[Review Film] Shin Ultraman – Bagaimana Kalau Pemerintah Bertemu Alien?
Shin Ultraman sudah rilis di Indonesia pada tanggal 5 Oktober kemarin. Di luar dugaan, bisa bertahan cukup lama di bioskop, bukti bahwa film ini ternyata cukup diminati. Kali ini, tim TJ mencoba menyajikan review Shin Ultraman, film tokusatsu terbaru persembahan dari Hideako Anno, yang rumornya ada kaitannya dengan Shin Godzilla.
Film ini hadir berkat kerja sama antara Studio Khara (milik Anno) beserta Toho dan Tsuburaya. Keberhasilan Shin Godzilla pastinya punya andil untuk memuluskan proyek Shin Ultraman ini, yang belakangan diumumkan pula proyek Shin Kamen Rider yang akan tayang tahun 2023 tak lama setelah tanggal rilis Shin Ultraman dipastikan di Jepang. Ketiga proyek “Shin” dengan tambahan Shinseiki Evangelion ini diberi tajuk akbar “Shin Japan Heroes“.
“Dengan munculnya monster raksasa dan kejam yang dikenal sebagai “Spesies Kelas S”, pemerintah Jepang membentuk SSSP untuk mempelajari dan merumuskan cara mengalahkan mereka. Selama serangan monster terjadi, SSSP dikejutkan dengan munculnya sekutu baru dalam pertarungan mereka melawan monster: Raksasa perak tak bersuara yang mereka beri nama “Ultraman.” Namun, apa tujuan sebenarnya Ultraman? Mengapa dia membantu umat manusia melawan monster? Dan bagaimana semua ini terhubung dengan veteran SSSP Shinji Kaminaga dan kepribadiannya yang tiba-tiba berubah setelah menyelamatkan seorang anak saat kemunculan awal Ultraman?”
DEKONSTRUKSI GENRE ALA “SHIN”
Mengikuti tren dari Godzilla, banyak yang bilang “Shin” adalah dekonstruksi film Godzilla yang lebih memfokuskan diri ke manusianya alih-alih ke kaiju. Shin Ultraman pun tak jauh beda. Sebenarnya Shin Ultraman bukanlah remake pertama kali dari franchise ini. Di tahun 2004, ada Ultraman The Next yang sudah mencobanya, tapi sayangnya kurang mendapat sambutan hangat.
Film ini alih-alih dekonstruksi, tapi menurut penulis malah lebih seperti mengembalikan Ultraman ke akarnya. Buat para penonton yang sudah familiar dengan Ultraman original, film ini benar-benar seperti membuat ulang serialnya yang lama dan mengompresnya menjadi satu film. Banyak sekali homage dan tribute yang muncul di film ini, yang pastinya membuat fans lama menjerit girang.
APAKAH BIJAK CUMA “SEKEDAR” REMAKE?
Shin Ultraman memang pada akhirnya seperti cuma remake dan bermain di ranah nostalgia saja. Ya, di permukaan memang terlihat seperti itu. Tapi, sebenarnya niat Anno jauh lebih dalam dari itu. Film ini benar-benar perwujudan Ultraman apabila dibuat pada zaman yang tepat dan maksud awal tanpa ada batasan, baik dari segi teknologi perfilman ataupun batasan usia penonton.
Ultraman di sini muncul dengan CGI, pun para alien yang muncul, Zarab dan Mefilas, bahkan Zetton juga memakai CGI dengan wujud “aneh” dan “hiperbola”. Mereka sudah tidak terlihat memakai kostum, benar-benar sebuah entitas ekstra terestrial. Color timer juga dibuang, mengikuti konsep asal Tsuburaya yang dulu tidak bisa terwujud karena keterbatasan teknologi. Konsep awal dari Tsuburaya adalah corak warna Ultraman akan meredup seiring dengan semakin dia melemah. Iya, ini bukan sekedar remake, tapi Anno ingin mewujudkan visi asli Ultraman, selayaknya visi asli Godzilla di Shin Godzilla.
[ux_products ids=”0″ tags=”7364″ out_of_stock=”exclude”]
KRITIK SOSIAL SUPER SATIR DENGAN TANDA TANGAN ANNO
Film ini benar-benar penuh tanda tangan Hideaki Anno. Yang sudah familiar dengan karyanya akan terbiasa dengan dialog cepat dan menyindir. Sindiran-sindiran satir ini muncul dari adegan-adegan reaksi pemerintah terhadap kemunculan kaiju, lalu alien. Tidak cuma pemerintah Jepang, dunia internasional juga kena tampol. Kemunculan alien sontak mengubah paradigma dunia dan tindakan mereka digambarkan dengan sangat realistis sekaligus menjengkelkan. Tidak lupa SSSP yang merupakan pasukan pelindung bumi di serial orisinalnya juga muncul bak birokrat berdasi biasa tanpa kostum mentereng. Posisi mereka lebih seperti konsultan dibanding pasukan yang melawan langsung monster layaknya pasukan pelindung bumi di franchise Ultraman. SSSP adalah konsultan yang berisi para tenaga ahli di bidang masing-masing, penyerangnya tetap Pasukan Bela Diri Jepang.
Banyak jab yang mempertanyakan eksistensi manusia, pentingkah manusia hidup, kenapa manusia layak dibela. Yang kemudian ujungnya diserahkan kepada penonton untuk menilai. Ultraman di sini hanya “numpang lewat”, melihat kehidupan manusia, mempelajarinya, dan memutuskan untuk melindungi. Anno memperlihatkan kalau manusia itu rapuh, egois, serakah tapi di balik semua itu, ada setitik harapan kalau manusia adalah makhluk yang masih bisa berkembang menjadi makhluk “sempurna”. Iya, sempurna karena tidak sempurna. Satir macam ini sedikit memberi jab pada asal muasal manusia di banyak kitab suci agama. Saking banyaknya jab, filmnya terkadang sampai pada titik agak preachy.
BAGAIMANA KAITANNYA DENGAN SHIN GODZILLA?
Di awal film, ada logo Shin Godzilla dulu sebelum Shin Ultraman. Dialog-dialog dengan Mefilas juga mengindikasikan kalau kaiju pertama adalah kemarahan bumi terhadap manusia yang seenak jidat, bukan rekayasa olehnya. Plus, yang paling penting, ada karakter birokrat di pemerintahan yang juga merupakan tokoh yang muncul di Shin Godzilla, jelas ini hal yang disengaja.
Sebenarnya Shin Ultraman tidak bisa dibilang sekuel dari Shin Godzilla. Lebih tepat kalau mereka berada di dunia yang sama dan satu film saling memengaruhi film lain tanpa harus bersinggungan langsung. Shin Ultraman tetap bisa ditonton tanpa Shin Godzilla, begitu pula sebaliknya. Kemungkinan relasinya dengan film Shin Kamen Rider nanti juga akan seperti ini.
WORTH IT OR SKIP IT?
Secara umum, untuk penggemar tokusatsu, tentu worth to watch, terutama untuk orang-orang dewasa yang sudah terbiasa dengan dialog berat dan joke sedikit seksis. Film ini tidak ramah anak, selain karena tema juga karena perlakuan terhadap salah satu karakter wanita yang seakan-akan hanya sebagai sindiran seksual semata. Tapi, untuk penggemar Ultraman era showa, film ini benar-benar surat cinta yang indah dari Hideaki Anno. Semoga review Shin Ultraman ini bisa membantu Titipers, ya!
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang