Ghosting, menolak cinta tak selalu diucapkan dengan ungkapan tersurat, terkadang seseorang harus memahami tanda tanda tersirat dari sebuah penolakan.
Tidak hanya di Indonesia, Jepang yang terkenal dengan ciri khas warga “gila kerja” rupanya juga familiar dengan aplikasi kencan untuk menemukan pasangan. Adanya aplikasi kencan tentu dirancang agar penggunanaya bisa dengan mudah menemukan pasangan melalui fitur yang ditawarkan aplikasi tersebut. Namun dengan kemudahan yang ditawarkan aplikasi kencan, terkadang justru membuat pengguna menemukan banyak pilihan sehingga lebih selektif untuk memilih pasangan.
Komunikasi yang awalnya berjalan intens bisa saja perlahan berubah menjadi renggang atau bahkan hilang komunikasi samasekali karena seseorang menemukan pilihan lain. Fenomena ini familiar disebut dengan istilah “Ghosting”, dimana seseorang menghilang dari komunikasi atau menjauh secara tiba tiba tanpa menjelaskan alasan melakukan demikian. Ghosting atau keadaan menghilang secara tiba tiba dalam sebuah hubungan ini rupanya marak terjadi di Jepang.
Berbeda dengan negara Barat yang terbiasa mengutarakan sikap secara “blak-blakan” atau berterus terangn, masyarakat Jepang justru bersikap ambigu kepada pasangan kencannya. Di Jepang terdapat istilah “Honne to tatemae” yang berarti “Apa yang diungkapkan berbeda dengan apa yang dirasakan”. Alih–alih menolak dan mengatakan tidak tertarik, orang Jepang akan menunjukkan gelagat penolakan dengan cara menjauhi komunikasi atau membuat alasan secara terus menerus untuk membatalkan pertemuan.
Mintip akan menunjukkan bagaimana bentuk ghosting atau penolakan non-konfrontatif ini terjadi di Jepang dan bagaimana mereka menyikapinya!
1. Tidak Membaca Situasi (Kuuki Yomenai)
Cara untuk mengetahui seseorang tidak tertarik kepada kita yang paling akurat adalah dengan bertanya secara langsung kepada lawan kencan. Namun hal itu tentu sulit dilakukan bagi sebagian orang dan justru terkesan memaksakan. Ada istilah gaul atau slang di Jepang untuk menyebut seseorang yang tidak bisa membaca situasi dan terkesan memaksakan ini, mereka disebut kuuki yomenai atau KY.
Kuuki yomenai ini adalah sebutan untuk mereka yang tidak pandai membaca situasi dan terus memaksa untuk melanjutkan hubungan meskipun pasangan kencannya sudah menunjukkan gelagat ketidaktertarikan. Contoh konkret dari kuuki yomenai ini semisal seorang pria mengajak makan malam dan si perempuan terus saja menolak dengan alasan sibuk, namun sang pria tetap memaksa, maka pria tersebut mendapat julukan kuuki yomenai atau tidak bisa membaca situasi.
Sejatinya penolakan seperti ini tidak bersifat konfrontatif, namun justru terkesan ambigu dan membingungkan. Bagi beberapa orang tentu akan lebih senang ketika menyatakan secara langsung ketidaktarikannya sehingga lawan bicaranya akan mengerti. Namun, penolakan secara pasif dalam berkencan ini justru lebih popular di Jepang. Alasan utamanya adalah stigma masyarakat setempat yang menganggap bahwa menolak secara blak-blakan akan terkesan kasar dan tidak sopan untuk diungkapkan.
2. Keadaan Darurat dan Perubahan Rencana
Sebagai negara beriklim subtopis, tentu masyarakat Jepang sudah akrab dengan pergantian musim. Namun cuaca atau musim ini justru dijadikan alasan oleh beberapa warganya untuk menolak ajakan kencan dari pasangannya. Dalam menjalin relasi dengan pasangan kencan, umumnya mereka akan selalu berkabar dan meluangkan waktu untuk bersama. Beberapa orang di Jepang akan memberi tahu sinyal ketidaktertarikan mereka kepada pasangan kencan dengan cara membuat alasan ketika cuaca sedang tak menentu dengan mengatakan alergi dingin, masuk angin, sakit ataupun alasan lainnya meskipun sudah membuat janji sebelumnya.
Hal tersebut seharusnya dapat dimaklumi karena selalu ada kemungkinan perubahan rencana dalam kehidupan. Jika terpaksa melakukan penjadwalan ulang maka tidak menjadi masalah untuk keduanya. Namun hal tersebut menjadi sinyal “ketidaktertarikan” seseorang ketika mereka melakukannya secara terus menerus kepada pasangan kencan.
Bagaimana cara menghadapinya?
Gelagat ketidaktarikan yang terlihat secara implisit menjadi petunjuk bagi mereka untuk menentukan langkah selanjutnya. Sikap pasif dalam sebuah hubungan mungkin saja terjadi dalam situasi tertentu, namun jika terjadi secara terus menerus maka sudah jelas bahwa mereka ingin mengatakan “tidak” pada hubungan yang sedang dijalani. Alih–alih mengatakan “tidak” secara terus terang, bagi beberapa orang menunjukkannya lewat sebuah sikap sudah dirasa cukup karena sungkan.
Sehingga, langkah yang harus dilakukan selanjutnya jika pasangan menunjukkan gelagat ketidaktertarikan tersebut adalah menghentikan hubungan tersebut. Menghentikan hubungan tidak bermakna sama dengan memutuskan relasi secara keseluruhan. Seseorang perlu menegaskan sikap dalam sebuah hubungan, karena dampaknya besar dalam jangka waktu panjang bila seseorang terus saja bersikap pasif. Mungkin akan terasa menyakitkan pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu korban “ghosting” ini justru akan merasa lega.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini
Sumber : blog.gaijinpot
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang