Pertahankan Ciri Khasnya Sendiri, Maestro Animasi Hayao Miyazaki Ungkap Alasannya
Meskipun telah pensiun dalam dunia perfilman, karya-karya maestro animasi Hayao Miyazaki tak akan pernah mati di hati penggemarnya. Hayao Miyazaki selalu menghadirkan sentuhan tersendiri dan memiliki ciri khas unik dalam pembuatan karyanya.
Kecanggihan teknologi di era sekarang ini rupanya membawa dampak dalam industri hiburan, termasuk industri animasi. Sebut saja animasi The Dog and The Boy, sejak kabar penayangannya pada Februari 2023 Netflix Jepang, film tersebut tuai kontroversi. Pasalnya, film Netflix ini menggunakan kecerdasan AI dalam pembuatan animasinya.
Rupanya fenomena ini telah menjadi perhatian maestro animasi Hayao Miyazaki bahkan jauh sebelum penayangannya melalui Netflix. Tepat 2016 silam, dalam sebuah film dokumenter Hayao Miyazaki sempat membagikan keresahannya akan hal ini kepada media. Ia mengatakan bahwa kecerdasan buatan atau AI ini merupakan “penghinaan” kepada manusia selaku seniman karya.
Sang maestro, yang disebut-sebut sebagai seniman animasi terhebat sepanjang 40 tahun karirnya ini berpendapat bahwa kecanggihan AI seolah memainkan peran kedua dalam kreasi penciptaan karya manusia. Namun hal tersebut tentu saja tidak lantas mengecilkan hati Hayao Miyazaki. Ia tetap berpegang pada prinsip dan tidak ingin mengikuti arus pusaran komputerisasi dalam membuat animasi.
Dalam sebuah kesempatan wawancara pada tahun 2002, Hayao Miyazaki mengungkap bahwa dedikasinya dalam membangun kesuksesan studio Ghibli tak lepas dari penguatan kreasi dan ciri khas tersendiri. Sang Maestro Hayao Miyazaki selalu mengedepankan tampilan visual yang dimulai dengan gambar tangan kemudian mendigitalkannya. Ia sangat menghindari penggunaan teknologi komputer dalam “menghidupkan” karyanya.
Hayao Miyazaki menambahkan bahwa dalam membuat karya ia harus menghadirkan jiwa manusia. Kreatifitas manusia cenderung lebih hidup dibandingkan aturan-aturan baku yang telah dibuat komputer.
Kecanggihan yang ditawarkan AI memang mempermudah industri ini untuk memproduksi karya. Namun bagi maestro animasi Hayao Miyazaki, karya yang dihasilkan dari kecanggihan teknologi ini justru kurang hidup dan cenderung kaku. Pada sesi wawancara film dokumenter tentang karyanya, Roger Ebert tertarik untuk bertanya alasan Hayao seringkali membuat adegan “minimalis” dalam karyanya.
Adegan “minimalis” yang ia maksudkan adalah cuplikan ketika karakter hanya duduk atau berdiam lama, atau adegan-adengan lain yang memuat nuansa “senyap”. Menanggapi hal itu Hayao Miyazaki menegaskan bahwa, dalam pembuatan sebuah karya Ia perlu menghadirkan space bagi penonton untuk tenggelam dalam emosi karakternya.
Penikmat karya perlu diberikan ruang untuk masuk dalam imaji yang ingin Ia bangun pada film. Hayao merasa bahwa menikmati sebuah karya tidak melulu terus menerus larut dalam ketegangan saja. Bahkan sang maestro animasi hayao miyazaki ini juga berargumen bahwa film-film blockbuster Hollywood itu seolah-olah “takut pada kesunyian”.
Dengan pacing yang cenderung tegang dan cepat, mungkin saja mereka mengkhawatirkan bila penonton akan bosan dengan sinematik lambat. Berbeda dengan hal tersebut, dengan menghadirkan jeda pada karya akan membuat penonton memahami emosi secara alami. Sehingga, bagi Hayao Miyazaki dirinya perlu mengakomodir low cinema dalam animasinya.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber : faroutmagazine
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang