10 Fakta NEET yang Perlu Kita Ketahui: Fenomena Sosial yang Makin Mengkhawatirkan di Berbagai Negara

BLOG-10 Fakta NEET

Istilah NEET (Not in Education, Employment, or Training) pertama kali muncul di Inggris pada akhir 1990-an untuk merujuk pada individu yang tidak bersekolah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan keahlian. Seiring waktu, fenomena ini berkembang menjadi isu sosial yang serius di banyak negara, terutama di tengah perubahan ekonomi global, meningkatnya persaingan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Fenomena NEET tidak terbatas pada satu negara saja. Inggris, Korea Selatan, Tiongkok, Amerika Serikat, dan berbagai negara di Eropa juga menghadapi tantangan yang sama. Banyak anak muda kesulitan memasuki dunia kerja akibat ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki dan tuntutan industri. Sementara itu, tekanan akademik dan ekspektasi sosial juga menjadi faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah NEET di berbagai belahan dunia.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang fenomena NEET secara global serta bagaimana fenomena ini berkembang. Berikut adalah 10 fakta NEET yang perlu kita ketahui.

1. Definisi NEET Berbeda di Setiap Negara

Pada tahun 2018, seperlima dari pemuda dunia tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan (NEET).

Di Inggris, NEET merujuk pada individu berusia antara 16 hingga 24 tahun. Sementara itu, di Jepang, istilah ini mencakup individu berusia 15 hingga 34 tahun yang tidak bekerja, tidak mengurus rumah tangga, tidak terdaftar di sekolah atau pelatihan kerja, dan tidak mencari pekerjaan.

2. Istilah Sebelumnya: “Status Zero”

Istilah NEET mulai dikenal luas setelah digunakan dalam laporan Social Exclusion Unit (SEU) di Inggris. Sebelumnya, istilah “status zero” digunakan untuk menggambarkan kondisi serupa, tetapi akhirnya ditinggalkan karena alasan tertentu. Menurut Andy Furlong, istilah NEET lebih cepat diterima karena “status zero” memiliki konotasi negatif, seolah-olah seseorang benar-benar tidak memiliki status sosial.

3. Faktor-Faktor yang Membuat Seseorang Menjadi NEET

Berbagai faktor dapat membuat seseorang menjadi NEET, mulai dari tekanan akademik, ketidakpastian ekonomi, hingga kurangnya keterampilan. Masalah kesehatan mental juga sering menjadi penghalang, bahkan dalam beberapa kasus, pengalaman buruk di tempat kerja sebelumnya membuat seseorang enggan untuk kembali bekerja.

Sebuah survei di Inggris pada tahun 2024 menemukan bahwa seperempat responden NEET tidak dapat bekerja karena masalah kesehatan mental. Selain itu, tingginya biaya pendidikan dan mahalnya biaya hidup di kota-kota dengan peluang kerja semakin mempersempit kesempatan bagi pemuda untuk memasuki dunia kerja.

4. Afrika Selatan Memiliki Persentase NEET Tertinggi

Persentase NEET bervariasi di berbagai negara. Data dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mencatat bahwa pada tahun 2022, Afrika Selatan memiliki salah satu persentase NEET tertinggi di dunia, mencapai 42%.

Tingginya angka ini tidak lepas dari kondisi ekonomi negara tersebut. Dengan tingkat pengangguran yang hampir menyentuh 30% dan pendapatan rumah tangga tahunan rata-rata hanya $9.338—kurang dari sepertiga rata-rata global—banyak pemuda di Afrika Selatan menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pendidikan atau pekerjaan yang layak.

5. Belanda Memiliki Persentase NEET terendah

Sebaliknya, Belanda memiliki salah satu persentase NEET terendah, yakni 4,5%. Laporan Komisi Eropa tahun 2020 menyebutkan bahwa pemerintah Belanda telah secara aktif bekerja sama dalam menangani pengangguran pemuda, yang menghasilkan penurunan tingkat NEET antara tahun 2014 dan 2020.

Menurut peneliti Alexander Dicks dan Mark Levels, faktor kunci dari keberhasilan ini adalah sistem pendidikan Belanda, yang memungkinkan transisi yang lebih mulus dari pendidikan ke dunia kerja.

6. Persepsi Masyarakat terhadap NEET

Di banyak negara, NEET sering kali mendapat stigma negatif, dianggap sebagai pemalas atau tidak memiliki keinginan untuk bekerja. Namun, survei di Inggris pada tahun 2024 menunjukkan bahwa banyak dari mereka sebenarnya ingin bekerja tetapi terhalang oleh masalah finansial atau kesehatan.

7. NEET berdapak pada Ekonomi

Tingginya jumlah NEET dapat berdampak negatif pada perekonomian, termasuk hilangnya produktivitas dan peningkatan beban pada sistem kesejahteraan sosial suatu wilayah atau negara.

Sebuah studi pada tahun 2022 yang mengamati negara-negara Afrika Timur Laut menemukan bahwa pengangguran muda yang tinggi sering kali menyebabkan ketidakstabilan politik dan memicu gerakan politik serta sosial di negara-negara berkembang.

8. Angka NEET di Jepang

Data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mencatat bahwa jumlah NEET di Jepang meningkat dari 480.000 orang pada September 2002 menjadi 520.000 orang pada September 2003. Namun, survei lain yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada tahun 2002 mencatat angka yang jauh lebih besar, yaitu 850.000 orang, dengan 60% di antaranya berusia 25 hingga 34 tahun.

Perbedaan angka ini menunjukkan bahwa jumlah NEET sangat bergantung pada definisi dan metodologi yang digunakan dalam penelitian dan survei, sehingga interpretasi data harus dilakukan dengan hati-hati.

9. Terbatasnya Dukungan bagi NEET di Jepang

Tidak seperti banyak negara Eropa Barat, tunjangan pengangguran di Jepang secara otomatis berakhir setelah tiga hingga enam bulan, dan dukungan bagi mereka dengan kebutuhan khusus sangat terbatas. Akibatnya, banyak NEET di Jepang yang bergantung pada dukungan dari orang tua atau kerabat.

Meskipun demikian, beberapa dari mereka mendapatkan bantuan dari Youth Support Stations dan layanan lain yang disediakan oleh perusahaan sosial serta organisasi nirlaba (NPO).

10. Upaya Pemerintah dalam Mengatasi NEET

Banyak negara telah meluncurkan program pelatihan kerja dan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan NEET. Di Jepang, sejak 2004 pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi angka NEET, meskipun efektivitasnya masih diperdebatkan.

Pada tahun 2016, Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan inisiatif global untuk mengatasi pengangguran di langan pemuda sebagai bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan 2030.

Fenomena NEET adalah isu sosial yang kompleks dan tidak bisa diatasi dengan solusi sederhana. Jepang, sebagai salah satu negara dengan jumlah NEET yang tinggi, terus berusaha mencari cara untuk mengintegrasikan mereka ke dalam dunia kerja dan masyarakat.

Namun, penting untuk diingat bahwa di balik angka statistik, ada individu dengan cerita dan tantangan hidup masing-masing. Memahami penyebab serta solusi yang efektif untuk mengatasi NEET akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

sumber: wikipedia ; globalaffairs

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini ^^ 

Jangan lupa Ikuti juga media sosial  Titip Jepang:
Instagram:  @titipjepang
Twitter:  @titipjepang
Facebook:  Titip Jepang