Sekarang penggemar komik atau anime pasti sudah familiar dengan genre Isekai. Tidak aneh karena kita pasti dipertemukan dengan cerita yang satu ini disetiap musim. Yang menceritakan kisah seseorang dari dunia kita yang pergi ke dunia lain, biasanya dunia fantasi dengan sistem sihir. Salah satunya adalah Villainess Isekai.
Mekanisme isekai yang paling terkenal sekarang adalah Tensei, yang artinya reinkarnasi. Dimana sang karakter utama meninngal di dunia kita, lalu terlahir kembali di dunia lain sebagai orang lain. Tetapi si karakter utama tetap memiliki ingatan dan pengetahuan umum mereka. Yang biasanya menjadi sumber kemampuan overpowered mereka.
Dan dari berbagai banyak cerita Tensei, ada satu tema yang baru-baru ini semakin naik daun. Yakni cerita Villainess Isekai. Alur Isekai yang satu ini dimulai dengan mekanisme Tensei, perbedaanya adalah, karakter utama wanita yang meninggal di dunia kita tidak direinkarnasikan sebagai orang sembarangan.
Malah, karakter utama reinkarnasi ini selalu terlahir kembali sebagai tokoh yang berpengaruh besar di dunia baru itu. Tapi seperti namanya, karakter yang berkuasa ini tidak lain adalah sang Villainess dari cerita yang sudah ditentukan. Karenanya, Sub-genre ini dinamakan akuyaku reijo (Villainess Isekai), yang artinya Penjahat Wanita Berkasta Tinggi, karena selalu menampilkan Karakter utama Perempuan Bangsawan yang berperan sebagai antagonis utama cerita tersebut.
Lalu, apa sih hal yang menarik dari sub-genre isekai yang satu ini? Kenapa sekarang makin banyak judul dengan format ini, yang sangking suksenya bisa mendapatkan adaptasi anime dan film? Kupas tuntas semuanya tentang subgenre ini, dan hubunganya dengan perkembangan tema Isekai terbaru!
Daya Tarik Isekai & Villainess Isekai
Daya tarik sub-genre Villainess Isekai tidak bisa dipisahkan dari daya tarik mekanik Tensei. Yakni kesempatan untuk ‘mengulangi’ kehidupan mereka di dunia yang baru, dan menghindari kesalahan lama. Tema kesempatan kedua yang lebih baik ini merupakan daya tarik Isekai/Tensei secara general.
Karena kebanyakan cerita Isekai jarang menggali terlalu dalam tentang kehidupan karakter Utama di dunia ‘nyata’ sebelum bereinkarnasi. Malahan, isekai sering hanya menyediakan info minim soal hal tersebut, dalam manga hanya menyediakan satu dua halaman. Karena lebih mementingkan pesan bahwa sang karakter Utama akan memulai hidup baru.
Villainess Isekai sendiri mengkerucutkan daya tarik ini ke audiens perempuan dengan mengikuti karakter utama perempuan bangsawan. Karena pembaca perempuan pasti bisa berempati dengan karakter utama yang berjenis kelamin yang sama. Sub-genre ini juga menampilkan perubahan gaya hidup yang drastis serta kesempatan yang sulit untuk semua orang temui di dunia nyata.
Selain itu, formula Villainess Isekai yang telah mendapatkan adaptasi anime biasanya memutarbalikan stereotype Otome Game. Di mana romance route untuk karakter pemain akan berakhir dengan nasib buruk untuk sang Villainess. Baik itu kematianya, pengasinganya, atau jatuhnya sang Villainess ke kemiskinan.
Untuk menghindari Bad-End tersebut, sang Villainess yang memiliki pengetahuan dari dunia nyata akan berusaha untuk mengubah nasibnya. Inilah mengapa Villainess Isekai sangat menarik untuk pembaca yang ingin mengubah diri dan nasib mereka. Karena mereka diberikan karakter utama isekai yang familier tetapi tetap relatable.
Perkembangan Isekai dan Audiensnya
Naiknya minat untuk sub-genre Akuyaku reijo juga terhubung ke perkembangan genre Isekai yang menanggapi perubahan di audiensnya. Untuk pembaca perempuan, sub-genre ini menyediakan hiburan bernuansa kebebasan yang tidak bisa dihadirkan dalam genre shoujo.
Di masa modern ini, perkembangan sosial media telah mengubah nilai romansa, terutama ke target audiens perempuan. Ini dikarenakan normalisasi nilai emosi yang ‘berantakan namum realistis’, yang juga memengaruhi persepsi karakter perempuan ideal untuk para pembaca.
Genre shoujo biasanya menceritakan Heroine yang polos dan berhati murni, yang bekerja keras untuk memenangkan hati karakter laki-laki yang ia idami. Dikarenakan alasan diatas, alur ini sekarang dianggap tidak realistis dan mengekang. Sehingga audiens wanita tidak lagi begitu tertarik ke tipe cerita dan protagonis ini.
Sebaliknya, Akuyaku Reijo biasanya memiliki protagonis yang berubah dari seorang gadis pemalu menjadi seorang wanita berkuasa, berani, serta tegas. Terutama terkait dengan karakter Laki-laki di ceritanya, Villainess yang berkuasa dapat langsung bertindak melawan orang-orang yang tidak ia sukai.
Selain ini, sub-genre ini juga menggunakan plot di mana si Villainess memutuskan pertunanganya. Plot-point ini sering kali terkait ke takdir Bad-End yang sang Villainess sendiri berjuang untuk hindari. Biasanya dengan mendirikan kemandirianya sendiri agar ia bisa hidup bebas tanpa gangguan dan pengaruh dari orang lain.
Kemandirian dan kebebasan inilah yang meningkatkan daya tarik sub-genre Villainess Isekai di mata audiens perempuan. Terutama ketika mereka berempati ke keinginan untuk menjadi independen dan bebas dari kendali orang lain.
Sub-genre ini juga memiliki daya tarik yang kha, atau malah meng-subversi genre tersebut. Terkadang sang Villainess sendiri memiliki kemampuan OP atau malah dia hanya memiliki nama keluarganya. Kasus yang kedua, perjuangan sang karakter utama untuk menjadi mandiri semakin variatif dan relatable untuk para pembaca.
Kesimpulanya, kepopuleran sub-genre Villainess Isekai adalah karena perkembangan zaman dan perubahan persepsi audiens media secara umum. Dan tampaknya, kesuksesan tema Isekai yang satu ini tidak akan hilang dalam waktu dekat
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: Soranews, Myanimelist
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang