Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia, dengan menjadi ekonomi terbesar ketiga dunia. Namun, sebelum mencapai kemajuan ini, Jepang masih tertinggal dari negara Barat. Selama kurang lebih 200 tahun, Jepang berada di bawah kekuasaan Keshogunan Tokugawa dan menutup diri dari dunia luar, melarang kapal-kapal asing berlabuh ke Jepang (kecuali di Pulau Dejima yang hanya berlaku untuk kapal Belanda). Deklarasi Restorasi Meiji pada 3 Januari 1868 menjadi tonggak awal kemajuan Jepang.
Selama masa Keshogunan Tokugawa tersebut, pemerintahan dipegang oleh bangsawan Samurai dari klan Tokugawa. Sementara itu kedudukan Kaisar hanya sebagai simbol. Bahkan sebelum klan Tokugawa berkuasa, sudah banyak klan lain yang silih berganti menjadi Shogun negara. Terakhir kali Kaisar berkuasa hampir satu millenium sebelumnya.
Shogun merupakan sebutan untuk kepala militer sekaligus kepala pemerintahan yang memimpin Jepang. Di bawah Shogun ada Daimyo yang merupakan tuan tanah tiap daerah, jabatannya seperti gubernur. Masing-masing Daimyo memiliki pasukan Samurai sendiri.
Kedatangan Amerika, Zaman Bakumatsu
Kedatangan kedua armada Amerika Serikat ke Jepang pada tahun 1854
Awal modernisme Jepang sendiri bermula dari kedatangan kapal militer Amerika Serikat pimpinan Matthew Perry pada tahun 1853. Bangsa Jepang melihat kapal canggih melihat Amerika Serikat dan menyadari ketertinggalan bangsa mereka.
Kemudian di tahun 1854 ditandatangani Konvensi Kanagawa yang memaksa Jepang untuk membuka pelabuhannya, mengakhiri isolasi Jepang selama 200 tahun. Dalam isi konvensi itu juga, Jepang harus menjamin keselamatan kapal Amerika dan Amerika diizinkan membuka kedutaan.
Setelah perjanjian dengan Amerika Serikat, selanjutnya Keshogunan juga menandatangani perjanjian dengan Rusia dan Inggris. Yaitu Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Inggris-Jepang.
Setelah penandatanganan dengan negara-negara asing. Jepang pun mulai memasuki peralihan dari zaman feodalisme sampai modernisme. Zaman antara kedatangan Amerika hingga Restorasi Meiji disebut dengan Zaman Bakumatsu. Selama zaman Bakumatsu itu mulai banyak pengaruh asing yang masuk ke Jepang.
Tidak cuma pengaruh budaya saja, melainkan juga pengaruh asing juga memasuki ke dalam pemerintahan. Hal ini tentu saja menjadi kegerahan bangsawan-bangsawan lain karena pemerintah dikontrol oleh pihak asing. Kaisar saat itu, Komei (1831-1867) juga gerah dengan hal tersebut. Dia pun mulai berperan aktif dalam urusan negara.
Lantas muncullah gerakan anti-asing di penjuru Jepang. Bangsawan-bangsawan yang menentang Barat beserta rakyat berniat untuk mengembalikan kekuasaan Kaisar dari keshogunan.
Restorasi Meiji, Perang Boshin
Peristiwa Sakai pada masa Perang Boshin, 8 Maret 1868
Setelah Kaisar Komei meninggal dunia 30 Januari 1867, putranya yang bernama Mutsuhito naik tahta sebagai kaisar dengan gelar Meiji. Setelah Meiji bertahta, banyak desakan untuk mengembalikan mandat pemerintahan ke kaisar. Pada 9 November 1867, Shogun saat itu, Tokugawa Yoshinobu akhirnya menyerahkan kekuasaan pemerintah ke Kaisar Meiji.
Kediaman Kaisar dipindah dari Kyoto ke Tokyo akhir tahun 1868, ibukota pun juga pindah ke Tokyo. Meski demikian, masih banyak daimyo yang loyal terhadap Shogun. Di tahun 1868 pecah Perang Boshin antara loyalis Keshogunan melawan pasukan dari Kekaisaran. Perang tersebut berakhir pada bulan Mei 1869 setelah loyalis Keshogunan berhasil dikalahkan.
Pada 3 Januari 1869, Kaisar Meiji mengeluarkan deklarasi formal pengembalian kekaisaran:
Kaisar Jepang mengumumkan kepada semua kepala negara dari negara-negara asing beserta tundukan mereka bahwa izin telah diberikan kepada Shogun Tokugawa Yoshinobu untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah sesuai dengan permintaannya sendiri. Mulai saat ini kami akan melaksanakan kekuasaan tertinggi untuk urusan-urusan dalam dan luar negeri dari negara ini. Maka dari itu, semua penyebutan Taikun dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat harus diganti dengan perkataan Kaisar. Para pejabat sedang ditunjuk oleh kami untuk melaksanakan urusan-urusan luar negeri. Perwakilan-perwakilan dari negara-negara penandatangan traktat hendaknya memaklumi pengumuman ini.
Dampak Revolusi Meiji
Kaisar Meiji bepergian dari Tokyo ke Kyoto di akhir 1868
Setelah Restorasi Meiji, semua tanah feodal milik shogun dan para daimyo disita dan dikembalikan kepada kaisar. Termasuk tanah Domain milik Daimyo Tosa, Hizen, Satsuma, dan Chosu yang berperan dalam perang Boshin. Penghapusan Domain tersebut kemudian digantikan oleh Prefektur yang dipimpin oleh Gubernur dan ditunjuk oleh negara. Sistem samurai juga dihapuskan, diganti dengan sistem militer baru yang lebih modern.
Meskipun awal mula pengembalian kekuasaan Kaisar berlandaskan semangat anti-asing. Namun, Kaisar Meiji tidak terlalu anti-asing. Dia hanya tidak ingin pemerintahannya didikte oleh asing. Dalam hal ini, kaisar melakukan negosiasi ulang terhadap “perjanjian yang tidak adil.” Jepang juga membuat UU dan membentuk parlemen seperti negara Barat.
Kaisar mengeluarkan “Sumpah Tertulis Lima Pasal” yang berisi ‘pembentukan dewan musyawarah’, ‘semua kalangan harus bersatu untuk negara’, ‘kesempatan rakyat untuk membuka usaha’, ‘kebijakan lama yang buruk ditinggalkan’, dan ‘ilmu harus dicari ke seluruh dunia untuk memperkuat fondasi Kekaisaran’.
Dalam akselerasi pembangunan, Jepang mulai banyak melakukan modernisasi khususnya di bidang industri dan militer. Kaisar banyak mengirim para pemuda untuk mengeyam pendidikan ke luar negeri, diharapkan pemuda tersebut bisa mengaplikasikan ilmunya di dalam negeri.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang