Pembela berpendapat bahwa terdakwa pembakar Kyoto Animation tidak seharusnya bertanggung jawab terhadap tindakannya
Kamis (25/01/2024) lalu telah berlangsung persidangan utama serangan pembakaran di Kyoto Animation dan diputuskan untuk menjatuhkan hukuman mati untuk Shinji Aoba dengan cara digantung –bentuk standar eksekusi kriminal di Jepang–.
BACA JUGA: Pengadilan Kyoto Menjatuhkan Hukuman Mati Pelaku Pembakaran Kyoto Animation
Namun, pengacara Aoba kini telah mengajukan banding dalam upaya memblokir eksekusinya.
Aoba dinyatakan bersalah atas pembunuhan 36 karyawan – termasuk sutradara The Disappearance of Haruhi Suzumiya Yasuhiro Takemoto, animator Yoshiji Kigami, kepala direktur animasi di waralaba Free! Futoshi Nishiya, desain karakter Sound! Euphonium Shouko Ikeda dan banyak lagi – percobaan pembunuhan atas 32 dakwaan, pembakaran, menerobos masuk, dan melanggar undang-undang pengendalian senjata api dan pedang.
BACA JUGA: Duka Studio Kyoto Animation
Hakim Ketua Pengadilan Distrik Kyoto Keisuke Masuda menyatakan,”Pengadilan telah memutuskan bahwa terdakwa tidak mengalami ketidakmampuan mental atau gangguan emosi pada saat melakukan kejahatan tersebut.”
Sepanjang persidangan, pihak pembela menganjurkan pengurangan hukuman berdasarkan alasan kesehatan mental, dengan menyatakan pada pengadilan di bulan September bahwa “Aoba secara mental tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.”
BACA JUGA: Pengadilan Pembakaran Kyoto Animation Beralih ke Diskusi Beratnya Hukuman
Aoba sebelumnya melewati dua pemeriksaan kesehatan mental dengan dokter dari kedua belah pihak yang sepakat bahwa dia “memahami tindakan yang dilakukan adalah kriminal”.
Aoba sendiri telah menyatakan bahwa kemarahannya terhadap Kyoto Animation berasal dari pengajuan yang dia buat pada kontes penulisan novel berskala perusahaan, di mana entri pemenang sering kali dipilih untuk adaptasi serial anime.
Aoba yang merasa tidak pernah dianugerahi hadiah dalam kontes tersebut, mengklaim bahwa adegan yang dia tulis tentang karakter yang pergi ke supermarket dan membeli daging yang didiskon karena mendekati tanggal kadaluwarsa telah dijiplak ketika karakter dalam serial anime TV Tsurune juga memiliki adegan yang sama.
Perlu dicatat, kebiasaan belanja seperti ini bukanlah sesuatu yang unik atau tidak biasa di Jepang. Sehingga menganggap adegan ini sebagai plagiarisme saja sudah di luar batas logika normal, terlebih menjadikannya sebagai alasan untuk membunuh.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: crunchyroll ; soranews
Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang