One Piece Patahkan Stigma Negatif Adaptasi Live Action Anime
Citra adaptasi Live Action Anime di mata para penggemar sangat buruk. Banyak penggemar beranggapan jika anime/manga mendapatkan adaptasi Live Action, hasilnya jadi buruk. Hal ini lantaran beberapa anime terkenal mendapat ulasan buruk dari penggemar maupun kritikus. Seperti contohnya Dragon Ball Evolution, Attack on Titan, Death Note (2017), Saint Seiya.
Padahal, jika kita bisa menelisik lebih dalam daftar adaptasi Live Action anime, lumayan banyak adaptasi Live Action yang lumayan bagus. Seperti contohnya adalah Gintama, Rurouni Kenshin, Bleach, Death Note (2006), Chihayafuru, Alita Battle Angel, Detroit Metal City, I want to Eat Your Pancreas. Namun semua Live Action tersebut tidak mampu mengubah imej adaptasi Live Action anime.
Live action One Piece yang rilis pada 31 Agustus 2023 mencoba untuk mematahkan stereotip bahwa anime yang mendapatkan adaptasi Live Action itu jelek. Serial live action One Piece mendapatkan pujian dari penggemar maupun kritikus. One Piece Live Action mendapatkan rating tinggi di IMDb dan Rottentomatoes.
Dalam hal popularitas, One Piece Iive action mampu menempati peringkat 1 sebagai konten populer di 84 negara. Hal ini melampaui pencapaian series Stranger Things season 4 dan Wednesday. Live action ini juga termasuk sebagai series populer sekarang ini mengalahkan series dari franchise Star Wars, Ahsoka.
Sebagai adaptasi dari karya manga populer, kesuksesan One Piece ini diharapkan mampu mengubah pandangan penggemar bahwa tidak semua adaptasi Live Action anime itu buruk. Hal ini wajar saja, karena kebanyakan adaptasi Live Action yang gagal berasal dari karya populer dan diproduksi oleh Hollywood. Sehingga gaungnya lebih terdengar.
Pada dasarnya, jumlah adaptasi Live Action dari anime atau manga lumayan banyak yang tidak mengecewakan. Terutama di genre drama, romanca, atau slice of life. Sebut saja Orange, Your Lie in April, Way of Househusband, Chihayafuru, Kimi ni Todoke, Usagi Drop, My Wive Become Elementary Student, Nana, dll. Namun karena genre tersebut tidak begitu populer, sehingga gaungnya tidak terlalu terdengar.
Kemudian, banyak juga yang beranggapan bahwa Live Action bergenre action atau fantasy tidak akan mendapatkan hasil bagus karena genre tersebut sulit diterjemahkan dengan baik dalam bentuk nyata. Namun, opini initerbantahkan jika kita melihat adaptasi Live Action seperti Rurouni Kenshin, Gintama, Crows Zero, Kingdom, Bleach, .
Ada juga argumen bahwa adaptasi Live Action anime yang diproduksi Hollywood akan jelek. Hal ini dapat dimaklumi karena kita telah disuguhi adaptasi dari Hollywood yang jelek. Sebut saja Dragon Ball Evolution (2009), Death Note (2017), Cowboy Bebop (2021) dan yang terbaru adalah Saint Seiya (2023). Adaptasi tersebut mendapatkan ulasan buruk dan dianggap mengerikan.
Namun sebenarnya, ada beberapa adaptasi Live Action yang mengambil material source dari anime / manga yang lumayan bagus. Sebut saja Edge of Tomorrow (2014) yang diadaptasi dari manga berjudul All You Need is Kill, kemudian ada Alita Battle Angel (2019). Dan yang terbaru adalah One Piece (2023) seperti berupaya memperbaiki citra adaptasi Live Action dari Hollywood.
Kesuksesan sebuah adaptasi bukan darimana material source itu berasal, tapi tergantung bagaimana tim produksi bekerja untuk menciptakan Live Action berkualitas. Di sini, pihak produksi seperti sutradara, aktor, penulis naskah, bahkan kru editing, kostum pun harus bekerja optimal demi menciptakan hasil yang memuaskan. Tentu saja demi memuaskan para penggemar anime-nya maupun orang awam yang tidak pernah mengikuti anime-nya.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang