[Legenda Jepang] Sutoku Tenno – Salah Satu dari Tiga Roh Pendendam yang Muncul dalam Kisah Jujutsu Kaisen
Sutoku Tenno menjadi salah satu dari tiga yokai paling terkenal di Jepang. Sebagian mitos menceritakan bahwa selepas meninggal, dia berubah menjadi onryō (hantu pendendam) yang mengerikan, sebagian lain mengatakan dia berubah menjadi tengu raksasa dan melampiaskan kemarahannya kepada istana kekaisaran di Kyoto. Bersama dua roh pendendam terkenal lainnya, Sugawara no Michizane dan Taira no Masakado, dia menjadi salah satu dari Nihon San Dai Onryō (Tiga Onryō Agung) yang legendaris.
BACA JUGA: Tiga Hantu Pendendam Paling Terkenal di Jepang
BACA JUGA: Yokai Onryo: Roh Pendendam yang Terkenal di Jepang
Legenda Sutoku Tennō
Pangeran Akihito, putra pertama dari Kaisar Toba, lahir pada tahun 1119 M. Setidaknya itulah yang tercatat dalam daftar resmi. Namun, sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh semua orang di istana bahwa ayah sesungguhnya Pangeran Akihito adalah mantan Kaisar Shirakawa. Akihito tidak terlalu disukai oleh “ayahnya” dan meskipun Shirakawa merupakan mantan kaisar, ia masih memegang kekuasaan besar di masa pensiunnya. Jadi, ketika pangeran Akihito berusia 5 tahun, Shirakawa memaksa Kaisar Toba untuk pensiun dan menyerahkan jabatannya kepada Akihito. Akihito kemudian menjadi Kaisar Sutoku.
Namun, sepeninggal Shirakawa pada tahun 1129, mantan Kaisar Toba mengatur jebakannya melawan Kaisar Sutoku dengan meyakinkannya bahwa kehidupan tertutup sebagai mantan kaisar jauh lebih baik daripada menjadi kaisar yang sesungguhnya. Mantan Kaisar Toba lantas menyarankan agar Sutoku mengadopsi putra Toba, pangeran Narihito dan kemudian pensiun. Saran itu akhirnya diterima Sutoku pada tahun 1142 dan Toba mengawasi dengan jeli setiap prosesnya dan memastikan Narihito mendapatkan tahtanya berdasarkan catatan yang ditinggalkan oleh Kaisar Sutoku. Hingga akhirnya Narihito yang kala itu masih berusia 3 tahun diangkat menjadi Kaisar Konoe dengan mantan Kaisar Toba sebagai pemegang kekuasaan di belakang takhta. Toba lantas mengirim semua sekutu Sutoku jauh ke pelosok dan memenuhi ibu kota dengan sekutunya sendiri, membungkam langkah Sutoku.
Kaisar Konoe menderita sakit dan tidak mempunyai keturunan untuk meneruskan takhtanya. Dia meninggal dunia pada tahun 1155 di usianya yang ke-17. Pada saat itu, Sutoku melihat sebuah kesempatan untuk memulihkan posisinya. Ia dan sekutunya menyatakan bahwa takhta harus diwariskan kepada putra Sutoku, sedangkan pihak istana kekaisaran menyatakan bahwa putra keempat Toba lah yang akan meneruskan takhta menjadi Kaisar Go-Shirakawa. Perselisihan ini semakin meningkat sepeninggal Toba dan menjadi perang saudara kecil yang kemudian dikenal sebagai Hōgen no Ran dan dimenangkan oleh pasukan Go-Shirakawa.
Setelah Hōgen no Ran, pasukan Go-Shirakawa yang tidak kenal ampun mengeksekusi siapa saja yang berperang melawan kaisar termasuk seluruh anggota keluarganya. Mantan Kaisar Sutoku kemudian diusir dari Kyoto dan terpaksa menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan di provinsi Sanuki. Dia mencukur habis rambutnya dan menjadi bikus, mengabdikan dirinya untuk menyalin naskah suci agar dapat dikirim kembali ke Kyoto. Pengadilan khawatir Sutoku akan berusaha mengutuk mereka dengan tersiarnya kabar bahwa ia menggigit lidahnya sendiri dan menuliskan naskah-naskah suci tersebut dengan darahnya, menanamkan setiap jengkal kebenciannya terhadap istana kekaisaran di dalam tulisannya. Berdasarkan ketakutan tersebut, pengadilan menambah penghinaan terhadapnya dengan menolak menerima manuskripnya.
Sutoku akhirnya meninggal dunia pada tahun 1164 dengan meninggalkan dendam terhadap istana kekaisaran karena merasa dikalahkan, digulingkan, dan dipermalukan. Ketika berita kematiannya sampai kepada Kaisar Go-Shirakawa, kaisar mengabaikannya. Ia memerintahkan agar tak seorang pun berkabung atas kepergian Sutoku dan tidak ada pemakaman kenegaraan yang diadakan untuk penjahat seperti itu.
Kelahiran Hantu Pendendam Sutoku Tenno
Setelah kematian Sutoku, selama bertahun-tahun, bencana demi bencana menimpa ibu kota. Penerus Go-Shirakawa, Kaisar Nijo, meninggal mendadak di usianya yang ke-23 tahun. Begitu pula dengan empat sekutu terdekat Go-Shirakawa di istana, yang meninggal satu demi satu.
Badai, wabah penyakit, kebakaran, kekeringan, dan gempa bumi silih berganti melanda ibu kota. Tahun berikutnya, para biksu pejuang yang kuat di Gunung Hiei mengangkat kepala mereka dan mengancam otoritas kaisar. Sebuah rencana kurang ajar yang dibuat untuk menggulingkan klan Taira terungkap. Hal ini diperparah dengan kebakaran besar yang membumihanguskan sepertiga kota Kyoto menjadi abu.
Seorang bangsawan istana terkemuka mencatat dalam buku hariannya bahwa semua peristiwa ini merupakan ulah hantu Kaisar Sutoku yang merasa tidak dihormati dan terasingkan semasa hidupnya. Sejak saat itu, nama Sutoku sering muncul dalam tulisan-tulisan yang berhubungan dengan peristiwa naas apa pun. Para bangsawan yang percaya akan takhayul menekan Go-Shirakawa untuk mengizinkan upacara peringatan Buddha diadakan untuk menenangkan jiwa mendiang Sutoku.
Go-Shirakawa lantas memerintahkan untuk membangun sebuah makam untuk Sutoku di lokasi pertempuran Hōgen no Ran. Kuil ini kemudian dimasukkan ke dalam Kuil Hirano, yang masih berdiri di Kyoto hingga saat ini.
Kaisar menjadi Rendah
Sementara para bangsawan di Kyoto menikmati budaya canggih, pakaian yang bagus, dan puisi-puisi indah, para samurai di pedesaan secara bertahap mendapatkan kekuasaan.
Persaingan antar klan yang dipicu oleh meningkatnya Hōgen no Ran semakin melemahkan kekuasaan kekaisaran. Sebagian besar sekutu Go-Shirakawa terbunuh dalam pertempuran dan negara semakin dekat dengan perang saudara besar-besaran. Pada tahun 1180, Perang Genpei pecah melenyapkan kekuasaan istana kekaisaran dalam kurun waktu lima tahun dan Keshogunan Kamakura yang didirikan oleh Minamoto no Yoritomo mengambil alih pemerintahan Jepang. Hal ini menandai dimulainya zaman feodal yang berlangsung hingga pertengahan abad ke-19.
Selama hampir 700 tahun, kaisar hanya menjadi boneka Shogun dan tinggal di istananya di Kyoto, sementara kekuasaan dipegang penuh oleh Shogun.
BACA JUGA: Apa itu Shogun? Pemimpin Jepang Masa Lampau
BACA JUGA: 5 Fakta Shinsengumi, Satuan Elite Polisi Jepang Era Bakumatsu
BACA JUGA: [SEJARAH JEPANG] Bangkit dan Jatuhnya Negara Jepang
Sutoku Menjadi Dewa Penjaga
Awal abad ke-13, keturunan Go-Shirakawa, mantan Kaisar Tsuchimikado, dibuang ke pulau Shikoku. Dia mengunjungi makan Sutoku untuk bersimpati dengan arwahnya, dan menghiburnya dengan memainkan kecapinya. Seperti Sutoku, Tsuchimikado juga bermasalah dan merasa kesepian, jauh dari orang yang dicintainya di Kyoto. Dikisahkan, arwah Sutoku menampakkan diri kepada Tsuchimikado dalam mimpi, menghiburnya, dan berjanji akan menjaga dan melindungi keluarganya. Meskipun keluarga Tsuchimikado kehilangan kekuasaannya dalam pengasingannya, 20 tahun kemudian sebuah peristiwa tak terduga terjadi, bayi yang terpaksa ia tinggalkan di Kyoto menjadi Kaisar Go-Saga. Janji Sutoku kemudian kenang atas kejadian tersebut.
Pada abad ke-14, samurai sakti Hosokawa Yoriyuki juga dikatakan mendapatkan berkat dari Sutoku setelah memberikan persembahan untuk kebahagiaannya di akhirat ketika mengunjungi makan Sutoku di Shikoku. Ia yang kala itu berdoa memohon bimbingan dan bantuan Sutoku dalam menaklukan pulau tersebut berhasil menaklukannya. Hal-hal baik yang terjadi membuat Sutoku dinobatkan menjadi dewa penjaga klan Hosokawa.
Tahun 1868, Kaisar Meiji naik takhta, mengakhiri feodalisme Shogun selama berabad-abad dan mengembalikan kembali kendali penuh pemerintahan kepada kaisar.
Kaisar remaja, yang tidak ingin mendapat masalah dari hantu-hantu yang marah, mengirim utusan kekaisaran ke Sanuki untuk membantu roh Sutoku ke Kyoto. Sutoku kemudian dinobatkan menjadi Kami di Kuil Shiramine. Kuil Takaya di Kagawa juga mengabadikan salah satu batu tempat darah Sutoku mengalir saat hujan badai sebelum kremasinya.
Pada peringatan 800 tahun wafatnya Sutoku, tepat sebelum Olimpiade Tokyo 1964, Kaisar Hirohito mengirimkan utusan ke makam Sutoku di Kagawa dan mengadakan upacara peringatan kekaisaran serta berdoa untuk ketenangan arwahnya. Seperti pendahulunya Kaisar Meiji, Hirohito juga tidak ingin memiliki masalah dengan arwah Sutoku. Olimpiade 1964 menjadi tonggak sejarah Jepang pasca perang, membawa negara ini ke kancah dunia sebagai negara damai, progresif, dan sejahtera.
Meski begitu, masih tersiar kabar bahwa kutukannya mungkin masih ada. Pada tahun 2012, ketika NHK menayangkan drama Tairu no Kiyomori, gempa bumi melanda wilayah Kanto tepat pada saat adegan Kaisar Sutoku berubah menjadi onryō, mungkin ini semua hanya cocoklogi biasa dari masyarakat setempat atau apakah memang dendam Kaisar Sutoku masih ada?
Dalam Kebudayaan Populer
Pada tahun 2023, band heavy metal Onmyo-Za memproduseri lagu Shiramine, yang menceritakan kisah Kaisar Sutoku sebagai onryō. Sedangkan di dunia animanga, nama Kaisar Sutoku juga sangat sering digunakan. Seperti dalam seri Jujutsu Kaisen yang memiliki Klan Kizen sebagai keturunan langsung Kaisar Sutoku. Klan ini dikenal memiliki teknik terkutuk yang kuat yang diturunkan turun temurun membuat mereka menjadi sosok yang disegani dan ditakuti oleh kelompok klan lainnya.
Sutoku Tenno juga muncul di Naruto sebagai Kodama, sosok bertopeng misterius yang dikenal sebagai salah satu teroris paling misterius di Konohagakure. Karakternya digambarkan sebagai makhluk yang membenci teknologi.
BACA JUGA: Daftar Mitos Jujutsu Kaisen
Ikuti terus berita-berita terbaru di kanal Titip Jepang. Yuk baca artikel lainnya lainnya di sini!
sumber: yokai ; morethantokyo
Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang