KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

5 Hal yang Bikin Takopi’s Original Sin Lebih Gelap dari Doraemon

Sekilas mirip Doraemon, tapi Takopi’s Original Sin justru membawa kita ke sisi tergelap masa kanak-kanak.
Fakta Takopi's Original Sin

Ketika Takopi’s Original Sin mulai terbit di Manga Plus, banyak pembaca yang dibuat terkejut. Sekilas premisnya mengingatkan pada Doraemon, serial ikonik dengan robot imut dan alat-alat ajaib yang selalu ada untuk membantu anak manusia. Tapi siapa sangka, cerita ini justru menyelami sisi tergelap dari dunia anak-anak. Pahit, brutal, dan penuh luka emosional yang tak pernah bisa disembuhkan oleh alat ajaib mana pun.

Jika Doraemon adalah cahaya masa kecil yang hangat dan menghibur, maka Takopi’s Original Sin adalah bayangan kelam yang diam-diam mengikuti dari belakang. Berikut adalah 5 hal yang membuat Takopi’s Original Sin jauh lebih gelap dari Doraemon.

1. Tone Komedi vs. Dunia Keputusasaan

5 Hal yang Bikin Takopi's Original Sin Lebih Gelap dari Doraemon

Di permukaan, Doraemon tampak seperti cerita ceria untuk anak-anak. Tapi jika dilihat dari kacamata realistis, kehidupan Nobita sebenarnya cukup kelam. Ia lemah dalam akademis, sering jadi korban bully, dan kerap dimarahi atau diabaikan oleh orang tuanya. Ajaibnya, semua itu disaring lewat lensa komedi. Alih-alih sedih, kita justru tertawa melihat Nobita terjerembab oleh kesalahan sendiri. Setiap alat ajaib yang dikeluarkan Doraemon bisa menciptakan harapan atau kekacauan, tapi kekacauan yang menghibur. Dunia Nobita mungkin tidak sempurna, tapi masih terasa aman untuk dinikmati.

Sebaliknya, Takopi’s Original Sin mengambil pendekatan yang jauh lebih sinis dan brutal. Takopi (nama asli Nnu-Anu-Kf), alien mungil dari Happy Planet, datang dengan niat murni dan alat-alat ajaib yang tampak menggemaskan, tapi tak memahami betapa kompleks dan dalamnya luka emosi manusia. Alih-alih menyelesaikan masalah, alat-alatnya justru memperburuk keadaan—dengan konsekuensi yang ekstrem, bahkan fatal. Di dunia yang tak mengenal pengampunan, niat baik yang polos pun bisa berubah menjadi senjata yang menghancurkan.

2. Doraemon yang Hangat vs. Takopi yang Tersesat

Doraemon bukanlah robot yang sempurna. Ia kadang ceroboh, alatnya bisa kacau, dan solusinya tidak selalu tepat. Tapi di balik itu semua, ia tak pernah kehilangan empati. Ia tahu kapan harus menegur Nobita, kapan membiarkannya belajar dari kesalahan, dan kapan harus turun tangan. Di mata Nobita, Doraemon bukan sekadar pemberi alat, tapi juga teman sejati—seseorang yang selalu ada, bahkan ketika dunia tak berpihak padanya.

Takopi tidak punya kompas moral yang sama. Ia datang dari Happy Planet, tempat di mana semua makhluk hidup dalam kebahagiaan murni—tanpa amarah, tanpa dendam, tanpa kesedihan. Maka ketika ia tiba di bumi dan bertemu dengan Shizuka, ia tak siap menghadapi realitas manusia yang kompleks dan penuh luka. Ia mencoba menjadi teman, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Ia menawarkan bantuan, tapi tidak mengerti apa yang benar-benar dibutuhkan. Bukannya menyembuhkan, kehadirannya justru mengorek luka yang lebih dalam. Di dunia Takopi’s Original Sin, niat baik tanpa pemahaman bisa berubah jadi kekacauan yang tak termaafkan.

3. Anak-anak Sebagai Korban Dunia Dewasa

Dalam Doraemon, dunia anak-anak ditampilkan dengan segala kekonyolan dan tantangannya, tapi tetap terasa aman. Nobita memang sering dimarahi atau dibully, tapi ada rasa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dunia ini memberi ruang untuk tumbuh, mencoba, bahkan gagal tanpa takut benar-benar hancur. Jika ada ketegangan, selalu ada solusi atau pelipur lara di akhir cerita.

Tapi di Takopi’s Original Sin, masa kecil bukan tempat bermain melainkan ladang luka. Shizuka dan Marina adalah anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan emosional dan pengabaian. Tak ada pelindung, tak ada jalan keluar. Trauma mereka bukan hal yang bisa diselesaikan dalam satu episode atau dengan satu pelukan. Mereka menanggung beban kesalahan dan dosa orang dewasa, bahkan ketika mereka belum cukup mengerti arti dari kata “salah”. Di sinilah perbedaan mencolok itu terasa. jika Nobita diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan, Shizuka dan Marina justru dihukum karena kesalahan yang bukan milik mereka.

4. Alat Ajaib: Keajaiban atau Kutukan?

Dalam Doraemon, setiap alat ajaib yang dikeluarkan Doraemon selalu membawa harapan, kemudahan, atau solusi kilat. Memang, sering kali alat itu disalahgunakan oleh Nobita karena sifat malas atau serakahnya, tapi konsekuensinya ringan dan jenaka. Ada pelajaran di akhir cerita, dan meskipun kacau, kita tahu semuanya akan kembali baik-baik saja. Alat Doraemon mungkin menciptakan kekacauan, tapi kekacauan yang bisa ditertawakan.

Lain halnya dengan Takopi. Ia juga membawa “kantong ajaib”-nya sendiri, yang berisikan alat-alat dari Happy Planet yang tampak lucu dan tidak berbahaya. Tapi ketika digunakan dalam dunia yang penuh luka dan dendam, alat-alat itu menjadi bom waktu. Bukannya menyembuhkan, mereka justru membuka jalan menuju tragedi. Dalam satu momen, alat Takopi bisa menghapus ingatan, membalik waktu, bahkan memicu kematian. Bukan karena alat itu jahat, tapi karena dunia tempat alat itu digunakan tidak punya ruang untuk keajaiban instan.

5. Logika Takopi vs. Doraemon

Dunia Doraemon mungkin penuh dengan alat ajaib dan kekacauan lucu, tapi serial ini tetap mempertahankan moralitasnya. Meski Nobita sering ceroboh, dan Doraemon kadang lengah, kita tahu siapa yang salah, siapa yang harus belajar, dan bagaimana segalanya bisa ditebus. Ada garis batas yang jelas antara benar dan salah. Bahkan saat segalanya berantakan, dunia Doraemon selalu memberi ruang karakternya untuk berkembang.

Namun dalam Takopi’s Original Sin, garis itu kabur. Sangat kabur. Takopi sendiri tidak mengerti konsep benar dan salah di dunia manusia. Ia bukan makhluk jahat, hanya terlalu polos untuk memahami kerumitan emosi, trauma, dan konsekuensi. Dalam konflik antara Shizuka dan Marina, Takopi hanya bisa menyaksikan dan bingung. Ia ingin menolong, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Dan dalam kebingungan itulah bencana terjadi.

Meski sama-sama bercerita tentang makhluk imut dengan alat ajaib, Doraemon dan Takopi’s Original Sin menunjukkan dua sisi dunia yang sangat berbeda, yang satu penuh tawa, yang satu penuh luka. Dan mungkin, keduanya sama-sama penting untuk kita pahami.

Sumber: idntimes

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^ 

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang