3 Macam Dekorasi Tradisional dalam Perayaan Tahun Baru di Jepang

Titip Jepang-

Tiga ornamen Tahun Baru untuk menarik keberuntungan di Jepang

 

Sebagian besar negara yang merayakan Natal mulai melakukan dekorasi di rumah, kedai kopi, pusat kantor, perbelanjaan mulai dipenuhi berbagai jenis ornamen. Jepang juga telah terinfeksi oleh kebiasaan ini (seperti banyak orang lainnya), tetapi mereka yang pernah tinggal di Jepang atau pergi pada bulan Desember akan melihat ornamen warna merah dan putih dengan motif Sinterklas, rusa kutub dan pohon natal di sana. yang lain jauh lebih sering dan khas bagi kita. Mungkin Titipers bertanya-tanya apa arti atau maknanya. Itu adalah dekorasi tradisional Jepang, yang biasa dilakukan pada Tahun Baru, bukan Natal.

Sebagai bulan pertama di pergantian tahun, menyambut Toshigama-sama (Dewa Tahun Baru) perlu menyiapkan 4 dekorasi tahun baru ini di rumah:

1. Kagamimochi (鏡餅)

Salah satu ornamen Tahun Baru paling khas yang biasa ditemukan di toko atau supermarket manapun dengan berbagai desain dan ukuran adalah kagamimochi (鏡餅). Kagamimochi adalah persembahan kepada dewa Shinto dan konon kedua mochi itu melambangkan Ying dan Yang, Bulan dan Matahari atau bahkan tahun-tahun yang datang dan pergi.

Titip Jepang-Dekorasi Tradisional

 

Secara tradisional dibuat dengan dua mochi (pasta beras) berbentuk bulat dan disusun ke atas, tumpukan paling atas diletakkan jeruk keprok atau jeruk pahit Jepang yang disebut daidai (橙). Meskipun saat ini ada juga keluarga yang melakukannya dengan cara tradisional, terutama di pedesaan atau lebih banyak pedesaan, di kota besar yang paling umum adalah membeli plastik di toko atau supermarket mana pun. Untuk melakukannya dengan benar, seseorang harus membuat pasta mochi dari awal dan orang tidak punya waktu atau alat yang diperlukan.

Kagamimochi biasanya dimakan pada tanggal 11 Januari atau Sabtu kedua atau Minggu Januari dalam ritual Shinto yang disebut kagami biraki (鏡開き).

2. Shimekazari (しめ飾り)

Shimenawa (注連縄) dan Shimekazari (しめ飾り) Shimenawa adalah tali sakral pembatas dua dunia. Tali tersebut menjadi sebuah tanda bahwa ada batasan dua wilayah. Area yg dipasangi Shimenawa merupakan area suci, tidak bisa sembarangan orang masuk.

Sedangkan Shimezakari adalah sebuah hiasan dari tali sakral tadi. Komponennya: urajiro (裏白) atau sejenis tanaman pakis, buah jeruk dan tangkainya, dan daun yuzuriba (ゆずり葉). Di saat tahun baru, warga Jepang akan memasang hiasan ini di atas pintu gerbang atau pintu rumah.

 

Ornamen lain yang paling sering tampak di Jepang akhir-akhir ini adalah shimekazari (注連飾り). Serta memasang pohon cincin karangan bunga dengan pesan “Selamat Natal” di atas pintu, mereka meletakkan shimekazari di pintu rumah dan bisnis untuk menarik dan menyambut Dewa keberuntungan dan mengusir roh jahat.

Titip Jepang-Dekorasi Tradisional

Shimekazari asli terbuat dari seutas jerami padi yang disebut shimenawa (注連縄) yang memiliki potongan kertas zigzag, disebut shide (紙垂). Mereka juga memiliki daun pinus (melambangkan umur panjang) dan jeruk pahit (simbol keturunan), antara lain. Saat ini kita dapat menemukan mereka dalam gaya yang berbeda dan dengan ornamen yang berbeda tetapi mereka harus memiliki setidaknya empat hal tersebut.

3. Kadomatsu (門松)

Hiasan ranting daun pinus dan potongan bambu yang dipasang di depan pintu masuk rumah, taman, atau gedung karena konon berfungsi sebagai tempat tinggal sementara Dewa Shinto yang datang mengunjungi dunia bawah untuk memberkati manusia. Kadomatsu dipajang secara berpasangan, untuk kadomatsu laki-laki berada di sebelah kiri dan kadomatsu perempuan di sebelah kanan.

Titip Jepang-Dekorasi Tradisional

Orang Jepang zaman dulu percaya Kamisama tinggal di atas pohon. Biasanya orang Jepang meletakkan kadomatsu di taman mulai 10 Desember.

Bambu melambangkan kemakmuran, dapat menemukannya dipotong secara diagonal (kadomatsu sogi) atau horizontal, menunjukkan simpul (kadomatsu zundou). Pinus, seperti shimekazari, melambangkan umur panjang. Terakhir, cabang prem melambangkan keteguhan. Kadomatsu secara harfiah berarti pintu pinus, tetapi dalam bahasa Jepang pinus (松) diucapkan sama dengan menunggu (待つ). Oleh karena itu dikatakan bahwa cabang pinus di Kadomatsu berarti “menunggu Tuhan”, karena cabang pinus ini yang paling penting dari kadomatsu dan bukan batang bambu, seperti yang sering dipikirkan orang.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Sumber gambar: titipjepang webmagazine

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *