Becak Manusia Jinrikisha, Moda Transportasi yang Digeser Kemajuan Teknologi

titip jepang - becak manusia jinrikisha

Seiring kemajuan teknologi transportasi, kendaraan tradisional seperti becak manusia jinrikisha mulai sulit ditemukan di Jepang. Namun kini Jinrikisha bertransformasi menjadi moda transportasi wisata dan bahkan dikemudikan wanita.

Bila berbicara tentang becak di Indonesia, Titipers akan terbayang kendaraan tradisional beroda tiga bukan? Hampir sama dengan di Indonesia, Jepang juga memiliki alat transportasi tradisional bernama Jinrikisha.

Secara bahasa, Jinrikisha berasal dari tiga kata kata, “jin” yang memiliki arti manusia, “riki” memiliki arti kekuatan atau tenaga, serta “sha” yang berarti kendaraan. Sehingga jinrikisha bisa diartikan sebagai kendaraan yang ditarik dengan tenaga manusia.

Kilas Balik Seputar Becak Manusia Jinrikisha

titip jepang - becak manusia jinrikisha
Becak manusia jinrikisha tempo dulu. Sumber gambar: japan-experience.com

Di negara asalnya, becak manusia Jinrikisha ini sebenarnya sudah ada sejak era Meiji, yakni pada tahun 1868. Seperti kendaraan becak pada umumnya, jinrikisha disebut-sebut mampu melaju dengan kecepatan 30 sampai 40 km per jam tergantung performa pengemudi. Meskipun demikian, sejak 1940 hingga kini becak manusia jinrikisha sudah jarang ditemukan lagi di Jepang.

Jinrikisha mengalami perkembangan pesat pada tahun 1870 di Jepang. Moda transportasi ini berfungsi selayaknya kendaraan pada masa kini, dimana pengemudi harus memiliki lisensi untuk membawanya turun ke jalanan. Jinrikisha juga sangat membantu untuk mengangkut barang para pedagang di Jepang.

Sejak dahulu, jinrikisha populer di Jepang karena relatif murah dan dapat melewati jalanan sempit yang tidak bisa diakses oleh kendaraan yang lebih besar. Selain itu keramahan para pengemudi jinrikisha menjadi ciri khas tersendiri dari moda transportasi satu ini.

Namun, seiring modernisasi Jepang terutama pada pertumbuhan ekonomi serta teknologi, tentu diperlukan alat transportasi yang lebih cepat dan efisien. Pada awal 1900-an kendaraan bermotor seperti mobil dan bus, mulai menggantikan jinrikisha di perkotaan Jepang.

Penggunaan jinrikisha terus menurun sepanjang abad ke-20, kendaraan bermotor dan transportasi publik telah menjadi bentuk transportasi yang dominan di Jepang, dengan negara yang memiliki salah satu sistem transportasi paling canggih dan efisien di dunia.

Becak Manusia Bertransformasi Jadi Ikon Wisata

titip jepang - becak manusia jinrikisha
Jinrikisha menjadi alat transportasi wisata lokal. Sumber gambar : japantimes

Pada tahun 2023 ini Jinrikisha tidak sepenuhnya menghilang dari jalanan Jepang. Meskipun kecanggihan moda transportasi negara sakura itu semakin berkembang namun becak manusia jinrikisha justru berubah menjadi ikon daerah wisata.

Jinrikisha masih mudah mudah ditemui di daerah wisata seperti Kyoto dan Asakusa di Tokyo. Selain digunakan pada festival Jepang, alat transportasi ini masih bisa dinaiki oleh wisatawan di daerah-daerah tersebut. Justru menariknya, pengemudi becak manusia jinrikisha ini terkadang mengenakan pakaian tradisional seperti mantel happi Jepang atau kimono dan menawarkan tur ke tempat wisata lokal.

Keramahan para pengemudi jinrikisha menjadi nilai jual tersendiri yang mungkin saja tidak ditemui bila wisatawan memilih agkutan umum. Kedaraan yang muat untuk dua orang ini memiliki bentuk tanpa sekat, sehingga pengguna bisa berinteraksi secara langsung pada pengemudi becak manusia jinrikisha.

Tak Hanya Pria, Wanita Bisa Menjadi Pengemudi Becak Manusia Jinrikisha

titip jepang - becak manusia jinrikisha
Wanita bisa menjadi pengemudi jinrikisha. Sumber gambar: savvytokyo

Imaji yang akan terbangun dalam pikiran ketika mendengar kata “supir” biasanya akan terbayang sosok pria. Hal ini tidak berlaku untuk para pengemudi jinrikisha di Jepang. Belakangan justru diketahui becak manusia jinrikisha ini juga ditarik oleh wanita.

Fenomena ini selain menarik wisata, juga menjadi propaganda bahwa Jepang mulai mempromosikan kesetaraan gender di negerinya. Beberapa wanita mulai terlihat menjadi pengemudi jinrikisha sebagai cara menunjukkan kekuatan dan ketangguhan mereka, hal ini juga menjadi poin menarik untuk wisatawan.

Beberapa perusahaan yang menaungi moda transportasi becak manusia jinrikisha juga dipimpin oleh wanita. Sebut saja Omotenashi Rikisha dan Jidaiya, keduanya mempekerjakan wanita untuk menjadi pengemudi becak manusia itu.

Meskipun pengemudi jinrikisha wanita masih relatif jarang di Jepang, kehadiran mereka secara bertahap mulai meningkat dan membantu mendobrak stereotip gender serta mempromosikan kesetaraan. Terbukti, performa pengemudi wanita tidak kalah dengan performa pria.

Secara garis besar kemajuan teknologi transportasi di Jepang memang menggeser eksistensi jinrikisha. Namun disisi lain, becak manusia jinrikisha tidak lantas menghilang jejak sejarahnya. Moda transportasi sederhana ini menjelma menjadi alat yang memainkan peran penting dalam industri pariwisata negeri Sakura.

Keberadaannya sebagai moda transportasi wisata juga sekaligus sebagai cara untuk melestarikan budaya tradisional Jepang.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *