Shinichiro Watanabe: ‘Lazarus’ Sempat Dirancang Seperti ‘Space Dandy’, Namun Adult Swim Inginkan Gaya Lebih Berat
Shinichiro Watanabe, kreator di balik anime legendaris Cowboy Bebop, awalnya berniat menghadirkan proyek barunya, yaitu Lazarus bernuansa komedi fiksi ilmiah seperti Space Dandy ketika Cartoon Network mengajaknya bekerja sama. Namun, ide tersebut berubah arah setelah Adult Swim, sebuah anak perusahaan bagian dari Warner Bros., memintanya untuk mengembangkan sesuatu yang lebih serius. Permintaan itu pun menjadi titik awal lahirnya Lazarus, anime terbaru Watanabe yang menjanjikan atmosfer intens dan pendekatan yang lebih mendalam dibanding karya-karya komedinya terdahulu.
Diproduksi bersama oleh studio MAPPA; studio yang memproduksi Attack on Titan, Chainsaw Man, dan Jujutsu Kaisen, yang bekerja sama dengan Sola Entertainment, Lazarus hadir sebagai bagian dari blok program Toonami milik Adult Swim. Anime ini membawa Titipers ke tahun 2052, sebuah masa depan yang tampak ideal di mana umat manusia menemukan Hapna, obat ajaib yang diklaim mampu menghilangkan semua rasa sakit fisik secara instan. Dunia Lazarus memperkenalkan versi utopis dari Bumi, namun seperti banyak kisah fiksi ilmiah lainnya, keajaiban ini tampaknya menyimpan rahasia yang tak sepenuhnya mulus.

Namun tiga tahun setelah Hapna diperkenalkan ke dunia, sang pencipta—Dr. Skinner—tiba-tiba muncul kembali setelah menghilang tanpa jejak. Lewat sebuah video yang diunggah ke internet, ia mengungkap fakta mengejutkan: efek obat tersebut hanya bertahan sementara, dan setelah itu, tubuh penggunanya akan langsung mengalami kematian. Waktu pun kini menjadi musuh utama bagi siapa saja yang pernah mengonsumsi Hapna.
Dalam situasi genting ini, muncul sosok Axel Gilberto, seorang narapidana muda asal Brasil. Awalnya hanya dijatuhi hukuman singkat atas kejahatan kecil, Axel kini dihukum total 888 tahun penjara akibat serangkaian upaya kabur yang sering kali berhasil dari berbagai fasilitas tahanan.
Dengan waktu yang terus berjalan dan keberadaan Dr. Skinner yang tidak diketahui, pemerintah Amerika Serikat akhirnya memutuskan merekrut Axel untuk melacak sang ilmuwan gila. Ia pun ditempatkan dalam tim operasi khusus bernama Lazarus, bersama sejumlah spesialis lain yang dipilih untuk misi berisiko tinggi ini.

Menariknya, Lazarus awalnya tidak dirancang sebagai thriller futuristik yang serius. Dalam wawancaranya bersama media Jepang MANTANWEB, Shinichiro Watanabe mengungkap bahwa ide awal yang ia ajukan justru lebih dekat dengan nuansa komedi fiksi ilmiah seperti Space Dandy, anime bergaya santai yang ia garap pada tahun 2014. Namun, rencana itu ditolak oleh Jason DeMarco, petinggi jaringan Adult Swim yang menaungi proyek ini.
Menjelang penayangan perdana Lazarus di Amerika dan Jepang pada 6 April, Watanabe menjelaskan proses kreatif di balik serial ini. “Ini anime orisinal tanpa materi sumber, jadi seluruh tim, termasuk saya, benar-benar menciptakan semuanya dari nol,” ujarnya. “Kami mendapat tawaran dari Cartoon Network, yang menyiarkan anime di AS, mereka bilang, ‘Kami akan danai penuh, tapi kami ingin kamu buat anime orisinal.’”
Watanabe juga menyebut bahwa Jason DeMarco, yang dikenal sebagai penggemar berat Cowboy Bebop dan musik, punya ekspektasi tertentu. “Dia bilang, ‘Saya tahu, cara kamu menggunakan musik itu unik. Saya ingin kamu buat acara seperti itu.’ Dia juga menambahkan, ‘Kami ingin serial aksi fiksi ilmiah.’ Saat saya bertanya apakah konsep seperti Space Dandy bisa diterima, dia menjawab, ‘Tidak, kami ingin sesuatu yang lebih serius.’”

Watanabe menambahkan bahwa selama proses produksi, ia diberikan kebebasan yang cukup besar dalam hal kreatif. “Mereka pada dasarnya mempercayai saya sebagai sutradara, dan tidak terlalu banyak ikut campur dalam kontennya,” jelasnya. “Biasanya, kerja sama dengan pihak Amerika cenderung penuh campur tangan, tapi kali ini saya bisa berkarya dengan lebih bebas.”
Dari sinilah lahir ide untuk menjadikan krisis opioid di Amerika Utara sebagai fondasi cerita Lazarus. Dengan mempertimbangkan bahwa Adult Swim berbasis di Kanada dan Cartoon Network beroperasi di Amerika Serikat, Watanabe merasa penting untuk mengangkat isu yang relevan dengan wilayah tersebut.
“Meskipun di Jepang tidak terlalu dikenal, krisis opioid adalah masalah besar di Amerika dan beberapa negara lain, dan itulah yang menginspirasi cerita ini,” ucapnya. “Orang-orang meninggal karena opioid, yang sebenarnya adalah obat pereda nyeri resep. Misalnya, kematian Michael Jackson kabarnya disebabkan oleh opioid, dan banyak musisi lainnya juga mengalami hal yang sama. Sebagai pecinta musik, ini jadi isu yang sangat dekat untuk saya. Aneh rasanya ketika obat-obatan seperti ini legal. Saya mulai berpikir, ‘Kenapa obat semacam ini diperbolehkan? Bagaimana kalau ada seseorang yang sengaja menciptakan dan menyebarkan obat itu untuk membunuh banyak orang?’ Dari situlah ide Lazarus bermula.”

Disutradarai langsung oleh Shinichiro Watanabe dan dengan koordinasi aksi dari Chad Stahelski, seorang sutradara di balik franchise John Wick, Lazarus hadir dalam format mini seri sebanyak empat episode. Serial ini kini tengah tayang di blok acara Toonami milik Cartoon Network setiap Sabtu malam, siap menyuguhkan aksi penuh gaya dan cerita menegangkan kepada Titipers.
Sumber: Bounding Into Comics
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang