Pelanggaran Geng Motor Jepang: Muncul Dengan Membawa Tongkat Berduri!
Pada hakikatnya dalam sebuah kelompok pasti ada peraturan dan hukuman apabila melanggar aturan yang telah ditetapkan. November lalu, sebuah geng motor Jepang dari distrik Chofu Tokyo memutuskan bahwa mereka akan naik sepeda motor dan berkeliling Tachikawa, bagian lain dari Tokyo barat yang berjarak sekitar 20 kilometer (12,4 mil) jauhnya. Salah satu anggota mereka juga memutuskan untuk memposting tentang rencana mereka di Instagram, menulis sebuah unggahan “Kami akan berlayar ke Tachikawa dengan sepeda kami. Sampai jumpa di sana, orang-orang Tachikawa!”
Namun, salah satu warga Tachikawa yang melihat postingan ini adalah anggota dari geng motor Jepang yang berbeda, dan tampaknya tidak menyukai kelompok rival yang melintasi wilayah mereka. Dan mereka mengomentari balasan dengan kalimat “Ayo jika kamu punya nyali”, dan memutuskan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah adalah dengan bertarung adalah gaya jadul.
Kedua belah pihak memilih Taman Noyamakita sebagai lokasi pertarungan, yang tidak terletak di Tachikawa atau Chofu, tetapi di Musashimurayama, bagian lain dari Tokyo yang berbatasan dengan Tachikawa di utara. Meskipun sekitar 30 anggota akan berkumpul untuk pertarungan, mereka memutuskan sistem pertarungan tim di mana enam perwakilan akan bertarung untuk masing-masing pihak. Mereka juga setuju untuk tidak menggunakan senjata, berjanji untuk bertarung hanya dengan kepalan tangan, kaki, dan harga diri mereka.
Dengan gagahnya kelompok geng tersebut keluar dengan bekal bela diri untuk bertarung satu sama lain. Namun, kenyataan pahit runtuh ketika kedua geng motor Jepang ini bertemu di taman sebelum tengah malam pada 19 November, dan beberapa anggota pihak Tachikawa membawa senjata, yang mereka gunakan untuk menyerang rival mereka.
Bergaya layaknya geng Tokyo manji dari anime Tokyo Revengers yang menampilkan bagaimana cara bertarung ketika salah satu anggota pihak Tachikawa muncul dengan tongkat berduri.
Tongkat bisbol dengan puluhan paku yang dipalu ke dalamnya, menggambarkan bagaimana antek penjahat di Fist of the North Star. Tak ayal, perkelahian tersebut berakhir dengan duel yang sangat suram, sehingga muncul teriakan dan keributan yang terjadi dan menarik perhatian warga setempat yang kemudian menghubungi polisi.
Selain pemukul berduri, petugas telah menyita beberapa pemukul tidak berduri, pisau dapur, dan pistol setrum yang mereka katakan digunakan dalam tawuran. Anehnya, hanya enam kombatan yang dilaporkan mengalami luka-luka.
Penyidik mengatakan usia anggota geng yang bertempur berkisar antara 13 hingga 22 tahun. Dari 23 orang yang tertangkap, dan yang terbaru diumumkan pada hari Kamis terdiri dari satu anak di bawah umur, seorang penduduk pengangguran berusia 21 tahun di Higashiyamato (bagian lain Tokyo barat), dan penduduk Kodaira berusia 22 tahun (bagian lain dari Tokyo barat), seorang rapper yang memproklamirkan diri sebagai pemimpin geng Tachikawa.
Seperti aksi tawuran yang terjadi di Indonesia yang melakukan tindak kejahatan terhadap rival, atau menyandera orang yang berpapasan. Penyebab dari aksi pelaku melakukan kriminalitas ada beberapa alasan, pertama syarat sah untuk menjadi anggota geng motor, kedua pengaruh dari kultur komunitas, ketiga memukul korban untuk mencari jati diri, keempat solusi dari penyimpangan sosial di kalangan remaja, kelima munculnya suatu kejadian yang memancing emosi salah satu kelompok.
Kebanyakan pelaku aksi tersebut adalah anak remaja yang berusia di bawah umur. Fenomena ini sungguh miris, karena menyebabkan tingkat kriminalitas yang meningkat dan penanaman karakter yang kurang wawasan dari orang-orang terdekat.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang