Selain menarik karena bulu halusnya dan tingkah yang menggemaskan, kelinci juga cukup populer dalam berbagai cerita rakyat. Di Indonesia sendiri kelinci erat kaitannya dengan simbol bagi umat kristiani ketika merayakan paskah. Paskah lekat kaitannya dengan telur dan kelinci. Makna dibalik sembol ini mengacu pada kepercayaan pagan terdahulu, yakni ketika Dewi Eostre merayakan paskah selalu memegang telur dan kelinci yang melambangkan kesuburan, kemakmuran dan permulaan hidup yang baru. Binatang pemakan wortel ini juga terkenal dengan fabel yang berkembang di Negeri Jiran, Malaysia. Berbeda dengan Indonesia, Malaysia mengisahkan kelinci sebagai tokoh yang memiliki karakter antagonis. Mereka mengenal kelinci sebagai binatang yang licik.
Tidak kalah menarik dari Asia Tenggara, negara kepulauan di Asia Timur seperti Jepang juga memiliki fakta fakta menarik seputar kelinci. Berikut Mintip rangkum 5 fakta unik tentang Kelinci dalam budaya Jepang!
1. Kelinci Diabadikan di Kuil Jepang
Kepercayaan asli mayoritas penduduk Jepang adalah Shinto. Kepercayaan Shinto memuja berbagai Dewa yang disebut dengan kami. Diantara dewa-dewa kami tersebut beberapa dirupakan dalam bentuk binatang, salah satunya kelinci. Hal itu menjadikan kelinci diabadikan dalam beberapa kuil di Jepang. Sebut saja di Kuil Tsuki, kelinci dianggap sebagai icon yang lebih ramah untuk “dipajang” daripada singa batu atau prajurit kuno di kuil yang berlokasi di Saitama ini.
Kuil lain yang mengabadikan kelinci adalah Kuil Okazaki di Kyoto. Sebagai binatang yang mampu melahirkan banyak anak, beberapa daerah mengasosiasikan hal tersebut dengan peristiwa kelahiran. Di Kuil Okazaki masyarakat setempat percaya bahwa kelinci dapat membantu pemujanya untuk segera hamil dan memastikan bahwa bayi mereka akan lahir dalam keadaan sehat.
Tak kalah menarik, Kuil Hakuto di Tottori juga mengabadikan kelinci Putih dalam kepercayaannya. Kelinci dipercaya sebagai binatang yang mampu memimpin pernikahan dua dewa terbesar dalam sejarah Jepang.
2. Orang yang Lahir di Tahun Kelinci Cenderung Lebih Lembut
Menurut tradisi yang berkembang di Jepang, orang yang lahir di Tahun Kelinci akan cenderung lebih lembut. Stigma tentang kebaikan, rasa tanggung jawab dan cinta damai akan melekat pada orang yang lahir di tahun kelinci ini. Kelinci dipercaya sebagai simbol kedamaian yang dapat menjaga keharmonisan suatu hubungan. Selain itu tahun kelinci juga dianggap sebagai tahun yang baik untuk perkembangan finansial dan lekat dengan jalan menuju kesuksesan.
3. Pepatah “Tidak bisa mengejar dua kelinci dalam satu waktu”
Meskipun tahun kelinci dianggap sebagai tahun yang baik untuk perkara asmara dan keunagan, ada baiknya tetap mengingat pepatah yang berkembang dalam budaya Jepang. Pepatah tersebut mengatakan “mereka yang mengejar dua kelinci tidak dapat menangkap keduanya dalam satu waktu”. Adanya pepatah ini bukan sebagai peringatan maupun ancaman namun seringkali digunakan untuk membuat seseorang fokus terhadap satu hal terlebih dahulu dan terus berusaha tanpa memaksakan diri.
4. Kelinci Diklasifikasikan Sebagai Burung
Bagaimana bisa kelinci disamakan dengan burung? Tedapat cerita kuno yang menarik tentak hal ini. Zaman dahulu jumlah kelinci di Jepang relativ banyak dan tersebar di berbagai tempat sehingga beberapa orang Jepang pada masa itu terbiasa memakan daging kelinci. Namun disaat yang bersamaan, ajaran budha saat itu juga melarang keras untuk memakan daging kelinci di Kuil. Sehingga pada masa itu terdapat keputusan yang mengklasifikasikan kelinci sebagai burung.
5. Konjaku Monogatarshuu dan Kelinci yang Tulus
Dalam cerita yang berkembang di negara barat, mereka sering mengisahkan pada anak-anak bahwa seorang lelaki misterius akan menatap mereka dari bulan ketika melihat bulan saat malam hari. Senada dengan cerita tersebut, Jepang juga memiliki cerita yang hampir sama. Mereka percaya terdapat bayangan kelinci di bulan saat malam hari.
Kisah ini bermuara dari Konjaku Monogatarishuu, kisah kuno yang menceritajan perjalanan kelinci, monyet dan rubah. Dalam kisah kuno tersebut, ketiga hewan tersebut percaya bahwa mereka terlahir sebagai binatang karena dosa yang mereka lakukan pada kehidupan sebelumnya, sehingga mereka terus mengembara mencari pencerahan.
Sosok Dewa Indra yang telah melihat usaha dan pengembaraan mereka dalam mencari pencerahan akhirnya memutuskan untuk memberikan ujian kepada mereka. Dewa Indra merubah dirinya menjadi sosok lelaki tua renta yang kelaparan dan membutuhkan makanan. Monyet dan rubah yang mengetahui hal tersebut membawakan makananan untuk Dia santap, namun sayangnya, Kelinci yang sudah mencari makanan di berbagai tempat tak kunjung menemukan apapun untuk disuguhkan pada sosok lelaki tua.
Kelinci yang malu karena tak bisa menyajikan makanan itu memutuskan untuk melompat ke bara api agar dirinya menjadi kelinci panggang yang bisa disantap lelaki tua tadi. Melihat ketulusan kelinci, Dewa Indra terkesan dan menjadikan bentuk kelinci diabadikan di bulan.
Kisah ketulusan kelinci ini juga berkembang dalam budaya klasik maupun modern. Beragam cerita mulai dari seni klasik Ippo tentang kelinci yang menyiapkan mochi di bulan, hingga cerita modern seperti Sailor Moon Usagi Tsukino. Perlu Titipers ketahui bahwa Usagi adalah kelinci di Jepang dan Tsukino berarti bulan.
Demikian lima fakta unik tentang kelinci yang melekat dalam budaya masyarakat Jepang. Tertarik lebih dalam dengan kisah-kisah diatas? Titipers bisa langsung saja mengunjungi kuil dan tempat tempat bersejarah yang memiliki unsur kelinci di Jepang.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber : blog.gaijinpot
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang