KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Dari Dongeng ke Layar Lebar: Inspirasi di Balik Keajaiban Film Ghibli

Siapa sangka dongeng-dongeng ini menjadi inspirasi di balik keajaiban film Ghibli favorit Titipers!

Studio Ghibli, rumah bagi film-film animasi legendaris seperti Spirited Away dan Princess Mononoke, telah berhasil menciptakan dunia fantasi yang tak terlupakan. Namun, tahukah Titipers bahwa banyak film Ghibli yang terinspirasi dari dongeng-dongeng klasik yang berasal dari berbagai belahan dunia? Artikel ini akan mengungkap rahasia di balik kesuksesan Ghibli dan mengulas beberapa dongeng yang menjadi sumber inspirasi.

Inspirasi di balik keajaiban film Ghibli

Spirited Away dan Alice in Wonderland, dua kisah klasik yang telah memikat imajinasi anak-anak selama bergenerasi, memiliki benang merah tak terduga yang mungkin para penggemar Ghibli tidak menyadarinya. Perjalanan Chihiro dalam Spirited Away sangat mengingatkan pada petualangan Alice dari Alice in Wonderland karya Lewis Carroll. Ketika Hayao Miyazaki menyusun 50 buku anak-anak favoritnya, Alice in Wonderland termasuk di antaranya.

Meskipun Spirited Away memiliki alur cerita dan estetika yang berbeda, namun tema dan pesan utamanya sangat mirip. Seperti Alice dan Dorothy dari The Wonderful Wizard of Oz, Chihiro adalah seorang gadis muda yang polos. Ia tersesat dan terdampar di dunia roh yang menakjubkan ketika orang tuanya secara tidak sengaja memakan makanan roh dan berubah menjadi babi besar. Dalam bahasa Jepang, Spirited Away disebut Sen to Chihiro no Kamikakushi, di mana kamikakushi mengacu pada hilangnya seseorang secara tiba-tiba atau dibawa pergi roh-roh, mirip seperti Alice yang mengikuti White Rabbit dan jatuh ke Wonderland.

Saat menjelajahi entitas supranatural di alam tersebut, Chihiro bertemu dengan berbagai macam roh dan makhluk misterius yang tampak seperti hewan. Ia berteman dengan Haku, seorang anak laki-laki yang dapat berubah bentuk menjadi naga, yang perannya mirip dengan panduan seperti Cheshire Cat. Ia juga bertemu dengan banyak karakter menarik lainnya, seperti Kamaji, manusia mirip laba-laba yang mengoperasikan ruang ketel pemandian, yang menyerupai ulat dari Alice in Wonderland. Ada juga Boh, bayi besar dan manja yang menyerupai si kembar, Tweedledee dan Tweedledum.

Tentu saja, ada perbandingan yang jelas antara Yubaba, pemilik pemandian yang suka mengatur dan mendominasi, dan Ratu Hati yang kejam. Yubaba mencoreng nama Chihiro dan berencana agar dia bekerja di pemandian selamanya saat dia akhirnya melupakan identitasnya sendiri. Namun, dengan keberanian dan teman-temannya yang baru ditemukan, Chihiro mampu menemukan kebebasan dan melarikan diri kembali ke dunia manusia, sama seperti Alice yang akhirnya bangun dari mimpinya.

Di balik keajaiban Film Ghibli

Howl’s Moving Castle merupakan adaptasi dari novel fantasi Inggris tahun 1986 dengan judul yang sama. Penulis Diana Wynne Jones sebenarnya menulis total tiga buku untuk seri tersebut. Dua buku lainnya adalah Castle in the Air dan House of Many Ways. Jones juga menulis Earwig and the Witch pada tahun 2011, yang kemudian diangkat menjadi film animasi 3DCG pertama Studio Ghibli yang dirilis pada tahun 2020.

Selain petualangan dan karakter yang diperkenalkan dalam sekuelnya, Howl’s Moving CCastle karya Ghibli mempertahankan alur cerita yang cukup setia pada materi sumbernya sambil menambahkan sentuhan imajinasi. Selain novel Jones, film ini juga memiliki aura yang mencerminkan Beauty and the Beast.

Sophie Hatter, seorang gadis muda yang pemalu, dan Howl Pendragon, seorang penyihir yang sombong, adalah dua karakter yang mengalami perubahan besar sepanjang cerita. Kutukan yang menimpa Sophie memaksanya untuk keluar dari zona nyaman dan menjadi lebih mandiri. Sementara itu, Howl belajar untuk melepaskan ego dan kerentanannya setelah bertemu dengan Sophie. Keduanya menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri dan tumbuh bersama melalui cinta dan persahabatan. Sama halnya dengan Belle dan Beast, yang awalnya saling menjauhi karena penampilan fisik, namun akhirnya menemukan cinta sejati yang melampaui keindahan fisik.

Paralel serupa lainnya yang terlintas dalam pikiran adalah Turnip Head, yang diakhir film, berubah menjadi Pangeran Justin setelah menerima ciuman dari Sophie. Seperti para pelayan istana di Beauty and the Beast yang berubah menjadi benda-benda ajaib, Pangeran Justin dikutuk untuk hidup sebagai orang-orangan sawah.

Ponyo memiliki inspirasi paliang langsung dari dongeng, sebagai adaptasi bebas dari cerita Hans Christian Andersen tahun 1837, The Little Mermaid. Ponyo dan The Little Mermaid adalah dua kisah klasik tentang makhluk laut yang mendambakan kehidupan di daratan. Keduanya menawarkan kisah tentang cinta, keluarga, dan kekuatan alam. Studio Ghibli, dengan gaya visual yang khas dan narasi yang mendalam, berhasil memberikan sentuhan unik pada kisah The Little Mermaid versi Ponyo.

Sosok Ponyo, putri ikan yang ingin menjadi manusia, mengingatkan kita pada Ariel, putri duyung yang jatuh cinta pada seorang pangeran manusia. Keduanya rela mengorbankan segalanya untuk meraih cinta mereka. Namun, Ponyo menawarkan perspektif yang lebih luas tentang hubungan manusia dengan alam dan dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan.

Ponyo juga menyajikan kisah yang lebih ramah anak dibandingkan The Little Mermaid. Kisah persahabatan antara Ponyo dan Sosuke menjadi fokus cerita. Keduanya belajar tentang pentingnya persahabatan, keluarga, dan keberanian.

The Secret World of Arrietty didasarkan pada serial buku fantasi anak-anak, The Borrowers, yang ditulis oleh Mary Norton pada tahun 1952. Dalam novel tersebut, keluarga kecil Clock diam-diam tinggal di dalam dinding sebuah rumah yang didasarkan pada rumah masa kecil Norton.

Dalam versi Ghibli, seorang anak laki-laki bernama Sho menghabiskan musim panasnya bersama bibi dan ibunya ketika ia menyaksikan Arrietty kecil dan ayahnya dalam misi “meminjam” beberapa lembar tisu dari meja samping tempat tidurnya.

Ada banyak dongeng dan cerita rakyat yang menampilkan makhluk-makhluk kecil dan peri, seperti Arrietty, Thumbelina salah satunya. Karya klasik lainnya dari Andersen ini menceritakan seorang gadis kecil yang lahir dari bunga tulip dan menjalani petualangan yang menakjubkan.

Sementara Jepang juga memiliki kisah mengenai manusia mungilnya sendiri, Issun-boshi, seorang “samurai berukuran satu inci” yang, seperti Thumbelina” lahir dari keinginan sepasang suami istri tua yang menginginkan memiliki seorang anak. Menurut dongeng tersebut, Issun-boshi mengarungi sungai menggunakan mangkuk nasi sebagai perahu dan sumpit sebagai dayung.

Arrietty, Thumbelina, dan Issun-boshi menunjukkan kepada penonton bahwa tidak peduli ukuran atau kekuatan Titipers, kalian masih dapat mengatasi rintangan besar.

Selain contoh-conto ini, masih ada beberapa film Studio Ghibli lainnya yang merupakan adaptasi langsung dari novel dan cerita rakyat. The Tale of Princess Kaguya adalah penceritaan ulang dari cerita rakyat Jepang klasik yang terkenal.

Sementara judul-judul film Ghibli lainnya, seperti Kiki’s Delivery Service, Tales from Earthsea, dan Nausicaä of the Valley of the Wind diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, kecuali from Earthsea, yang awalnya berjudul A Wizard of Earthsea. Para penggemar dapat bersenang-senang membaca inspirasi di balik keajaiban film Ghibli dalam artikel ini untuk membandingkan perbedaannya dan juga mendapatkan pandangan yang kebih luas tentang dunia karakter favorit Titipers.

BACA JUGA: Mitos dan Legenda Jepang di Anime One Piece

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber: tokyoweekender

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang