Tsukimi: Tradisi Melihat Bulan di Musim Gugur
Kata Tsukimi berarti “memandang bulan”, dikenal dengan tradisi orang Jepang untuk mengadakan pesta khusus melihat bulan, biasanya diadakan khusus pada musim gugur.
Tradisi ini sudah ada sejak seribu tahun yang lalu, salah satu tradisi memandang bulan tercatat sejak zaman Heian. Biasanya saat tsukimi berlangsung para bangsawan berkumpul, mereka membaca puisi sambil memandang bulan.
Beberapa rangakaian tradisi tsukimi yang berlangsung di Jepang saat ini:
Doa Panen
Melihat bulan di musim gugur, atau tsukimi, menjadi hiburan populer di Jepang. Secara tradisional festival tersebut adalah bentuk cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas panen yang baik dan harapan untuk karunia di masa depan. Pada kalender lunar lama, bulan purnama muncul pada malam kelima belas (jūgoya ) setiap bulan. Malam terbaik dalam setahun untuk mengamati benda angkasa dikatakan sebagai malam kelima belas bulan kedelapan kalender lunar, yang dikenal sebagai jūgoya no tsukimi. Pada tahun 2022 ini, malam jugoya jatuh pada hari Sabtu (10/9).
Menurut perhitungan tradisional, musim gugur terjadi dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan. Tepat pada titik tengah musim, yaitu malam kelima belas bulan kedelapan, atau disebut chūsh (pertengahan musim gugur), nama lain bulan purnama malam itu adalah chūsh no meigetsu (bulan pertengahan musim gugur).
Kebiasaan melihat bulan jūgoya dimulai di Tiongkok selama Dinasti Tang (618–907) yang menyebar ke Jepang setelahnya. Para bangsawan dari periode Nara (710–794) dan Heian (794–1185) dapat menikmati pesta melihat bulan di mana mereka memainkan musik atau menulis puisi.
Pada periode Edo (1603–1868), tsukimi telah menjadi festival baru di kalangan rakyat jelata, tradisi ini berkaitan dengan tradisi festival musim gugur yang melibatkan persembahan syukur berupa beras yang baru dipanen kepada para dewa.
Dekorasi Melihat Bulan
Untuk merayakan tradisi ini orang harus menghiasi tempat seperti jendela untuk melihat bulan, atau dikenal sebagai tsukimidai. Dekorasi bukan hanya sekadar menghiasi saja, mereka menyediakan sesajen seperti kue beras yang disebut tsukimi-dango dari hasil bumi seperti talas serta susuki, atau rumput pampas.
Mungkin juga ada pertunjukan khusus yang terkait dengan upacara minum teh atau ikebana. Untuk mendekorasi festival ini, perlu menyiapkan beberapa sesajen berikut ini:
1. Tsukimi-Dango
Tsukimi-Dango adalah pangsit nasi berbentuk bulat yang melambangkan bulan purnama. Selain itu mereka percaya bentuk tsukimi-dango dianggap menguntungkan dengan memakan tsukimi-dango dikatakan membawa kesehatan dan kebahagiaan. Satu tradisi yang menyajikan 15 pangsit sesuai malam kelima belas, sementara setiap bulan biasanya hanya menyajikan 12 dango saja.
2. Susuki
Susuki adalah menyiapkan lima atau sepuluh helai rumput pampas yang dipamerkan pada saat karunia tanaman padi.
3. Talas
Karena umbi talas menghasilkan banyak tunas, mereka mempercayai dengan talas mendapatkan kesejahteraan keluarga besar.
4. Produk khusus musim gugur
Produk musiman seperti kedelai edamame, chestnut, dan labu juga ditawarkan selama festival melihat bulan.
Legenda Tsukimi
Ternyata ada cerita legenda menarik dari tradisi tsukimi. Ketika memandangi bulan musim gugur ini, warga Jepang mempercayai legenda yang menceritakan dua ekor kelinci di bulan tersebut. Disebutkan bahwa pada momen ini mereka akan melihat dua ekor kelinci yang sedang membuat kue mochi di bulan.
Cerita ini bermula dari pertemuan seorang kakek tua dengan kera, rubah, dan kelinci. Kakek tersebut sangat lapar dan meminta makanan kepada tiga hewan tadi. Kera pun memberikan buah dan kacang-kacangan kepada sang kakek. Sementara rubah memberikan ikan dari sungai. Lalu, kelinci bingung akan memberi makanan apa hingga akhirnya memilih untuk memberikan dirinya sendiri sebagai makanan untuk sang kakek.
Pengorbanan kelinci pun diterima oleh sang kakek yang ternyata merupakan dewa bulan. Akhirnya, dewa bulan tadi menghidupkan kembali kelinci yang sudah berkorban tadi dan membawanya tinggal di bulan. Sampai sekarang, legenda ini dipercaya oleh masyarakat Jepang sehingga ketika menikmati tsukimi maka mereka akan percaya bahwa ada dua ekor kelinci tengah berada di bulan.
Menurut satu teori kepercayaan mereka, hal ini didasarkan pada kisah Buddhis yang terkenal di Jepang. Atau teori lain mereka percaya bahwa itu adalah permainan kata mochizuki, yang berarti “bulan purnama”, yang juga terdengar seperti kata untuk menumbuk mochi.
Kata tsukimi juga memiliki arti lain. Visual bulan bundar dan kuning telur dapat digunakan untuk menggambarkan hidangan dengan telur, telur mentah atau digoreng, termasuk makanan seperti hamburger tsukimi, soba, kari, dan ramen.
Acara Musiman
Sejumlah acara melihat bulan ini biasanya diadakan mulai akhir September hingga bulan berikutnya di beberapa kuil, taman, dan fasilitas komersial di seluruh Jepang. Berikut daftar tempat favorit untuk merayakan tsukimi:
1. Menara Tokyo
Saat tradisi Tsukimi, Tokyo Tower akan dinyalakan untuk akan menerangi malam yang indah. Selain itu tangga luar 600 langkah yang mengarah ke geladak utama akan terbuka sampai pukul 10 malam. Kamu bisa sambil menikmati dekorasi tsukimi tradisional seperti rumput pampas dan kue beras.
2. Kastil Himeji
Saat acara melihat bulan, kastil terkenal yang terletak di Kota Himeji, Prefektur Hyogo ini akan menampilkan pertunjukan Taiko drum, Tsukimi dango, oden lokal, dan sake. Serta ada tempat untuk minum teh dan menikmati pemandangan astronomi melalui teleskop.
3. Tokyo Skytree
Tokyo Skytree akan mengadakan event untuk para pengunjung yang ingin melihat bulan dari menara ini, termasuk pertunjukan musik jazz secara live.
4. Sankeien
Salah satu taman di Yokohama ini akan memperpanjang waktu bukanya dan menerangi bangunan bersejarahnya. Juga akan ada pertunjukan musik dan tarian yang berbeda setiap hari di vila Rinshunkaku.
5. Kuil Ise
Kuil Ise yang terletak di Kota Ise, Prefektur Mie, akan mengadakan acara melihat bulan yang diiringi dengan pembacaan puisi dan pertunjukan musik tradisional.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: nippon
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang
[blog_posts style=”default” columns__md=”1″ cat=”5055″ posts=”20″ excerpt=”false” show_category=”label” comments=”false” image_height=”100%”]