10 Anime Horor Orisinal yang Bikin Kamu Tercengang
Anime horor itu ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menjanjikan kengerian yang bisa bikin bulu kuduk berdiri. Tapi di sisi lain, genre ini sering dianggap basi karena hanya mengulang-ulang tema hantu, darah, dan jumpscare murahan. Tak heran kalau banyak penggemar anime lebih memilih genre shounen atau slice of life ketimbang menonton horor.
Padahal, kalau kamu mau menggali lebih dalam, ada segelintir anime horor yang benar-benar beda kelas. Mereka tidak sekadar menakut-nakuti dengan gore atau adegan sadis, tapi menawarkan sesuatu yang jauh lebih menyeramkan, suasana yang mencekam, ide gila yang bikin otakmu nggak tenang, hingga cerita yang terus menghantui pikiranmu lama setelah menontonnya.
Nah, kali ini kita akan membahas beberapa anime horor yang bisa disebut sebagai permata tersembunyi dalam genre ini. Bukan cuma sekadar menakutkan, tapi juga berhasil merevolusi cara kita melihat horor di dunia anime. Yuk, kita bedah satu per satu judulnya!
The Summer Hikaru Died adalah Campuran Tematik yang Kaya antara Horor dan Slice of Life


The Summer Hikaru Died menghadirkan terobosan segar bagi penggemar horor yang sudah bosan dengan formula lama. Berlatar di pedesaan terpencil Jepang, kisah ini mengikuti dua sahabat, Yoshiki dan Hikaru. Namun, sejak awal penonton sudah disuguhi sebuah misteri mencekam, Hikaru yang kini tinggal di samping Yoshiki ternyata bukanlah teman masa kecilnya, melainkan sosok gaib yang merasuki tubuhnya. Hikaru yang asli telah meninggal beberapa bulan sebelumnya, dan kebenaran ini membuka pintu pada teror yang perlahan menggerogoti keseharian mereka.
Yang membuat serial ini berbeda adalah fokusnya pada horor psikologis ketimbang sekadar hantu atau jumpscare. Ketegangan lahir dari hubungan Yoshiki dan “Hikaru” yang ambigu—antara ingin mempertahankan kedekatan, tapi juga takut pada kebenaran yang mengintai. Di balik suasana mencekam, anime ini juga menyelipkan lapisan tematik yang mendalam tentang bagaimana rasanya jadi remaja queer di lingkungan kecil yang menuntut keseragaman, serta benturan antara keinginan untuk berbeda dengan tekanan agar tetap “normal.” Semua itu menjadikan The Summer Hikaru Died bukan sekadar horor, tapi juga refleksi emosional yang menusuk hati.
Shiki Menjelajahi Trope Vampir yang Berlebihan dengan Cara yang Tidak Konvensional


Vampir mungkin salah satu trope paling sering dipakai dalam horor, sampai terasa basi karena sudah terlalu banyak variasinya. Tapi Shiki berhasil membuktikan kalau klise pun bisa diolah menjadi sesuatu yang segar dan menakutkan. Ceritanya dimulai dengan sederhana, sebuah desa terpencil bernama Sotoba tiba-tiba dilanda epidemi misterius. Penduduk jatuh sakit satu per satu, hingga akhirnya terungkap bahwa biang keroknya adalah sebuah keluarga vampir yang baru saja pindah ke pinggiran desa.
Namun, Shiki bukanlah kisah vampir biasa dengan adegan gore atau aksi brutal tanpa arah. Serial ini justru membangun ketegangan secara perlahan, menghadirkan atmosfer penuh kecurigaan, bisik-bisik tetangga, dan paranoia yang semakin mencekik setiap karakter. Pada akhirnya, penonton dipaksa bertanya-tanya: siapa sebenarnya monster dalam cerita ini? Apakah para vampir yang membunuh demi bertahan hidup, atau manusia yang tenggelam dalam kebencian dan rasa takutnya sendiri?
School-Live! Tidak Sepolos dan Semanis yang Terlihat


Sekilas, School-Live! tampak seperti anime slice-of-life penuh gadis-gadis imut dengan keseharian ceria di Klub Kehidupan Sekolah. Penonton mungkin mengira ini sekadar kisah ringan tentang persahabatan dan kenakalan remaja. Namun, kenyataannya jauh lebih kelam. Satu-satunya yang benar-benar percaya pada “dunia indah” itu hanyalah Yuki Takeya, gadis riang yang pikirannya menolak menghadapi fakta bahwa ia dan teman-temannya sebenarnya sedang bertahan hidup di tengah kiamat zombi.
Di sinilah kekuatan School-Live!—perpaduan antara estetika manis dan horor mencekam yang kontras sekaligus menghantui. Demi menjaga mental Yuki, para gadis lain terus berpura-pura seolah semuanya normal, menciptakan lapisan slice-of-life palsu yang menutupi kengerian di baliknya. Justru lewat kontras inilah ketegangan tumbuh. Di balik tawa dan keceriaan, ada pertarungan brutal melawan ancaman zombi yang tak henti mengintai. Perpaduan unik ini menjadikan School-Live! salah satu kisah horor zombi paling menyayat sekaligus orisinal dalam medium anime.
Zom 100: Pahlawan Bucket List of the Dead Memaksimalkan Kiamat Zombie


Zom 100: Bucket List of the Dead menghadirkan twist segar pada trope kiamat zombi yang biasa. Bukannya mencekam, kisah ini justru dibumbui komedi dan semangat petualangan. Akira Tendo, seorang pekerja kantoran yang kelelahan dan merasa hidupnya monoton, tiba-tiba menemukan jalan keluar dari rutinitasnya ketika kiamat zombi melanda. Alih-alih takut, Akira melihat kesempatan untuk menjalani semua hal yang selalu ia impikan sebelum dunia runtuh.
Bersama teman-temannya, Akira memulai petualangan bertahan hidup yang liar dan penuh kejutan. Nada cerita yang ringan dan penuh humor justru membuat Zom 100 terasa segar dan inspiratif, berbeda dari horor zombi pada umumnya. Serial ini membuktikan bahwa bahkan situasi yang tampak paling menakutkan pun bisa menjadi panggung untuk kebebasan, kegembiraan, dan penemuan diri—sebuah komedi horor eksentrik yang patut dicoba.
Mieruko-chan Menggabungkan Komedi Gadis Lucu dengan Horor Jumpscare


Mieruko-chan menghadirkan pendekatan segar dalam komedi horor supernatural. Miko Yotsuya, seorang gadis remaja yang tampak biasa, memiliki kemampuan unik: ia bisa melihat roh-roh menakutkan yang tak disadari orang lain. Meski kemampuan ini berpotensi mengerikan, Miko mencoba tetap menjalani hidup normal dengan mengabaikan makhluk-makhluk tersebut, meski kejutan-kejutan menakutkan selalu mengintainya.
Yang membuat Mieruko-chan menonjol adalah kemampuannya mengubah kengerian menjadi bagian dari komedi slice-of-life yang menyenangkan namun tetap menegangkan. Setiap roh yang menghantui Miko tidak hanya memicu ketakutan, tapi juga tawa penonton, menciptakan pengalaman horor yang unik. Berkat desain makhluk supernatural yang mengerikan dan timing jumpscare yang tepat, serial ini berhasil menyeimbangkan horor dan humor dengan sangat efektif, menjadikannya salah satu komedi horor paling menghibur sekaligus menyeramkan di anime modern.
Genocyber Sangat Sarat Kekerasan dan Kejutan


Era 90-an menjadi masa keemasan bagi anime ultra-kekerasan yang berani menembus batas-batas norma animasi. Namun, hanya sedikit serial yang membawa horor tubuh dan kekerasan grafis ke level ekstrem seperti Genocyber. OVA 5 episode ini, dirilis pada tahun 1994, berfokus pada kisah dua saudari muda, Elaine dan Diana, yang terlibat secara tragis dalam penciptaan monster sibernetik bernama Genocyber—makhluk dengan kekuatan destruktif tak terbatas.
Genocyber jelas bukan tontonan untuk penonton yang lemah hati. Gore brutal, adegan mengerikan, dan konten yang mengganggu menjadi ciri khas OVA ini. Namun bagi mereka yang penasaran seberapa jauh anime dapat mengeksplorasi kekerasan ekstrem, Genocyber menghadirkan pengalaman yang menakjubkan sekaligus mengerikan. Kekuatan visual dan intensitas naratifnya membuat serial ini tetap menjadi salah satu karya klasik horor paling kontroversial dan memikat hingga kini.
Midori Unik Karena Semua Alasan yang Salah


Meski anime ultra-kekerasan cukup umum di era 90-an, judul yang benar-benar mengganggu hingga dilarang di banyak negara jauh lebih langka. Midori, sebuah film horor independen dari tahun 1992, adalah salah satunya. Film ini menuntut keberanian penonton—bahkan bagi penggemar anime paling berani sekalipun—karena kegelapannya yang ekstrem dan kekerasan yang tak ditahan-tahan.
Ceritanya mengikuti Midori, seorang yatim piatu yang tertipu untuk bergabung dengan rombongan sirkus pertunjukan aneh setelah kematian tragis ibunya. Alih-alih menemukan kehidupan baru, ia malah harus menghadapi mimpi buruk. Mulai dari pelecehan emosional, fisik, hingga seksual yang ekstrem dari rekan-rekannya. Nada voyeuristik dan kekejaman yang terus-menerus membuat Midori menjadi tontonan yang meresahkan, sekaligus penting sebagai bagian dari sejarah horor anime. Serial ini mengingatkan penonton bahwa horor bisa menantang batas kenyamanan dan moral, membuatnya tetap relevan meski hanya untuk mereka yang cukup berani.
Perfect Blue Adalah Standar Emas Horor Psikologis


Satoshi Kon dikenal karena kemampuannya mengeksplorasi batas tipis antara kenyataan dan ilusi, dan Perfect Blue, film debutnya, adalah contoh paling menakutkan dari tema tersebut. Ceritanya mengikuti Mima Kirigoe, seorang idola J-pop yang berusaha menata ulang kariernya sebagai aktris. Perubahan ini membuatnya terjebak dalam tekanan psikologis yang intens, di mana setiap langkah dan keputusan dipenuhi ketidakpastian.
Ketegangan semakin memuncak ketika seorang penguntit obsesif muncul, mengancam nyawa dan kewarasan Mima. Kengerian di Perfect Blue sebagian besar bersifat psikologis, dengan nuansa yang membuat penonton mempertanyakan mana yang nyata dan mana yang delusi. Film ini berhasil menyelami ketakutan terdalam manusia saat mereka kehilangan kendali atas realitas sendiri, dan meninggalkan kesan yang terus menghantui bahkan setelah film telah usai.
Devilman Crybaby Menciptakan Kembali Suasana Klasik


Seri Devilman karya Go Nagai sudah lama menjadi ikon horor apokaliptik, tapi Devilman Crybaby membawa kisah ini ke level baru dengan memodernisasi ceritanya tanpa kehilangan esensi aslinya. Kisahnya mengikuti Akira Fudo dan sahabatnya, Ryo Asuka, saat mereka menghadapi kekuatan iblis yang mengancam umat manusia. Dengan kekerasan dan kejutan yang tak terduga, serial ini menampilkan horor fantasi gelap yang lugas sekaligus memikat.
Yang membuat Devilman Crybaby begitu menonjol adalah visualnya yang ekspresif dan arahan kreatif Masaaki Yuasa yang tak lazim. Setiap episode dipenuhi dengan intensitas, gore, dan penceritaan yang menggugah, menjadikannya bukan sekadar reboot, tetapi mahakarya modern yang mampu memukau penonton masa kini. Sejak dirilis pada tahun 2018, serial ini berhasil meraih status klasik modern, membuktikan bahwa horor apokaliptik bisa tetap relevan dan menggetarkan generasi baru.
Mononoke Adalah Anime Horor Paling Unik yang Ada


Horor supernatural dari cerita rakyat Jepang memang sering dijumpai di anime, tapi Mononoke menghadirkan interpretasi yang benar-benar segar sejak adegan pertamanya. Serial ini membenamkan penonton dalam pengalaman visual yang ekspresif, terinspirasi oleh cetakan ukiyo-e yang hidup, menciptakan atmosfer horor yang unik sekaligus memukau.
Di inti ceritanya, Mononoke mengikuti Penjual Obat yang penuh teka-teki saat ia bertemu dengan roh-roh yang memakan emosi negatif manusia. Namun, yang membuat serial ini berbeda adalah penyajian artistik dan naratifnya yang tidak lazim, mengubah horor menjadi karya seni visual. Ketakutan yang muncul tak sekadar menakuti, tapi juga membangkitkan kekaguman, menjadikan Mononoke pengalaman horor yang sekaligus memikat mata dan pikiran.
Dari The Summer Hikaru Died yang menakutkan secara psikologis hingga Mononoke yang mengubah horor menjadi karya seni visual, 10 anime horor orisinal ini membuktikan bahwa dunia anime penuh dengan kengerian kreatif dan unik. Beberapa mengandalkan jumpscare dan gore ekstrem, beberapa mengeksplorasi paranoia dan ketegangan psikologis, sementara yang lain memadukan horor dengan komedi gelap atau estetika memukau. Bagi penggemar sejati, ini bukan sekadar tontonan, tapi perjalanan emosional yang menghantui dan memikat. Jadi persiapkan dirimu untuk terpesona, tercengang, dan terus mengingat setiap momen menakutkan dari anime-anime luar biasa ini.
Sumber: CBR
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

