KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

Review Film The Return of Godzilla (1984) – Bangkitkan Kembali Allegori Anti Nuklir dari Godzilla Asli

Setelah sepuluh tahun, teror kembali terjadi! The Return of Godzilla tampilkan kembali kengerian Godzilla

The Return of Godzilla merupakan film kaiju yang dirilis pada 15 Desember 1984 dengan arahan dari Koji Hashimoto berdasarkan script yang ditulis Hideichi Nagahara dari cerita karya Tomoyuki Tanaka. Teruyoshi Nakono kembali menangani efek khususnya. Ini menjadi entri ke-16 dari seri Godzilla dan juga menjadi yang pertama dalam era Heisei. Film ini kembali menampilkan Raymond Burr yang mengulangi perannya sebagai Steve Martin dari Godzilla (1954). Sebagai sebuah reboot dari franchise Godzilla, The Return of Godzilla mengabaikan setiap film setelah film pertamanya dan kembali ke akar seri yang lebih gelap dan lebih serius. Apakah film ini layak ditonton? Simak ulasan berikut untuk mengetahuinya.

BACA JUGA: Review Godzilla (1954) – Godzilla Pertama dan Asli

KEMUNCULAN KEMBALI GODZILLA

blog-review the return of godzilla-3

Diawali dengan sebuah kapal penangkap ikan, Yahata Maru No.5 yang sedang mencoba menemukan jalan ke pantai dalam badai dahsyat di lautan. Tiba-tiba muncul monster raksasa yang langsung menyerang. Satu-satunya awak yang selamat mengidentifikasinya sebagai Godzilla.

Pemerintah Jepang yang berusaha menghindari kepanikan warganya memutuskan untuk merahasiakan kembalinya monster tersebut, namun terpaksa harus mengungkapkannya kepada dunia setelah Godzilla menghancurkan kapal selam nuklir Soviet dan meningkatkan ketengangan Perang Dingin hingga ke titik puncaknya.

Saat delegasi dari Jepang, AS dan Uni Soviet berdebat tentang bagaimana menanggulangi bahaya besar ini, Godzilla berjalan ke arah Tokyo. Apakah para pembesar ini dapat menentukan langkah yang tepat? atau akankah Tokyo binasa oleh amukan Godzilla?

SEBAGAI TRANSISI DARI SERI GODZILLA SEBELUMNYA

Setelah hampir satu dekade terdiam, serial Godzilla kembali hadir dengan upaya menghidupkan kembali ketegangan awal yang dibuatnya. Meskipun Terror of Mechagodzilla tidak pernah dimaksudkan untuk mengakhiri serial ini, tapi akan menjadi hal yang berbeda jika kemudian serial ini benar-benar menyerah untuk meneruskannya. Untungnya hal ini tidak pernah terjadi.

Tomoyuki Tanaka berusaha membangkitkan kembali serial ini dengan membuat cerita yang lebih bijaksana dengan unsur politik di dalamnya sebagaimana kisah aslinya. Seperti yang sudah dikatakan, film The Return of Godzilla ini memiliki unsur yang lebih kelam dibandingkan film-film terdahulunya sebagai upaya menghadirkan kembali elemen horor Godzilla (1954). Kecepatan yang lebih lambat memberikan jalan masuk bagi Godzilla untuk amukannya yang terasa menakutkan.

Film ini menjadi jembatan pemisah antara Godzilla bersahabat yang sebelumnya kita kenal di era Showa kembali menjadi monster mengerikan yang kehadirannya ditakuti banyak orang.

MEMBANGKITKAN KEMBALI ALLEGORI ANTI NUKLIR

The Return of Godzilla sepertinya dimaksudkan untuk melanjutkan alegori anti-nuklir yang kuat dari film Godzilla (1954),yang diperbarui dengan kisah ketengangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk mencerminkan ketakutan dan kecemasan akan nuklir pada masa itu. Dalam banyak hal, film ini sama murungnya dengan film aslinya karena suasanya yang kelam dan sinematografi dari Kazutami Hara yang bernuansa gelap didukung oleh skor musik dari Reijiro Koroku yang benar-benar mendukung suasana.

Plot keseluruhannya dimulai dari Godzilla yang terbangun oleh aktivitas gunung berapi dan menjadi ancaman lama yang kembali mengancam Jepang 30 tahun setelah amukan pertamanya. Film ini kemudian difokuskan kepada seorang ilmuwan. asistennya, dan pemerintah Jepang yang berusaha menemukan cara untuk menghentikan amukan monster tersebut. Menampilkan kembali bagaimana para politisi membahas dampak aktivitas Godzilla membuat film ini menjadi menarik untuk ditonton.

Teruyoshi sebagai sutradara efek kembali menampilkan bakatnya dengan berhasil menciptakan kembali lanskap cakrawala Tokyo yang menjulang tinggi dalam detail miniatur yang sangat indah. Bahkan papan tanda, reklame, lampu di dalam jendela, hingga skala gedung pencakar langit yang melampaui Godzilla juga tidak luput dalam perhatiannya.

blog-review the return of godzilla-2

KARAKTER MANUSIA YANG AGAK MENGECEWAKAN

Meskipun film ini memiliki banyak adegan-adegan menarik, namun adegan yang menampilkan para karakter utama manusianya agak terasa sedikit membosankan dan mudah dilupakan. Terutama saat Maki, seorang reporter, yang awalnya memiliki peran cukup menarik untuk membongkar kejadian yang terjadi, namun menjadi menjemukan di pertengahan karena konflik batin karakternya yang terselesaikan terlalu dini.

Begitu pula dengan kisah romantis nanggung yang terjalin antara Maki dan Naoko yang tidak berkembang dengan baik dan juga tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk mempengaruhi cerita.

Semua ini terbantu dengan peran Keiju Kobayahi sebagai Perdana Mentri dan Yosuke Natsuki sebagai Profesor Hayashida, yang akhirnya memikul beban lebih banyak dengan menciptakan karakter yang lebih dalam yang memperlihatkan bagaimana tekanan yang harus dirasakan pemerintah atas situasi negaranya di tengah serangan Godzilla. Natsuki sebagai Hayashida sebenarnya mengulang karakter Dr, Yamane dari Godzilla (1954) meskipun dengan latar belakang yang berbeda.

APAKAH INI GODZILLA YANG SAMA DENGAN SEBELUMNYA?

Menjadi sebuah pertanyaan apakah Godzilla di film ini adalah Godzilla yang sama yang pernah menyerang Jepang di tahun 1954? Meskipun dari naskah dan alur plot yang diceritakan seperti menjelaskan bahwa mereka adalah monster yang sama namun sebagaimana kita tahu, Godzilla tahun 1954 telah musnah oleh ledakan Oxygen Detroyer. Bahkan film Godzilla vs Destroyah juga telah menjelaskan bahwa Godzilla yang sekarang adalah Godzilla kedua yang menyerang Jepang.

RECOMMENDED OR NOT?

Secara keseluruhan, The Return of Godzilla membangkitkan kenangan masa lalu akan kekejaman dan kengerian Godzilla seperti yang telah dinanti-nantikan para penggemar Godzilla yang lebih menyukai mode Godzilla penghancur daripada Godzilla sebagai penyelamat umat manusia. Dengan set miniatur yang sangat indah dan detail yang dihancurkan oleh amukan Big G dan dengan skor musik serta efek yang tidak kalah bagusnya, film ini menjadi salah satu film Godzilla yang harus Titipers tonton. Hashimoto berhasil membawakan kembali suasana murung dari Godzilla (1954). IMDb memberikan skor 6,8/10 sedangkan RottenTomatoes memberikan skor 81% untuk film The Return of Godzilla (1984).

BACA JUGA: 5 Daftar Film Godzilla versi Amerika Serikat

BACA JUGA: 31 Daftar Film Godzilla Versi Jepang

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber gambar diambil dari IMDb

Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang