepon juga dianggap pelanggaran etika yang serius. Tidak semua orang menyukai lagu atau klip TikTok yang sama, jadi pastikan untuk mematikan suara atau menggunakan earphone jika Titipers ingin menonton video atau mendengarkan musik selama perjalanan.

8. Perilaku Buruk Terkait Kursi Prioritas (4,4%)

Di banyak gerbong kereta di Jepang, terdapat bangku pendek yang ditandai sebagai tempat duduk prioritas (biasanya dengan tanda kanji 優先席). Tempat duduk ini ditujukan untuk penumpang yang lebih tua, yang terluka, atau cacat, serta mereka yang sedang hamil atau bepergian dengan anak kecil.

Jika Titipers tidak termasuk dalam kategori ini, hindari duduk di kursi tersebut. Penduduk Jepang cenderung enggan meminta seseorang untuk menyerahkan tempat duduk, dan ini bisa lebih kompleks karena penyakit fisik tidak selalu terlihat jelas.

Misalnya, jika seorang warga senior berusia 60 tahun dengan masalah punggung naik ke kereta dan melihat seorang pria yang lebih muda duduk di tempat duduk prioritas, dia mungkin berpikir pria muda itu sedang pulih dari cedera lutut dan membutuhkan tempat duduk. Namun, pria muda tersebut mungkin tidak memiliki kebutuhan medis khusus, dan tidak dapat mengetahui bahwa pria senior tersebut memiliki masalah punggung hanya dengan melihatnya, jadi dia pun tidak akan menawarkan kursinya.

Situasi seperti inilah yang membuat sebagian orang Jepang merasa bahwa jika Anda tidak benar-benar membutuhkan kursi prioritas, sebaiknya biarkan kursi tersebut terbuka untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Meskipun ini bukan aturan resmi, ini adalah pandangan yang diperhatikan oleh sebagian orang, dan mereka mungkin memperhatikan jika pelancong asing yang tampaknya sehat duduk di tempat duduk prioritas.

9. Duduk di Lantai Kereta (4,2%)

Mungkin kaki Titipers lelah setelah seharian berkeliling kuil di Kyoto, atau kamu sedang melakukan perjalanan backpacker keliling Jepang, menginap di hostel, mencuci pakaian di wastafel, dan menikmati pesona pedesaan negara ini. Itu semua tidak masalah. Namun, jika tidak ada kursi kosong di kereta, Titipers sebaiknya berdiri. Duduk di lantai akan memakan ruang tambahan, menyulitkan orang lain untuk naik atau turun kereta, dan memberikan kesan yang tidak rapi.

10. Makan atau Minum di Kereta (3,3%)

Makan di dalam kereta, kecuali di Shinkansen atau kereta wisata, umumnya tidak disukai. Meskipun tidak dilarang secara eksplisit, ada pemahaman bahwa hanya makanan ringan seukuran gigitan yang cocok untuk dikonsumsi di kereta. Makanan ini harus cukup kecil untuk dimasukkan langsung ke dalam mulut tanpa mengeluarkan suara atau bau yang mengganggu. Contohnya, kerupuk beras kecil atau kue kering bisa diterima, tetapi makan makanan besar seperti Mos Burger di dalam kereta jelas tidak diperkenankan.

Jika Titipers perlu minum, pilihlah minuman yang bisa diminum dengan tenang tanpa meninggalkan aroma yang mengganggu. Minuman beralkohol diperbolehkan di Shinkansen dan kereta wisata, tetapi umumnya dianggap tidak sopan di kereta komuter atau kereta lokal.


Sebagian besar perilaku turis asing yang paling menyebalkan dari poin-poin di atas juga bisa dilakukan oleh orang Jepang sendiri. Namun, ini tidak berarti perilaku tersebut bisa diterima—hanya menunjukkan bahwa beberapa orang Jepang juga memiliki tata krama yang kurang baik. Meskipun demikian, sebagian besar orang yang pernah tinggal atau bepergian ke Jepang akan setuju bahwa, secara umum, tingkat kesopanan di tempat umum di Jepang cukup tinggi. Tidak ada yang termasuk dalam daftar ini yang dianggap sebagai etiket kuno Kyoto yang rumit atau sulit dipahami. Semua hal tersebut adalah perilaku yang, meskipun mungkin dianggap wajar oleh sebagian orang, pasti akan mengganggu sebagian besar orang Jepang.

Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Jepang, ada peningkatan kesadaran tentang bagaimana wisatawan berperilaku. Suka atau tidak, jika Titipers tidak terlihat seperti penduduk setempat, kamu kemungkinan besar akan dianggap sebagai perwakilan dari pariwisata asing itu sendiri. Jadi, “lebih sopan daripada orang Jepang yang kasar” jelas merupakan standar yang harus dijaga saat berperilaku di Jepang.

sumber: soranews

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang