Beberapa waktu yang lalu, kami sempat mewawancarai beberapa editor Elex Media Komputindo dan m&c! Berikut isi percakapan nya Titipers.
Titip Jepang: Basicnya dulu Elex dan m&c tahun berapa? Bisa diceritain sejarahnya?
Elex Media: Elex berdiri awalnya sebagai penerbit buku-buku elektronik dan komputer. Jadi, nama Elex Media Komputindo itu berasal dari elektronik dan komputer. Berdiri sejak tahun 1985. Pada suatu saat, pimpinan grup Kompas-Gramedia, yaitu Bapak Jakob Oetomo, yang sedang berdinas di Jepang berkunjung ke toko buku dan melihat komik-komik Jepang yang ukurannya kecil dan mudah dibawa ke mana-mana. Beliau pun tertarik untuk menerbitkannya di Indonesia. Nah, kebetulan pada saat itu perkomikan di Indonesia yang terdiri dari komik-komik lokal dan komik-komik Eropa agak sepi, kayak lagi tidur atau matisuri. Lalu, Elex Media sebagai anak perusahaan Kompas-Gramedia menerbitkan komik Jepang pertama berjudul Candy-Candy pada tahun 1991, dan menjadi pionir di Indonesia sebagai penerbit komik Jepang atau disebut dengan istilah ‘manga’.
Titip Jepang: Jadi pertama kali itu Candy-Candy? Dan itu kapan?
Elex Media: Iya, tahun 91.
Titip Jepang: Jadi itu diversivikasi produk dari buku elektronik dan komputer ya?
Elex Media: Ya, Elex Media menerbitkan buku-buku elektronik, komputer, dan majalah komputer namanya Mikrodata, yang menjadi cikal bakal majalah-majalah yang diterbitkan Elex Media.
Titip Jepang: Kalau boleh tahu, Akira itu setelah Candy-Candy?
Elex Media: Setelah Candy-Candy dan Doraemon. Terus Dragon Ball, Kungfu Boy, lalu Akira.
Titip Jepang: Kungfu Boy sampai sekarang masih terbit. Doraemon juga. Kalau m&c! boleh diceritain?
m&c!: Awalnya itu m&c! dari 1980-an, namanya dari komik majalah. Itu kan singkatannya Magazine & Comic. Terbitnya setelah Elex Media.
Elex Media: Sebenarnya m&c! awalnya dikenal sebagai penerbit majalah. Nama divisinya pun MAJALAH. Jadi, majalah itu sudah ada sebelum Elex ada. Majalah-majalah yg diterbitkan oleh divisi Majalah Gramedia di antaranya: Bobo, Donal Bebek, Hai, Intisari, dll. Nah, setelah Elex menerbitkan komik, baru m&c! juga ikut andil dalam dalam industri penerbitan komik, sekitar tahun 1995.
Titip Jepang: Saya tuh ingat dulu ada serial komik ksatria baja hitam, itu cuma gramedia tulisannya. Itu apakah dari m&c!?
Elex Media: Iya. Soalnya ada tulisannya Gramedia jadi pasti diterbitkan oleh m&c!. Sebelum ada logo m&c!, komik m&c! pakai label/ logo Gramedia. Kalau Elex sudah ada tulisan ‘Komik Elex Media Komputindo’. Jadi, betul Ksatria Baja Hitam itu diterbitkan oleh m&c!.
Titip Jepang: Tapi masih belum ada logo seperti yang sekarang.
Elex Media: Belum. Logonya masih Gramedia.
m&c!: Dulu bukannya Majalah Gramedia?
Elex: Iya, dulunya ngertinya Gramedia ya majalah. Cuma di Jepang sana tahunya ya Gramedia aja. Mungkin sampai sekarang. Soalnya kalau di Jepang sendiri itu terkenalnya ya Elex atau Gramedia. Kalau ditanya Gramedia berarti m&c!.
Titip Jepang: Malah pisah ya? Elex sama Gramedia beda?
Elex Media: Kalau dulu begitu. Tapi sekarang m&c! sudah punya brand image-nya sendiri.
Titip Jepang: Kapan logo m&c! mulai dipakai? Kalau nggak salah tiger wong itu juga belum pakai logo itu, kan?
Elex Media: Kalau nggak salah sih ya, sekitar 1995-an. Kan elex tahun 90 mulai menerbitkan komik. Nah, m&c! itu mulai tahun 95-an. Menerbitkan komik cewek (shoujo).
Titip Jepang: Nah, itu nyambung kepertanyaan berikutnya. Dulu itu kan m&c! itu sinonimnya dengan penerbit komik cewek. Nah, itu sebenarnya sengaja atau nggak sih?
m&c!: Itu awalnya memang buat pembedanya aja, awalnya, antara elex sama m&c!. Tapi lama-lama pembacanya yang komik cewek juga berkurang.
Titip Jepang: Berarti memang belok aja ya?
m&c!: Sebenarnya sama aja sih. Tahun kemarin di Jepang juga diceritain kalau pembaca cewek itu sudah nggak baca komik shoujo. Mereka baca komik shounen.
Elex Media: Jadi memang, awalnya kalau m&c! itu ya, komik-komik cantiknya ya, sampai akhirnya serial cantik elex itu kurang laku banget.
Titip Jepang: Gara-gara m&c! ya?!
Elex Media: Karena komik-komik cewek m&c! lebih cakep-cakep, lebih eyecatching, desainnya lebih bagus.
Titip Jepang: Saya ingat dulu, kalau elex itu kan kotak, gitu ya. Kalau m&c! itu lebih bling-bling.
Elex Media: Pinky!
Titip Jepang: Iya. Lebih colourful.
Elex Media: Iya begitu. Kalau mau membedakannya dari situ. Sampai akhirnya penerbit Jepang pun membedakannya seperti itu. Shoujo manga berarti m&c!. Shounen manga berarti Elex. Kesan mereka begitu.
Titip Jepang: Berapa umur m&c!?
m&c!: 20, tapi kan ulang tahunnya dihitung dari lahirnya koloni. Tetapi sekarang m&c! juga menerbitkan bermacam-macam buku juga. Tetapi lininya beda. Kayak kalau novel ke Clover, terus ada buku nonfiksi juga, ada buku anak juga.
Titip Jepang: Kalau dari Elex Media sendiri, komik itu berapa persen sih dari total penjualan?
Elex Media: Untuk totalannya, untuk keseluruhannya, komik itu, kalau jumlah dalam sebulan itu ada 30 %
Titip Jepang: Oh, sepertiga sendiri ya. Banyak ya. Berarti bisa dibilang komik sebagai salah satu backbone-nya elex ya
Elex Media: Iya, 25 sampai 30% ya untuk jumlah terbit perbulan. Kalau sekarang sekitar 20-25% saja dalam perbulannya. Sementara dulu itu sampai 60-80% komik perbulannya.
Titip Jepang: Itu dulu jadwal komik masih ada di komik Animonster.
Elex Media: Betul. Sampai jadwal terbit kita itu ada di Animonster.
Titip Jepang: Dulu kita pernah ada di masa banyak sekali komik bajakan, kalau dulu itu ada komik Rajawali Grafitti. Ada SS komik. Pokoknya macam-macam. Dan bajakan Fairy Tail juga dengan kualitas fotokopian. Nah, bagaimana penerbit komik resmi memandang hal ini? Kalau sekarang kan musuhnya mangascan, ya. Bagaimana Elex media dan m&c! menghadapi itu?
Elex Media: Kalau dulu bajakannya kan cetak. Kalau sekarang lebih ke komik online ya.
Sebenarnya kalau Elex itu lebih ini aja sih, jaga kualitas aja. Biar bagaimanapun kepuasan pembaca, pastinya akan berpengaruh ke kualitas kita. Walaupun sekarang kesalahan kecil sudah dikritik. Jadi, kalau elex lebih ke mencari loyalitas pembaca aja. Makanya sampai sekarang itu banyak pembaca yang ingin baca satu judul komik yang legal pasti nanya dulu. Kayak, “mbak, judul ini akan diterbitkan atau nggak?” Banyak yang seperti itu. Kayak ini, Chainsaw Man, itu tuh tanya dulu ke kita. Bukan cuma nanya, mereka sampai minta untuk diterbitkan Elex. Lalu kita jawab, “untuk judul ini susah untuk diterbitkan sama elex” lalu pembaca bilang “oke deh, berarti saya bebas ya beli yang bajakan kalau ada” gitu. Jadi artinya mereka itu tetap loyal ke Elex. Mereka menunggu dulu resminya. Kalau memang kita nggak akan menerbitkan apa yang mau mereka baca baru nanti mereka cari yang lain. Bisa ke scanlation. Artinya loyalitas pembaca itu sangat penting bagi Elex untuk memerangi bajakan.
Titip Jepang: m&c!, kurang lebih sama, ya?
m&c!: Paling cuma kalau yang itu. Maksudnya, kadang kan ada beberapa manga yang, misalnya mereka nyadar kalau kita belum, misalnya mereka cuma ngefans biar orang-orang pada tahu ada komik yang beginian. Biasanya kan ada selingan-selingan begini, “wah ini scanlation nya berhenti karena komik di negara asalnya sudah terbit.” Itu masalahnya scanlation nya tetap dilanjut. Mereka itu paling nyebelin kalau aku lihat yang terbit itu ada tulisan di manga scanlation, “beli komik yang sudah ada ada di negara kalian”. Tapi kan mereka nggak ada kan beli resminya. Mereka cuma tetap baca scanlationnya aja, nggak ada yang beli resminya.
Elex Media: Tapi, di satu sisi kita lihat ada pembaca yang semakin sadar apa sih itu pembajakan dan pembajakan itu nggak bener.
Titip Jepang: Iya. Trend nya itu makin ke sini. Ada istilah illegal shaming buat pembaca. Itu memang ada, kalau baca ilegal diserang.
Elex Media: Jadi, pembaca itu membaca scanlation cuma ingin cari tahu ceritanya sudah sampai mana. Mereka tetap beli yang asli.
m&c!: Artinya kalau mereka fansnya komik itu pasti bilang minimal beli komik aslinya, deh.
Titip Jepang: Apakah tidak ada tindakan preventif buat memerangi bajakan dari pihak penerbit resmi?
m&c!: Kalau di Indonesia susah. Apalagi di Jepang sendiri tetap susah untuk memerangi itu.
Titip Jepang: Kalau seumpama ada yang membajak komik Elex Media atau m&c! dalam bentuk scanlation, apakah bisa ditindak?
m&c!: Kalau seperti itu kita bisa ambil tindakan secara hukum.
Elex Media: Benar. Karena kita kan punya legalnya sendiri, langsung bisa kita lapor ke legalnya kita. Seandainya ada yang komplain mendapatkan komik tapi belinya di lapak bajakan kita nggak bisa terima komplain. Soalnya selama dia beli di toko Gramedia, asalkan ada struk pasti bisa komplain, gitu.
m&c!: Sebenarnya kalau dari sisi penerbit kita bisa melakukannya. Tapi karena penyebarannya cukup masif kadang kita tidak bisa mendeteksinya. Nah, peran komunitas dibutuhkan sekali. Siapa tahu nih dari teman-teman komunitas bisa bantu memerangi itu juga. Itu akan membantu kita.
Titip Jepang: Berarti sangat memungkinkan, ya.
m&c!: Iya. Nah, itu sebenarnya laporan dari komunitas bisa membantu kita memerangi pembajakan.
Titip Jepang: Karena, mengapa kami tanya begitu? Soalnya, kan saat ini kita mengarah pada era digital. Paling gampang itu sekarang ada Mangaplus dengan konten-konten berbahasa Indonesia. Nah, kedepannya apakah ada rencana untuk going digital? Misalnya dengan metode subscription seperti yang umum dilakukan oleh penerbit luar?
Elex Media: Kita sih sebenarnya sudah ada kalau di Elex. Tapi judulnya masih belum terlalu banyak. Karena kalau dilihat dari penjualannya orang masih tetap beli komik cetaknya, sih. Di Gramedia.com kita sudah punya komik dalam bentuk e-book. Tapi kan pertanyaannya adalah gimana kalau dari e-book lalu di-screenshot buat dibisniskan. Bisa, bisa kok. Bisa diambil tindakan secara hukum.
Titip Jepang: Oh, berarti sekarang sudah ada komik digital yang bisa dibaca di Gramedia digital?
m&c!: Ada. Dari penerbit Elex dan m&c! ada beberapa komik dirilis dengan model seperti itu, di platform Gramedia digital.
Titip Jepang: Di Google Play ada. Masalahnya kan harga di Google Play nggak jauh berbeda dengan beli cetak. Kalau subscribtion minimal kita bisa berlangganan sebulan buat membaca banyak komik. Berarti bisa diekspektasikan kalau mungkin kalau nanti peminatnya ada banyak judul yang masuk ke Gramedia digital.
Elex Media: Sekarang itu kita masih mengurus right untuk dinaikin ke platform Gramedia digitalnya.
Titip Jepang: Itu beda lisensinya, ya?
Elex Media: Iya, lisensinya beda. Makanya kita ribet di bagian itu. Jadi nggak langsung dapat izin cetak dan izin digitalnya.
Titip Jepang: Yang tidak diketahui pembaca kan itu.
Elex Media: Kita itu, untuk menerbitkan digital lebih gampang izinnya dari penerbit Jepang kalau sudah ada komik cetaknya.
Titip Jepang: Dan itu juga ada masa expired–nya ya?
Elex Media: Selama kita masih mengurus, kontraknya nggak expired kok. Kecuali kalau kita sendiri yang minta expired.
m&c!: Pertanyaan kalau soal komik koloni. Sebenarnya komik Koloni lebih mudah karena kita bisa berhubungan langsung dengan author-nya. Apakah mereka mau kontrak digital dan cetak atau cetak dulu, nih. Bisa langsung. Kadang ada author yang ingin komiknya dicetak dulu. Selang tiga tahun penulisnya ingin komiknya ada e-book nya, baru kita bisa bikinin e-book nya. Hampir sama, kita akan membuat proposal baru, kontrak baru ke penulisnya untuk versi digitalnya.
Titip Jepang: Dan itu bisa masuk ke Gramedia digital, ya?
m&c!: Sama. Bisa masuk ke Gramedia digital atau Google Play.
Titip Jepang: Yang menarik dari sekarang itu adalah era subscribetion seperti Netflix, Disney+. Bahkan Shounen Jump+ yang di Viz itu kan ya juga subscribtion. Bayar segini bisa baca banyak. Semoga suatu saat nanti Indonesia juga bisa meraih keuntungan dari itu juga.
Elex Media: Aamiin. Sekarang kalau dilihat dari revenue nya masih kecil untuk e-book. Tapi kita, Elex dan m&c! tetap memperbanyak, mempersiapkan sebanyak-banyaknya. Kita naikin lingkup sebanyak-banyaknya. Cuman, karena judul-judul lama itu akan banyak memakan banyak waktu karena harus scan lagi, kan. Tapi kalau judul-judul baru kita sudah digital ya. Jadi nanti kita tinggal proses.
m&c!: Tapi kalau dilihat dari penerbit Jepang. Karena kita dapat subscribtion dari Jepang. Kalau dulu itu kan kita milih judul komik kita harus propose dulu, kita beli bukunya, baru dikirim. Kalau sekarang nggak. Jadi kita dikasih akun subscribtion buat baca. Banyak dari mereka pakai sistem harga juga. Pakai poin.
Titip Jepang: Selain komik Jepang, negara mana lagi yang komiknya diterbitkan oleh elex dan m&c!? Kayaknya ada Manhua dan manhwa.
m&c!: Iya. Ada Perancis, ada Belgia. Eropa, yah. Ada Korea.
Titip Jepang: Kalau di m&c! Manhwa (komik korea) banyak, ya?
m&c!: dulu ada banyak.
Titip Jepang: Saya mau tanya itu sih. Ingat komik Ravages of Time? Itu komik China. Itu sepertinya sudah nggak mungkin lanjut kan ya.
m&c!: Kalau komik itu sepertinya sudah berhenti dari sananya, ya.
Titip Jepang: Oh, diberhentikan dari sana?
m&c!: Iya.
Elex Media: Iya. Penerbitnya yang tidak mau melanjutkan. Kita kan lewat agensi. Agensinya sudah nggak ngontak lagi ke penerbitnya.
Titip Jepang: Sayang sekali. Padahal komiknya bagus banget. Biar komik kita itu nggak Jepang terus.
Elex Media: Sama komik Master Keaton. Itu juga sama, dari penerbitnya.
Titip Jepang: Oh ya, yang 10 itu? Nah. Ini nih juga penting untuk diketahui pembaca, kadang penerbit sananya nggak mau melanjutkan.
m&c!: Bukannya nggak mau lanjut. Kita sudah open lagi. Tapi author nya yang nggak mau lanjut. Kalau penerbitnya oke-oke aja. Tapi author nya tidak mau diterbitkan di luar negeri.
Titip Jepang: Pada waktu itu, ya?
Elex & m&c!: Sampai sekarang nggak open. Ada beberapa pengarang yang seperti itu. Yang tidak mau komiknya diterbitkan di luar negeri.
Titip Jepang: Soalnya Master Keaton itu di Viz Media itu ada.
m&c!: Mereka mungkin hanya open di beberapa negara tertentu aja.
Elex Media: Kalau Viz media, itu kan emang penerbit yang ada di Amerika. Jadi bukan right nya dikasih ke penerbitnya. Tapi kan Viz media memang kepanjangan kaki penerbit Shueisha di Amerika. Jadi kayak cabang gitu. Kalau di sini kayak showbok, Singapure. Nah itu sama. Jadi penerbit mereka berkolaborasi di Amerika.
Titip Jepang: Berapa banyak jumlah komik yang terbit dalam sebulan untuk Elex dan m&c!?
Elex Media: Iya 20 sampai 25 gitu
Titip Jepang: Itu memang dipatok segitu?
Elex Media: Karena penyerapan pasar kan sekarang udah nggak terlalu banyak ya sejak pandemi. Dari mulai pandemi sampai sekarang itu udah langsung dipotong 2/3 mya kita terbit 1/3 nya doang, Jadi, ini kebijakan bisnis baru.
Titip Jepang: Kalau m&c!?
m&c!: Ya mirip-mirip sih, tapi lebih sedikit, sekitar 15-20.
Titip Jepang: Kalau Koloni? Ini agak berbeda pendekatannya, ya?
m&c!: Kalau di Koloni lebih fleksibel karena jumlah komikus lokal dengan karyanya kan enggak sebanyak komikus Jepang. Jadi, kadang ada beberapa waktu satu bulan bisa 5, satu bulan bisa 4, tapi kadang satu bulan bisa nggak ada. Jadi, lebih fleksibel, karena pertama ada beberapa komikus yang memang ketika dia submisi ke Koloni dia harus membuat jadwal, ada yang udah 50 persen jadi, ada yang udah selesai semua. Nah, itu yang memengaruhi jumlah terbitan kalau di Koloni.
Titip Jepang: Nah, kalau dibandingkan dulu ketika masih ada Rajawali Grafiti, perbandingannya boleh dibocorin nggak? Komik yang terbit dulu dan sekarang secara kuantitas? Kalau dulu itu sebulan bisa 60 terus kemudian semakin menurun kan?
Elex Media: Ooo enggak, kita enggak sampai segitunya. Justru turunnya itu karena pandemic. Kalau bajakan nggak ngaruh. Alhamdulillah sih. Kalau bajakan itu mungkin ada yang baca tapi untuk penggemar komik dan yang tau Elex banget, yang loyal itu pasti enggak baca bajakan, pasti ke Elex ke m&c! juga.
Titip Jepang: Nah, pertanyaan ini mewakili pembaca sih, kan banyak pembaca yang mengeluh ngomong “kok terbitnya lama”. Padahal intervalnya cuma 3-4 bulan sekali. Nah itu sebenarnya kalau dari para editor sendiri ngelihat fenomena ini bagaimana?
Elex Media: Wah sebenarnya memacu, cuma teknis di lapangan itu beda. Maunya kita juga gitu, maunya cepet. Cuma kadang-kadang gini juga, kita mempertimbangkan juga pembaca yang ada di Indonesia bagian timur. Mereka itu kan lebih lambat terimanya. Jadi, sejak pandemi sebenarnya tuh berasa banget buku sampainya di luar Jawa lama, pokoknya distribusi kehambat banget. Makanya kita jarangin dan itu juga sebenarnya strategi untuk biar nggak cepet-cepet kekejar tuh yang di Jepang. Jadi, kita masih punya waktu nerbitinnya rutin 3 bulanan, nggak nunggu terlalu lama, biasanya begitu pembaca nunggu lama itu dia keburu lupa. Dan sebenarnya biar orang tuh ngeliat “wah judulnya ada banyak” tapi mereka nggak ngerasa kewalahan buat beli.
Titip Jepang: Tapi untuk komik yang udah tamat seperti Wotakoi contohnya, terbitnya cepet banget, sebulan nyaris sekali, tiga minggu malahan. Itu karena apa?
Elex Media: Kalau itu udah tamat, halamannya tipis lagi.
Titip Jepang: Ooo Iya iya, itu teknis banget ya.
Elex Media: Itu kata-katanya juga nggak panjangkan? Bahasa sehari-hari juga. Kalau dibandingin sama Jojo nih yang 2 in 1, jelas lebih lama pengerjaannya.
Titip Jepang: Dulu sempat ada yang minta kalau City Hunter dipercepat, takut nggak tamat.
Elex Media: Iya, kita kan harus mikir teknisnya juga. Jangan sampai itu jadi malah terlalu berat buat kerjaan kita.
m&c!: Sama beban buat yang masih sekolah/kuliah juga.
Elex Media: Kalau terlalu cepat kan belinya jadi banyak kan, pengeluaran mereka jadi lebih banyak.
Titip Jepang: Tapi, yang menarik secara teknis ini sih, halamannya lebih tipis, kalimatnya lebih sedikit, jadi bisa lebih cepat.
Elex Media: Dan bisa lebih murah, jadi bisa beli rutin. Kalau misalnya buat Jojo, udah mahal, tebel, lama kan. Conan apalagi, njelimet kan ngeditnya, haduh.
Titip Jepang: Belum lagi bebannya editor itu nggak cuma satu komik, ya?
Elex Media: Betul, kan mereka (editor) juga pegang beberapa judul.
Titip Jepang: Nah kalau Elex punya berapa editor nih? m&c! juga punya berapa editor?
Elex Media: Elex 11 editor udah termasuk Kepala Editor.
m&c!: Anggaplah setengahnya, sama 1 editor Koloni.
Titip Jepang: Kemudian lanjut nih, kritik ini. Sejak pandemi itu kan kritikan semakin liar ya, kadang-kadang tidak beretika. Nah rekan-rekan editor menanggapi hal itu bagaimana?
Elex Media: Kalau yang nggak main twitter sih nggak terlalu ngefek ya. Tapi jangan salah, editor itu begitu terima itu tuh, ada yang sampai trauma gitu. Banyak ya, jadi ada yang baperan, cewek-cewek sih pasti baper, apalagi yang baru-baru. Karena diserang dan ngerasa jerih payahnya nggak dihargai, terus terang kita itu nggak cuman ngedit ya. Kita juga ada upaya lain yang effort-nya gede.
Begitu satu judul diserang, editornya kebawa, sampe ada yang trauma sampe puasa Twitter satu minggu. Misalnya kita mau coba meluruskan itu kadang malah semakin parah dan panjang.
Titip Jepang: Tapi secara umum, kritikan itu sebenarnya substansinya tepat tidak masalah, ya?
Elex Media: Nggak masalah, kita tinggal baca aja.
Elex Media: Kadang-kadang kita itu mau jawab itu diskusi dulu lho, kita itu jangan sampai salah ngomong. Kita itu pasti didiskusikan dulu enaknya gimana, sama ya?
m&c!: Sama, misalkan ada yang protes kok kualitas kertasnya jelek nih. Itu misalkan kita nggak jawab kritik itu, kita pilih-pilih mana kritik yang membangun ana kritik yang ngejatuhin. Kalau kritiknya membangun itu pasti kita sampaikan. Karena yang nggak dilihat oleh publik adalah prosesnya. Kita ngebenerinnya kaya gimanasih, itu kan mereka nggak lihat. Tapi kan kalau opini publik kita nggak bisa atur, kita sendiri semisal dibilangin “nggak usah dimasukin ke hati lah” itu nggak bisa. Nah itu balik lagi ke netizen indonesia tau sendiri pasti.
Titip Jepang: Jadi, kalau kritik tidak masalah, tapi kalau bullying itu yang kurang tepat, ya.
m&c!: Iya, dan itu tadi ya meskipun nggak kita bahas ya tapi tetep kita follow up sih.
Elex Media: Iya bener, misalnya nih ya satu judul, mbak ini salah lho. Itu kan info, bukan yang ngata-ngatain. Begitu kita dikasih tau kesalahan, misal Boruto, jangan sampai itu ngata-ngatain “ini gimana sih editornya. “
m&c!: Dan itu sebenarnya wajar sih, dari Jepang aja ada yang koreksi gitu. Ada yang udah kesalahannya malah dari sana.
Titip Jepang: Iya, yang pentingkan salahnya enggak berturut-turut ya.
Elex Media: Iya, pokoknya yang penting begitu ada kesalahan kita langsung follow up, langsung perbaiki kedepannya.
m&c!: Iya yang diperbaiki soal kritikan tuh sebenarnya cara penyampaiannya.
Elex Media: Nah betul, itu yang paling penting penyampaiannya. Kritik ya boleh, tapi jangan membully. Kita bukannya anti kritik lho, nanti dibilangnya “Elex dan m&c! itu anti kritik”. Karena kalau dikritik kita jarang jawab.
m&c!: Ada juga yang dia ngritik tapi DM, mas ini ada yang salah nih typo. Langsung aja diperbaiki.
Titip Jepang: Nah pertanyaan ini yang sempat jadi polemik nih, apakah kertas bookpaper itu meningkatkan penjualan? Kan polemiknya banyak, ada yang ingin kertas koran juga karena lebih murah.
Elex Media: Tidak, jadi kalau judulnya memang bagus ya oke. Sebenarnya ini karena kertas korannya juga jelek kan. Kita sadar soal hal itu makanya pakai bookpaper biar pembaca lebih puas juga. Kita senang kalau meningkat karena bisa jadi kalau meningkat tuh karena ngeliat kualitas. Tapi yang pasti sih (bookpaper) itu merawat penjualan.
Titip Jepang: Lalu asal muasal mencetak menggunakan kertas bookpaper apa? Kalau boleh tahu.
m&c!: Itu balik lagi sih karena kualitasnya. Sebenarnya juga karena perilaku, jaman sekarang-sekarang dibaca kan dikoleksi, jadi inginnya tahan lama.
Elex Media: Kita juga cukup mengamati perilaku pembaca dan kebutuhan mereka sih. Jadi, sebenarnya kalau dibilang bookpaper untuk meningkatkan penjualan sebenarnya tujuan awal kita bukan itu. Tujuan awal kita karena kita ngelihat pembaca itu ingin punya sesuatu untuk dikoleksi.
m&c!: Iya, memenuhi kebutuhan pembaca aja sih.
Titip Jepang: Lalu kemudian ngomongin soal gimmick bonus. Sekarang kan makin sering, kenapa?
m&c!: Iya beberapa kan sering minta bonus juga, malah ada yang berharap ada dikasih sesuatu yang nilainya lebih dari komiknya. Karena itu eksklusif, kadang pembacanya minta merchandise yang official.
Titip Jepang: Semangatnya tetap itu ya, merawat konsumen,
Elex Media & m&c!: Iya.
Elex Media: Sebenarnya kita ingin ngasih sesuatu yang bagus sih, yang baik yang berkesanlah. Tapi karena nggak bisa sekaligus jadi kita ngasihnya pelan-pelan dan tergantung judulnya. Kalau misalnya judulnya nggak diminati, siapa yang mau beli juga kan? Ngurus izinnya juga kadang susah.
Titip Jepang: Izin buat ngurus gimmick-nya itu?
Elex Media: Iya, izinnya susah, produksinya susah. Ini aja One Piece yang 101 ya, lamanya minta ampun, tadinya mau Januari nggak bisa, belok ke Februari kayanya.
m&c!: Dan itu proposalnya susah, itu proposalnya beda lagi, ada proposal bisnisnya juga ya. Jadi, nggak cuma proposal untuk mau cetak ini, segini itu semua harus tulis sedetail-detailnya. Jumlahnya, bahannya apa, sedetail itu.
Elex Media: Kita nggak boleh nyetak lebih banyak dari yang diizinkan. Misalnya mereka cuman kasih 150, kita nggak boleh lebih dari itu, bener-bener limited edition itu mah.
Titip Jepang: Orang-orang Jepang sukanya limited-limited gitu ya.
Elex Media: Kalau misalnya kaya Miiko! itu butuh proposal bisnisnya lain lagi. Untungnya pengarangnya baik ya.
m&c!: Nah pengarangnya juga memengaruhi sih.
Elex Media: Iya ada yang kadang rese’ banget, ada yang gampang banget, itu lah lika-likunya.
m&c!: Kadang kita minta dari satu pengarang nih, ini komiknya best seller loh di Indonesia, boleh nggak kita kasih proposal mau bikin kaya gini kaya gini, udah kasih design, dia bilang nggak mau.
Elex Media: Bahkan sesimpel dia nyisipin postcard aja juga itu kadang nggak boleh.
Titip Jepang: Nah, terus soal sensor nih, itu kan hal yang sangat sensitif ya. Karena banyak yang minta nggak disensor tapikan ada regulasi lokal kita. Nah, apakah Elex dan m&c! itu punya standarisasi sensor? Soalnya kadang ada yang bagus, kadang ada yang terkesan ala kadarnya.
Elex Media: Itu approval pengarang sih, pertama tergantung pengarang, ada yang boleh ada yang nggak. Kadang-kadang ada yang halus, ada yang agak sulit. Yang kedua, tergantung yang desainernya bisa sehalus apa sensornya.
Titip Jepang: Nah, berarti bukan editor ya, tapi desainer yang sensor?
Elex Media: Bukan, kita ambil contoh yang sama nih, Bakemonogatari sama Air Gear, editornya sama kan. Bakemonogatari itu jauh lebih vulgar lho daripada Air Gear. Yang sampai dipermasalahkan di Bakemonogatari itu adalah pose-nya. Itu biasanya kalau kita ada kesulitan pasti langsung ngoper ke tim, satu tim itu diskusi soal sensor yang pas buat Bakemonogatari. Kita sampai nggak puas dengan kenapa sih sensornya harus begini. Kenapa sih kita nggak bisa mikirin yang lain, gitu. Dan ini itungannya 11 kepala yang mikirin, yaudah deh, dan pengarangnya oke jadi acc. Dan kita juga menjelaskna kenapa di sensor nya begini. Dan mereka itu juga suka nanya kok. Kita ambil kasus aja nih, di Bakemonogatari ada 1 yang volume 4 yang kita dimarahin sama pengarangnya, “Ini jangan kaya gini nggak natural, kenapa begini”
Titip Jepang: Jadi, ada masukan dari pengarangnya juga?
Elex Media: Ya kita konsultasikan juga. Jadi, ya amit-amit kalau itu misalkan jelek itu udah semaksimal mungkin. Soalnya kan regulasinya makin sulit di sini (soal sensor). Kalau dulu kan dibilanginnya satu komik perasan nggak terlalu ketat deh, karena kami pernah kena kritik soal sensor. Jadi, dengan perundang-undangan yang ada juga mau nggak mau kami perketat lagi.
Titip Jepang: Dan itu berlaku buat komik-komik Koloni juga ya?
m&c!: Sama, komik-komik Koloni. Bahkan ini nggak cuma komik ya. Pernah ada kan itu bikin, udah beri rating 17+. Tapi kan namanya pembaca ya kadang masih di bawah umur. Nah, itu kan tujuannya preventif, mencegah.
Elex Media: Bahkan tanpa kalian tau ada banyak dialog yang kami sensor juga sebenarnya.
m&c!: Kadang ada juga sensornya dikasih mangaka-nya.
Elex Media: Mangaka-nya bilang ini covernya eksplisit. Jadi ini buat edisi Indonesia dia ngasih satu gambar khusus.
Titip Jepang: Boleh kasih tahu nggak, komiknya apa?
Elex Media: Btoom. Pokoknya ada salah satu komik di Indonesia yang dikasih cover khusus.
Titip Jepang: Kalau yang kasus panelnya kepotong kaya Death Mount Dead Play itu? Itu dari mangaka-nya oke juga itu?
m&c!: Iya, nggak mungkin kita yang ngarahin sih.
Elex Media: Iya kalau misalnya dibilang kaya “Oh jelek banget ini”, mangaka-nya udah setuju loh. Dan kita udah jelasin, misalnya ada dialog nih, ini dialognya terlalu vulgar deh, dalam bahasa Indonesia kita ganti ya dialognya jadi kaya gini.
Titip Jepang: Iya iya, jadi sensor itu tidak cuma soal gambar. Tapi kadang-kadang kalimat juga kena sensor.
Elex Media: Tapi balik lagi itu tergantung desainernya. Kita sampai beberapa kali pernah dipuji mangaka-nya, “Desainnya halus banget, nggak kerasa disensor”.
Titip Jepang: Nah, sensor kan arahnya ke pembaca dewasa berarti ya. Kalau Elex bagaimana kabar Level Comik?
Elex Media: Masih, masih ada.
Titip Jepang: Kalau Akasha dari m&c!, apa bisa dibilang kalau ini tuh Level Comic untuk m&c!?
Elex Media: Iya, sama aja.
m&c!: Mungkin aja ada beberapa orang yang baca tapi nggak ngeh kalau itu sebenarnya “level comic”. Bisa ajakan? Kalau kita mikirnya sih pembaca pasti mau lebih variatif lah ya.
Elex Media: Kita juga pengennya pembaca baca komik dengan variasi genre lebih banyak. Tapi genre yang serius pun sebenarnya semakin sedikit peminatnya. Di Jepang juga nggak sebanyak itu.
Titip Jepang: Oo memang pilihan komiknya yang (laku) makin sedikit, ya?
Elex Media: Komiknya juga makin sedikit makin sedikit, pilihan makin mengerucut.
Titip Jepang: Pertanyaan berikutnya tuh pertanyaan yang selalu ditanyakan banyak pembaca sih. Sampai di titik apa sih komik itu mandeg? Terus kemudian kalau udah mandeg lama, mungkin nggak lanjut? Soalnya saya kan lihat beberapa case ya kaya Red Eyes tuh, itu sebagai kolektor “udah sih nggak mungkin” gitu.
Elex Media: Kalau Red Eyes, itu udah enggak, udah lama banget itu. Kita kan kalau bikin misal udah 2 tahum 2 tahun, ada yang masih inget nggak nih. Balik lagi kita balikin ke pembaca, apa pembacanya masih mau beli lanjutannya.
Ya emang sih bagaimana pun Elex dan m&c! itu kan perusahaan yang punya banyak karyawan jadi butuh juga revenue yang jelas, yang nggak rugi lah. Kita bukannya nggak mikirin pembaca sih, dulu sebelum banyak yang di cut-cut kita itu selalu berjuang untuk nerusin. Setiap ada meeting redaksi, produksi dan pemasaran selalu kita upayain naik lagi. Jadi, ada yang kita perjuangkan cuman kan redaksi, produksi dan pemasaran itu kan tujuannya berbeda. Jadi, gimana pun ngeruginya kita tetap pengen tamat, walaupun akhirnya jumlah cetaknya sangat minimal.
Titip Jepang: Ini Ippo termasuk yang seperti itu?
Elex Media: Ooo enggak, Ippo enggak. Masih lanjut, masih laku. Jedanya pun masih make sense sih.
Titip Jepang: Itu termasuk salah satu yang konsisten sih
Elex Media: Iya, makanya itu. Dia sempet best seller lho. Best sellernya LC itu Ippo, tapi dengan terus menerus panjang akhirnya penjualannya menurun jadi standar.
Kalau ada seperti ini kan pembaca mikirnya keputusan ini yang bikin hanya editor. Padahal bukan begitu. Ibaratnya kita bilang “ini bagus nih, pembaca pada suka” tapi begitu orang dari pemasaran bilang datanya nggak valid. Kita kan bukan perusahaan yang semata-mata berjalan memenuhi kemauan aja kan.
Titip Jepang: Pesannya adalah kalau kamu suka komiknya ya udah langsung beli aja. Jangan ditunggu-tunggu sampai tamat.
Elex Media: Ya, kalau semuanya pada mikir ntar ajalah, nggak ada yang beli dong.
Titip Jepang: Nah, itu sebenarnya komik-komik seperti itu, Shoujo lah ya. Shoujo ke Josei itu sebenarnya peminatnya sudah makin berkurang ya?
Elex Media: Sebenarnya kalau Josei itu peminatnya dikit sih.
Titip Jepang: Udah nyaris nggak ada ya?
Elex Media: Mungkin ada tapi paling tinggi 20% gitu sih dilihat by data ya.
Titip Jepang: Komikus favorit editor siapa? Baik dari komikus lokal maupun mangaka Jepang? Kak Ayu dulu, apa?
Mbak Ayu: Paling Ono Eiko sih soalnya baca dari kecil.
Titip Jepang: Kalau Kak Hyasinta?
Mbak Sinta: Kalau yang udah pernah terbit ya, aku paling suka Satoshi shiki, mangakanya X Blade. Dan dia setiap dikirimin komik tuh selalu posting komiknya.
Titip Jepang: Nanti kalau memungkinkan ya saya minta dari editor lain juga, dikasih. Kalau Kak Sari?
Mbak Sari: Apa ya? Takehiko Inoue, itu tuh yang pertama dia itu humble banget.
Mbak Ayu: Kak Sari ini kan sering ke Jepang, sering ketemu sama pengarang-pengarang.
Mbak Sari: Terus dia itu enggak sok selebritis.
Mas Wira: Enggak sok star syndrom gitu ya.
Mbak Sari: Iya, dia gampang. Aku lihat dia banyak ngadain event ke sekolah. Bayangin aja ngegambar di sekolah kaya mural gitu, SMP SMA. Terus yang pasti kalau ngasih izin gampang. Aproval dia gampang. Terus kemarin itu saya cuma bilang “Kita belum punya shikishi Inoue sensei”. Eh, dikirimin. Luar biasa itu.
Titip Jepang: Kalau Mas Yoga (Koloni)?
Mas Yoga: Eiichiro Oda. Itu kalau jejepangan, kalau lokal Mas Sweta Kartika.
Titip Jepang: Nah, kalau Mas Wira?
Mas Wira: Kentaro Yabuki
Titip Jepang: Nah terakhir, apakah elec dan m&c! itu akan optimis kalau nanti masih bisa growing lebih?
Elex Media & m&c!: Harus sih, makanya kita banyak interaksi sama pembaca juga biar lebih tau selera pembaca.
Itu dia hasil percakapan kami dengan beberapa editor Elex Media Komputindo dan m&c!. Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang